Home / Romansa / Nama Putriku Nama Mantannya / 05. Masa Lalu Sulthan

Share

05. Masa Lalu Sulthan

last update Last Updated: 2022-12-14 21:41:06

"Dia begitu kurus mungkin tinggal tulang, cepat bangun Ida, putrimu sangat membutuhkanmu," lirihnya.

 

Sulthan pun tertidur di sebelah putri kecilnya itu. Tante Mayang yang dari tadi masih menunggui Sulthan dari balik pintu kamarnya, merasa kasihan kepada Sulthan dan beliau pun kembali masuk ke dalam kamar Sulthan untuk menjaga bayinya itu takut nanti tengah  malam akan menangis.

 

Setelah meletakkan bayi mungilnya di dalam box bayi, Tante Mayang kembali ke luar dan mendatangi kakak iparnya Ummi Syifa.

 

Pintu Ummi Syifa terbuka sedikit sehingga memudahkan Tante Mayang melihatnya jelas Ummi Syifa yang melamun di atas tempat tidur.

 

Nampak terlihat kesedihan yang mendalam di raut wajah Ummi Syifa. Entah apa yang dipikirkan beliau di satu sisi Sulthan yang masih terbelenggu dengan masa lalunya dilain sisi merasa kasihan kepada Ida jika dia tahu kalau nama putrinya adalah nama mantan kekasih anaknya.

 

Ummi Syifa tahu betul watak dan sifat keras kepalanya Sulthan karena itu dia tidak ingin berdebat dengan anaknya, toh keadaan juga tidak bisa mengubahnya.

 

 

Terdengar suara ketukan pintu kamar dari luar.

 

"Boleh Mayang masuk Mbak?" tanyanya seketika melihat iparnya sedang duduk dengan sedih.

 

"Masuk saja!" jawab Ummi Syifa singkat.

 

"Maaf Mbak, lebih baik kita ke dokter ya, kita periksa kondisi Mbak, jangan sampai Mbak jatuh sakit juga, kasihan Ida Mbak!" Lirihnya kepada Umi Syifa.

 

Ummi Syifa menghela napas seketika, lalu beliau beranjak ke tempat meja rias. Di situ terpampang sebuah foto pernikahan anaknya lima tahun yang lalu.

 

Wajah semringah terlihat bahagia nampak jelas tersirat di wajah cantik Ida yang dibalut kebaya modern berwarna abu-abu sangat sederhana tetapi terlihat elegan, begitu juga dengan Sulthan yang sangat tampan memakai pakaian yang senada warnanya dengan Ida, tetapi raut wajahnya tidak nampak kebahagiaan bahkan tidak tersenyum sedikit pun hanya tatapan kosong dan dingin.

 

"Aku hanya bingung, bagaimana jika Ida tahu kalau nama putrinya itu nama mantan kekasih Sulthan yang hilang entah ke mana!" jawabnya masih geram kepada Sulthan.

 

"Bahkan dengan seenaknya dia memberikan nama itu kepada cucuku yang baru lahir dua minggu yang lalu, Mbak benci nama itu, bagaimana Mbak bisa mencurahkan kasih sayang sepenuhnya kepada bayi itu kalau namanya saja sudah membuat Mbak tidak suka!" terangnya sambil menangis kembali.

 

"Mbak Syifa, apa salah bayi itu, apakah hanya karena namanya kita tidak suka lantas kita tidak mau menerimanya?"

 

"Jangan seperti itu lagian nama itu tidak jelek, bahkan sangat indah artinya," jawab Mayang.

 

"Jika bukan kita siapa Mbak, sedangkan ibu kandungnya masih terbaring koma, apa salah mereka, bahkan mereka tidak tahu siapa Dafina Salsabila itu?"

 

"Mbak tidak ingin kan cucu Mbak ini tumbuh dengan kurangnya kasih sayang, kurang perhatian, kasihan Salsa Mbak, ha kita panggil bayi mungil itu Salsa, tidak akan ada yang tahu kalau nama itu kepunyaan Fina."

 

"Mulai sekarang kita panggil saja Salsa lebih enak di dengar, betul kan Mbak?"

 

"Aku masih ragu apakah aku mampu memberinya kasih sayang, apakah aku mampu beradaptasi dengan nama itu?" tanyanya.

 

"Pasti bisa Mbak aku yakin!"

 

"Sebenarnya aku punya firasat kalau Sulthan lambat laun akan mencintai Ida seutuhnya, bahkan jika ada yang mendekatinya Sulthan akan merasa cemburu, tetapi dia sangat gengsi untuk mengatakannya kalau dia mulai jatuh cinta," jawab Mayang tegas.

 

"Apakah itu akan terjadi Yang?"

 

"Insya Allah Mbak, semoga saja jika Allah berkehendak maka terjadilah!" jawab Mayang yakin.

 

"Aamiin mudah-mudahan, semoga saja terjadi!" ucap Ummi Syifa bersemangat.

 

"Makanya Mbak kita tidak boleh patah semangat jika kita yakin maka semua pasti bisa," sahut Mayang memberikan semangat.

 

Semenjak itu Ummi Syifa bertekad akan menyembuhkan Ida secepatnya, tak ingin putri yang dilahirkannya tidak mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tuanya.

 

Ummi Syifa dan Mbok Siti sibuk memperhatikan Ida, mereka bergantian menjaga Ida takut tiba-tiba Ida terbangun dari tidur panjangnya, walaupun kata dokter semakin hari semakin ada kemajuan walaupun belum 100% seperti sedia kala.

 

Sulthan yang di bantu oleh Tante Mayang mengurus dan merawat bayi kecilnya. Kebetulan anak Tante Mayang sudah besar semua sehingga tidak bisa bermain dengan Tante Mayang.

 

Tante Mayang sangat menyayangi Salsa karena beliau tidak mempunyai anak perempuan, tetapi hanya anak laki-laki yang sudah menginjak remaja.

 

Satu bulan kemudian ....

 

Matahari sudah menampakkan senyumannya tanpa malu-malu, walaupun udara sedikit panas tidak membuat jalanan menjadi sepi, seperti biasa hiruk pikuk jalanan sudah dipadati oleh berbagai macam kendaraan.

 

Hari berganti hari, minggu berganti minggu, tak terasa sudah satu bulan umur Salsa si bayi mungil yang cantik.

 

Tingkah lucu yang menggemaskan Salsa membuat semua orang bahagia melihat tumbuh kembang bayi mungil itu yang semakin hari semakin tembem, kulitnya yang putih dengan selalu tersenyum jika di gendong oleh Tante Mayang.

 

Namun anehnya jika digendong oleh Sulthan bayi itu menangis dengan lantang,  tetapi jika beralih ke yang lain bayi Salsa tidak menangis kencang, Tante Mayang pun bingung dibuatnya.

 

"Than, Tante bingung deh, mengapa Salsa menangis kalau kamu gendong ya?"

 

"Apakah dia juga mengerti kalau Papahnya yang tampan ini sangat membenci ibunya ya?" ledek Tante Mayang kepada Sulthan  yang masih enggan menemui Ida di rumah sakit.

 

"Apa maksud Tante, nggak mungkinlah bayi yang masih berumur satu bulan mengerti bahkan anak di bawah lima tahun saja belum tentu mengerti tentang pikiran orang dewasa," sungutnya kesal.

 

"Bukan itu maksudnya Than, tapi aneh saja coba deh Salsa di gendong Om Hendra, Ummi kamu, Mbok Siti dan juga Tante dia tidak menangis kencang adem ayem malah ngajak kita tersenyum tetapi kalau kamu yang gendong langsung nangis!" terang Tante Mayang yang masih menggendong Salsa untuk berjemur di panas matahari pagi.

 

"Beri sedikit waktu luang mu Than, kasihan Salsa, dia sudah tidak mendapatkan kasih sayang dari mamah kandungnya!" ucap Tante Mayang kepada Sulthan.

 

"Kamu nggak mau kan jika nanti dia besar, dia tidak mengenal siapa papahnya yang selalu sibuk dengan kerjaan kantor, katanya kamu mau mendidik dan memberikan kasih sayang, bukan materi saja yang harus kamu beri tetapi kasih sayang, cinta, perhatianmu Than, pikirkan jangan sampai terlambat!" terangnya.

 

Namun Sulthan hanya diam, dia pun langsung pamit kepada Tantenya dan mencium kening putri kecilnya sebelum berangkat kerja.

 

"Sulthan pergi dulu Tan, Assalamualaikum!"

 

"Tunggu Than!"

 

"Ada apa Tante, Sulthan sudah terlambat ada meeting di kantor!" serunya sedikit kesal.

 

"Tante cuma mau bilang kamu nggak ingin menjenguk Ida di rumah sakit, ini sudah sebulan Than, kamu tidak pernah menengoknya!" tanya Tante Mayang.

 

"Maaf Tante, Sulthan tidak ada waktu, toh juga ada Ummi dan Mbok Siti yang menjaganya, tak perlu Sulthan ke sana!" jawabnya sambil berlalu meninggalkan Tante Mayang sebelum memberi pertanyaan lagi.

 

"Sampai kapan kamu seperti ini Than, terlalu hampa kah hatimu, terlaku sakit kah dirimu sehingga kamu tidak mau menatap istri mu sendiri, dia butuh kasih sayang dan cinta Sulthan, tak kah kamu menyadari lambatnya dia sadar dari koma karena kamu tidak ada di sampingnya, tidak ada di sisinya yang mau memegang tangannya, mengecup mesra keningnya."

 

"Ya Allah segerakan lah Ida tersadar dari komanya, kasihanilah putrinya yang memerlukan ibunya."

 

"Cepat bangun Ida, lihatlah putrimu terlihat sedih jika Tante memanggil namamu," lirihnya.

 

***

 

Ya begitulah Sulthan Yazid Zidan seorang pemuda tampan yang dulu terkenal humoris dan baik hati. Banyak yang memujinya terlebih lagi oleh kaum hawa.

 

Campuran antara keturunan Arab dan Indonesia, khususnya Jawa Tengah membuat darah  Indonya kentara.

 

Berkulit putih, alis tebal, rambut ikal tebal hitam, berperawakan tinggi tegap dan bertubuh atletik, tak lupa mempunyai brewokan yang menambah ketampanan seorang Sulthan.

 

Namun setelah ditinggal kekasihnya yang merupakan sahabat masa kecil sekaligus teman kuliahnya, kehidupan Sulthan berubah drastis menjadi dingin dan kaku.

 

Ummi Syifa sangat menyayangkan perubahan sikap Sulthan yang mulai dingin tak bersahabat, tidak pernah tersenyum sedikit pun, setiap ada masalah hanya diam dan menjaga jarak dengan keluarga terutama kepada Ummi nya sendiri.

 

Ummi Syifa berteman baik dengan kedua orang tua Ida dari masa kuliah dulu.

 

Pada suatu hari saat orang tua Ida berkunjung ke rumah Abi Amran ayahnya Sulthan untuk bersilahturahmi sekaligus membangun kerja sama sebuah perusahaan.

 

Saat itu juga Ida masih berusia tiga belas tahun dan Sulthan berusia lima belas tahun, tetapi mereka tidak saling bertemu, karena mereka sama-sama menimba ilmu di pondok pesantren tetapi beda daerah.

 

Namun semenjak terjadinya kecelakaan itu yang merenggut nyawa Abi nya, Sulthan tidak mau melanjutkan sekolahnya di pondok pesantren, dia memilih keluar dan meneruskan studinya sampai kuliah.

 

Disitulah dia bertemu sahabat kecilnya yang dulu dan berkuliah di tempat yang sama pula.

 

Benih-benih cinta pun tumbuh diantara mereka sehingga membuat mereka di mabuk asmara.

 

Sulthan menyerahkan seluruh hidupnya untuk Dafina Salsabila seorang gadis cantik pujaan bunga kampus pada masanya.

Selain terkenal pintar Fina begitu nama sapaannya juga sangat humoris, mudah bergaul dan tidak sombong, sikap supel nya lah yang membuat Sulthan sangat mencintai Fina.

 

Begitu juga dengan Sulthan yang sangat mencintai dan menyayangi Fina, seperti ratu di dalam hatinya.

Bahkan Sulthan sudah memperkenalkan Fina kepada Ummi Syifa, bak gayung bersambut mereka pun menjadi akrab satu sama lain.

Setiap hari Fina datang ke rumah Sulthan dengan membawa makanan yang dia buat sendiri katanya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Nama Putriku Nama Mantannya    104. Kisah Terakhir (TAMAT)

    Tak lama kemudian Ummi Syifa masuk ke kamar Ida, ingin melihat kondisinya dan dengan saja mengendong baby Salsa dengan tujuan agar bisa sadar jika merasakan sentuhan lembut tangan baby Salsa.“Bu, bagaimana?” tanya Ummi Syifa kepada Bu Lina yang masih menangis tersedu-sedu.“Belum ada kemajuan Bu, bagaimana ini, apakah Ida akan sembuh, Bu?” tanyanya dengan linangan air mata kembali.“Kita, berdo’a saja Bu, dan mungkin dengan kehadiran Salsa bisa memberikan respon walaupun sedikit.”“Tidak salahnya kalau kita mecoba dulu, kasihan juga dengan Sulthan mudah-mudahan mereka cepat sembuh dan bisa seperti semula lagi,” ucap Ummi Syifa menjelaskan.“Aamiin, semoga ya Bu!”Ummi Syifa lalu menaruh baby Salsa di tempat tidur, Salsa yang sudah berusia dua tahun itu seakan-akan mengerti kalau Mamahnya sedang sakit.Lalu dengan spontan baby Salsa mencium pipi Ida dengan lembutndan berkata. “Mah ... Mam ... Mah!”“Dielus-elus pipi Ida dengan tangan mungilnya terus menerus, sehingga lima menit kemudi

  • Nama Putriku Nama Mantannya    103. Pengorbanan Fina

    Ida lalu mengikat kedua tangan Bu Romlah dan kakinya, sehingga dia pun merasa kesakitan.“Bas... tolong Mamah, Bas!”“Mereka ingin membunuh Mamah, tolong!” teriak Bu Romlah histeris.Abbas mendengar teriakan Bu Romlah, dan menoleh ke arah Ida yang sedang sibuk mengikatkan tali ke tangan dan kakinya.Abbas lalu memukul kepala Sulthan dengan sebuah guci sehingga Sulthan terhuyung dan mengeluarkan cairan berwarna merah itu kembali.Saat Sulthan jatuh, Abbas lalu mengambil kembali pecahan kaca dan ingin menusuk Ida dari belakang.“Ida awas ada Abbas!” teriak Fina tetapi Ida tidak mendengar dia sibuk mengikat Bu Romlah yang terlihat kesakitan.“Ida!”“Sulthan yang mendengar suara teriakan Fina berusaha melihat walau tubuh dan kepalanya sudah dipenuhi darah segara sehingga agak sulit melihatnya.“Ya Allah, istriku dalam bahaya, selamatkan ya Allah!” Sulthan berusaha kembali bangkit dan berdiri tetapi luka yang dideritanya cukup parah, sehingga sulit untuk berlari sampai ke arah istrinya.Se

  • Nama Putriku Nama Mantannya    102. Perkelahian

    “Abbas, sebaiknya kita pergi dari sini sebelum polisi menemukan kita,” usul Bu Romlah yang merasa takut dan juga panik.j“Ayok Abbas!” Bu Romlah mengajak Abbas pergi dari rumah itu debelum polisi datang.“Mah, tetapi Sulthan belum menandatangi surat-surat itu, dan aku kehilangan wanita itu yang mirip dengan Saskia!”“Tidak, Mah, aku sudah mulai mencintainya, aku tidak ingin kehilangan dia!”“Aku nggak mau rencana yang kita susun selama ini hilang begitu saja, kita sudah menunggunya lama, Mah!”“Kita sudah banyak berkorban tetapi aku harus mendapatkan dulu yang aku mau!” Abbas belum merasa puas untuk melakukan tindak kejahatan kepada Sukthan fan dia.melihat sebuah pisau yang tertancap di buah, lalu dia mengambilnya dan mengacungkannya di depan wajah Sulthan.“Cepat tanda tangan surat itu, kalau tidak!”“Kalau tidak apa!”bentak Sulthan tidak takut dengan ancaman Abbas.“Baiklah.” Abbas lalu mendekati Fina lalu mengacungkan kembali pisau itu di wajahnya.“Apa yang kamu mau lakukan, Abb

  • Nama Putriku Nama Mantannya    101. Kenyataan Yang Pahit

    “Jaga omonganmu, Sulthan!”“Apa yang coba kamu katakan?”“Oh ya kamu pura-pura tidak tahu atau kamu tidak mau mengakui kesahanmu Fina?”“Baiklah akan aku ceritakan sampai mana kamu terlibat dalam masalah ini!”“Kamu tahu hanya karena kamu tidak jujur dengan Mamahmu siapa Saskia sebenarnya, Mamah kamu selalu membuatnya menderita, bahkan anakmu juga menjadi sasaran empuk umtuk melampiaskan kemarahannya.”“Sampai Saskia dinyatakan hamil lagi dan setelah mengetahui jenis kelamin cucu keduanya perempuan Mamahmu semakin membencinya, apakah aku benar Tante?”“Sampai usia kehamilan memasuki delapan bulan, Mamahmu pun merencanakan sebuah kejahatan, apakah itu benar, Tante?”“Tidak ... tidak, ja... jangan kamu dengarkan si Sulthan, Nak!”“Dan kamu Sulthan tahu dari mana masalah ini jangan kamu membuat aku dan Abbas salah paham atau ini bagian dari rencanamu, agar membuat kami bertengkar, iya kan?” tanyanya emosi.“Kenapa Tante, apakah Tante takut semuanya terbongkar di depan Abbas?”“Kurang aj

  • Nama Putriku Nama Mantannya    100. Pengakuan Abbas

    “Bos!” Bos!” teriak salah satu anak buahnya dari kejauhan dan berlari menghampiri Abbas.“Ada apa, kenapa kamu?” tanya Abbas terlihat marah.“Itu Bos ... anu Bos ... itu!”“Ada apa, kalau ngomong yang jelas!” bentaknya seketika.“Itu Bos ... anak kecil itu tidak ada di kamar!” pekiknya dengan napas ngos-ngosan.“Apa ... kenapa bisa dia hilang, bagaimana kerja kalian?” hardiknya emosi.“Tadi saya dengar ada suara yang jatuh, ya saya ke sana tetapi nggak ada, terus saya balik nggak ada yang mencurigakan, Bos,” jelasnya yang juga bingung kenapa bisa tidak ada gadis kecil itu.“Mengurus anak kecil saja tidak bisa, cepat cari sampai dapat, pasti belum jauh dari sini perginya!” perintahnya menyuruh semua anak buahnya ikut mencari.“Jika sampai terjadi sesuatu dengan anakku, akan kupastikan nyawamu juga menjadi taruhannya!” “Hahaha ... memang kamu bisa apa Sulthan, kamu tidak bisa apa-apa, bahkan tubuh mu saja susah untuk digerakkan,” ejek Abbas dan tersenyum sinis.“Dengar Sulthan, ini ada

  • Nama Putriku Nama Mantannya    99. Balas Dendam

    “Apa yang kalian mau dari aku?”“Mengapa semuanya menjadi rumit, dan mengapa kalian ingin menghancurkan keluarga kami dan sungguh terlalu kalian!”“Cepat katakan apa yang kalian inginkan dari aku?” tanya Sulthan yang masih bingung dengan semuanya ini.“Aku mau kekuasaan, kekayaan dan terlebih utama adalah nyawamu Sulthan, hahaha ... tawanya menggelegar.“Baiklah, akan aku ceritakan dari awal agar kamu mengerti apa yang kami mau dari kamu dan juga keluargamu, Sulthan!” Abbas menyeringai dan merasa puas karena satu persatu rencananya pun hampir berhasil bahkan Fina pun tidak tahu rencana sebenarnya.“Kamu mungkin tidak tahu kalau semua sudah direncanakan oleh seseorang yang mungkin kamu akan tidak percaya siapa dalang semuanya ini!”“Namun sayang, dia sudah ditangkap oleh polisi karena ulah ibumu sendiri!”“Ya, kamu pasti bertanya apa hubunganya dengan Bapak Bima Sastrowijaya Kusuma dengan masalah ini kan?” “Bapak Bima Sastrowijaya Kusuma adalah ayahku , suami dari ibuku Romlah Nirma

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status