Share

Part 6

Para ibu-ibu itu pergi menuju kediaman Bu RT.

"Assalamualaikum, Bu RT."

"Wa'alaikumussalam." Dari dalam keluar pasangan suami istri. Mereka berdua heran melihat para ibu-ibu berdatangan.

"Ada apa ini, Bu?" tanya Pak RT.

"Iya! Tumben rame banget. Ada apa ini?" sambung Bu RT.

"Begini, Bu, kami ke sini mau mengadukan perbuatan keluarga Rani," ucap salah seorang diantara mereka.

"Memangnya apa yang mau kalian semua adukan?" tanya Pak RT.

"Kami mau mengadukan bahwa keluarga Rani memakai pesugihan," ucap salah seorang warga yang emosi.

"Loh...loh, berita dari mana itu? Jangan asal bicara kalau tidak ada bukti, jatuhnya fitnah." Suami istri itu mencoba menenangkan kumpulan ibu-ibu yang emosi.

"Tenang dulu, Ibu-ibu! Jangan gegabah. Siapa orang yang menyebarkan berita ini?" tanya Bu RT.

"Sudah! Kita usir saja mereka!" teriak Bu Irma memprovokasi.

"Ayo...! Langsung saja kita labrak rumah mereka.

"Nanti dulu, Ibu-ibu! Kita cari tau dulu kebenarannya."

"Sudah jelas, Pak! Bahkan saya punya buktinya." Bu Tut bersuara.

Lalu Bu Tut menunjukkan bukti video rekaman itu kepada Bu RT.

Bu RT sempat terkejut dengan video itu. Sebenarnya dia tidak percaya dengan tuduhan warga. Dia kenal betul bahwa Rani dan Irwan orang yang baik. Tak mungkin melakukan hal musyrik seperti itu.

"Bagaimana? Sudah jelaskan? Kita labrak aja rumah mereka lalu kita usir dari kampung ini!" teriak yang lain.

Bu Tut tersenyum sinis.

"Sebelum melabrak lebih baik kita tanyakan kepada mereka secara baik-baik. Saya rasa tidak mungkin keluarga Mas Irwan dan Mbak Rani berbuat hal seperti itu."

"Belum tentu hal yang kalian lihat seperti yang kalian pikirkan. Agar tidak malu seperti kejadian kalian menuduh Mbak Rani waktu itu, lebih baik kita datangi rumah mereka dengan kepala dingin. Tidak perlu melakukan hal yang anarkis."

Mendengar nasihat dari Pak RT, mereka semua terdiam.

"Ya sudah! Kalau begitu kita samperin saja ke rumah mereka."

Mereka mendatangi rumah Rani, di pimpin oleh Pak RT.

"Ingat, ya, Ibu-ibu! Tidak boleh bertindak anarkis!"

"Iya!" ucap mereka serentak.

Dalam hati Bu Tut merasa yakin bahwa Rani melakukan pesugihan.

"Sebentar lagi, kelakuan kamu yang sebenarnya akan terbongkar, Rani," batinnya.

"Lihatlah, Rani, sebentar lagi perbuatanmu waktu itu akan padaku akan terbalaskan," batin Ratih.

Rani yang sedang duduk di teras rumahnya sambil menulis lanjutan cerita onlinenya terlihat bingung ketika rombongan itu sampai di depan rumahnya.

"Wah, kebetulan sekali Mbak Rani sedang berada di rumah," ujar Pak RT ramah.

"Iya, Pak." Rani menjawab sembari tersenyum. "Ini ada apa ya, Pak, Bu, rame-rame ke sini?" tanyanya.

"Begini, Mbak. Kami ke sini ingin menanyakan kebenaran tentang...." Pak RT sedikit ragu saat mengutarakannya.

"Tentang apa, Pak?"

"Tentang... apa benar bahwa kalian berdua..." Ucapannya terputus oleh warga yang tak sabaran.

"Bahwa kalian memakai pesugihan," teriak yang lain.

Rani terkejut mendengarnya. "Siapa yang menyebarkan berita seperti itu? Memang kalian semua ada buktinya?" tantang Rani.

"Sudahlah Rani, tidak usah merasa sebagai korban." Bu Tut bersuara. "Saya ada buktinya."

Rani yang merasa bahwa si penyebar berita adalah Bu Tut segera meminta untuk menunjukkan bukti itu.

"Kalau begitu mana? Coba tunjukkan."

Bu Tut menyenggol Ratih, memberikan isyarat untuk menyerahkan HP-nya.

Rani menyaksikan dengan seksama video itu. Dia melihat bahwa rutinitas suaminya tidak ada yang aneh.

"Tidak terjadi apapun dalam video itu!" ucapnya. "Mas Irwan tidak melakukan hal yang aneh."

"Sudahlah, Rani! Tidak usah pura-pura polos. Memangnya untuk apa suamimu menyirami kiosnya dan lagi mulutnya komat-kamit seperti membaca mantra?" cecar Bu Tut. "Kalau bukan sedang melakukan ritual pesugihan?" tambahnya lagi.

Rani yang peka kemana arah pikiran mereka langsung tertawa.

"Hahahaha...." Mereka keheranan tapi tidak dengan Bu Tut.

"Apa kau tak bisa mengelak lagi, hingga langsung menjadi gila begini?" sinisnya.

"Maaf...maaf ya, saya tertawa sebab kalian semua ini sangat lucu sekali, terutama anda, Bu Tut.

"Memangnya apa yang lucu?" Bu Tut merasa terhina.

"Hahahaha....." Lagi, Rani tertawa."Hanya dengan bukti video ini kalian semua menuduh kami melakukan pesugihan?"

"Sudah jelaskan, apa yang suamimu lakukan?"

"Maaf ya, Ibu-ibu! Setiap pagi suami saya memang melakukan itu. Saya rasa tidak ada yang salah dengan menyiram sekeliling kios dengan air."

"Terus, kenapa mulut suami kamu terlihat komat-kamit di video itu? Apa dia sedang membaca mantra penglaris?" sambar salah satu seorang Ibu.

"Iya, memang! Suami saya tengah membaca mantra penglaris, yang ia siramkan itu juga air yang sudah dijampi-jampi."

"Sudah terbukti 'kan Pak RT bahwa mereka memakai pesugihan bahkan dia juga mengakuinya, melakukan hal yang musyrik! Usir saja mereka berdua!" teriak Bu Irma.

"Tenang dulu, Ibu-ibu," ucap Pak RT.

"Loh..loh, sejak kapan menyiram air Burdah ( air yang dibacakan ayat-ayat Burdah)  ke tempat usaha itu perbuatan yang musyrik?"

Mereka semua tercengang dengan ucapan Rani barusan.

"Makanya, Ibu-ibu. Kalau melihat sesuatu yang mencurigakan itu telusuri dulu kebenarannya. Kalau tidak benar 'kan jadi malu! Sudah 2 kali loh saya difitnah seperti ini. Apalagi sekarang sudah ada hukum pidananya menyebarkan berita hoax, bagi yang membuat berita ataupun yang menyebarkan berita."

Mendengar ucapan Rani para ibu-ibu tadi terdiam. Mereka takut. Melihat mereka tak berkutik, Bu Tut emosi.

"Itu hanya akal-akalan dia saja, Ibu-ibu. Dia ini orangnya manipulatif. Supaya kalian takut."

"Untuk apa coba air Burdah disiram ke kios?" ucapnya sinis.

"Supaya usaha lancar, Bu Tut!" jelas Rani. "Jadi nggak ngutang lagi sama tetangga." sindirnya.

"Kalau kalian tidak percaya bisa periksa rumah saya, ada hal yang mencurigakan apa tidak? Mumpung saya belum beberes."

Pak RT, Bu RT dan gengnya Bu Tut beserta beberapa orang warga masuk ke dalam rumah Rani. Mereka tidak menemukan hal yang aneh-aneh. Memang di ruangan musholla rumah Rani ada beberapa botol air yang tersusun di dekat lemari penyimpanan Al Qur'an dan kitab-kitab kecil lainnya.

"Ini, Pak RT!" Tunjuk Bu Irma kepada semua botol yang berjejer. "Semua ini terlihat mencurigakan."

"Botol-botol itu air yang sudah dibacakan ayat-ayat Burdah. Setiap selesai sholat magrib, pulang dari mesjid suami saya selalu membaca Burdah sampai menjelang sholat isya." Rani menjelaskan.

"Tidak ada yang mencurigakan 'kan, Ibu-ibu? Jadi tuduhan kalian itu tidak benar." ujar sepasang suami istri itu.

"Kalau air Burdah, kenapa mulut Irwan komat-kamit begitu saat menyiramkan airnya," tanya seibu yang penasaran.

"Mas Irwan itu tengah membaca surah Al Fatihah setiap kali dia menyiramkan airnya."

Setelah kembali ke teras, Pak RT meminta maaf kepada Rani. Dia juga meminta semua ibu-ibu yang menuduh Rani meminta maaf, termasuk gengnya Bu Tut si penyebar berita. Bu Tut merasa malu. Ia tak sudi meminta maaf kepada Rani.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status