Share

Part 7

Penulis: Pena_ baru
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-05 14:43:20

"Ayo, Bu Tut, minta maaf kepada Mbak Rani. Dan jangan diulangi lagi hal seperti ini. Beruntung Mbak Rani tak marah, " ucap lelaki berkumis tipis itu.

"Ayo! Sekarang kalian pulang ke rumah masing-masing." Ibu-ibu yang berkumpul tadi mulai membubarkan diri termasuk Bu Tut.

Rani memandang heran dengan warga yang mulai meninggalkan rumahnya. Sebenarnya dia ingin marah, sudah 2 kali dia difitnah seperti ini. Tapi dia yakin kalau suaminya tidak akan suka kalau dia berkata kasar apalagi sampai bertengkar dengan ibu-ibu satu kampung. Ia percaya dengan kinerja Pak RT. Ia mencoba menganggap bahwa kejadian tadi kejadian lucu.

Rani kembali duduk di teras menyelesaikan bab cerita novelnya, sesekali ia membalas chat costumernya.

***

Rani menceritakan kejadian tadi kepada suaminya.

"Kok bisa mereka menuduh begitu, ya?" Irwan merasa heran sekaligus lucu.

"Ya, itu karena mereka tak tau dengan pekerjaan aku, Mas. Orang kampung sini kan taunya kalau orang banyak duit itu kerja."

Irwan hanya mengangguk. "Mas bersyukur, ternyata kamu mampu menahan emosi." Irwan mendekati istrinya dan mengelus punggung tangannya. "Mas, bangga sama kamu."

Rani hanya tersenyum.

****

Keesokan harinya...

Rumor tentang keluarga Rani melakukan pesugihan mulai mereda. Tak ada lagi warga yang berdesas-desus tentang rumor itu.

"Yank, Mas pergi dulu, ya!" pamit Irwan.

"Iya, Mas hati-hati!" Rani mencium punggung tangan suaminya.

"Nanti setelah selesai dan beberes rumah aku nyusul ke kios," tambahnya.

Yanti, janda sexy yang terkenal di kampung itu tak sengaja melihat keharmonisan pasangan suami istri itu terlihat bete.

"Huh..., sok romantis," gumamnya. "Apa sih yang dilihat Mas Irwan dari si Rani itu? Cantikan juga gue."

Ting...

Ponsel Yanti berdering menandakan ada pesan masuk.

"Wah, ada job nih!" serunya girang.

"Siap-siap dandan yang cantik, ah! Supaya Mas Adi nggak bosan makai jasaku."

Yanti masuk ke dalam rumah untuk bersiap, kemudian dia memesan taksi online menuju tempat tujuannya.

Syuut.. Syuu...

Suara siulan pemuda di kampung terdengar riuh saat Yanti melewati mereka.

"Wah, Neng Yanti mau ke mana nih?" goda mereka.

Yanti sempat melihat ke arah mereka, tapi karena diantara mereka tak ada yang sesuai seleranya, ia mengacuhkannya.

"Neng Yanti makin cantik aja, nih!" Lagi mereka berusaha mendapatkan respon Yanti.

Namun, masih sama Yanti tak menggubris mereka. Dengan pakaian dres selutut yang membentuk badan, wanita itu berjalan dengan lenggokan yang dibuat-buat.

Sesampainya di depan gang, Yanti segera membuka pintu mobil dan masuk.

"Sesuai aplikasi ya, Mba?" ucap si driver ramah.

"Iya, Mas."

Lima belas menit perjalanan barulah mereka sampai di tempat tujuan.

Bukk...

Setelah menutup pintu mobil dia bergegas masuk ke dalam hotel itu.

Ting...

Bunyi pesan masuk ke handphone-nya.

[ Masih lama, kah?]

[Ini sudah sampai, masih di loby]

[Cepetan ya, Mas udah nggak tahan.] Bertabur emoticon bermata love.

[Iya sayang.]

[Langsung ke kamar 305]

Yanti bergegas mencari kamar nomor 305. Setelah dapat, kemudian dia mengetuk pintu kamar itu.

Tokk... Tokk... Tokk..

Kreett....

Seorang pria membukakan pintu kamar, Yanti segera masuk.

Baru saja menutup pintu pria itu langsung menerjang Yanti. Ia menciumi dan mengecup b*bir Yanti dengan rakus, seperti orang yang tengah kelaparan.

"Ih, Mas, sabar dong!" ucap Yanti sok malu-malu.

"Mas udah nggak tahan, Sayang! Mas rindu banget sama kamu."

Yanti tersenyum. Ia sudah menduga bahwa tak ada seorang pria pun yang mampu menahan godaan darinya.

"Ih..., Mas bisa aja!" balas Yanti tersipu malu.

"Ayo, Sayang! Kita langsung mulai aja, ya?" ajak si pria.

"Ih..., Mas! Aku juga baru sampai!" Yanti mencubit pelan lengan si pria yang bernama Adi tersebut. "Santai dulu lah!"

"Habisnya, Mas sudah sangat rindu banget sama kamu! Apalagi beberapa hari ini jarang komunikasi sama kamu, biasalah istri Mas sepertinya mulai mencurigai Mas."

"Ya, kalau istri Mas curiga chat sama aku tinggal bilang aja cuma temen. Beres, kan?"

"Tapi masalahnya tidak segampang itu, Sayang!" ucap Adi.

Kini Yanti berada di atas ranjang bersama Adi. Lelaki itu terus saja membelai dan mengelus-ngelus paha Yanti sambil sesekali mencium leher dan mengecup bibirnya.

Nafsu kedua orang itu tak lagi dapat di bendung, hingga terjadi lah pergulatan yang seharusnya hanya boleh dilakukan oleh sepasang suami istri.

*****

Selesai melampiaskan nafsunya, mereka masih terlihat berbaring di ranjang dengan hanya tubuh ditutupi selimut putih khas hotel.

Yanti menceritakan kekesalannya terhadap tetangganya yang di matanya nampak telihat selalu memamerkan kemesraan padahal sebenarnya itu hanya terlihat di matanya saja yang mempunyai perasaan iri dengki terhadap mereka, siapa lagi kalau bukan Rani dan Irwan-- suaminya.

"Mas, ini denger nggak sih, aku ngomong?" bentaknya kesal.

"Iya! Mas, dengar kok, Sayang!" Melihat Yanti yang cemberut dengan memoncongkan bibirnya, Adi mengecup sekilas dan bertanya kembali.

"Terus?" Kali ini Adi mendengarkan cerita Yanti dengan serius sambil memainkan rambut perempuan itu.

Kemudian Yanti menceritakan panjang lebar tentang pasangan itu. Setelah cukup lama mendengar curhatan Yanti, tentang kekesalaannya kepada Rani dan perasaannya kepada Irwan-- suami Rani, Adi bertanya penasaran. "Memang setampan apa, sih? Namanya si Irwan itu."

Yanti menunjukkan sebuah foto pria yang diambilnya secara diam-diam.

"Pantas Yanti begitu kepincut, orangnya setampan ini," batin Adi.

Penasaran dengan wanita yang bernama Rani, Adi kemudian mencoba memancing Yanti untuk menunjukkan fotonya.

"Hemm...," Dia menelisik foto Irwan, kemudian memandang wajah Yanti, berulang kali dia melakukan hal itu, membuat Yanti heran.

"Kenapa, Mas?" tanyanya penasaran.

"Nggak ada apa-apa! Mas hanya heran, kok, ada lelaki yang tak tertarik sama wanita sesexy dan secantik kamu?" Adi mencolek dagu Yanti. Membuat wanita itu tersipu malu mndengar pujian itu.

"Apalagi, kalau sudah di atas ranjang, kamu semakin sexy dan sudah pasti kamu selalu bisa memuaskan nafsu lelaki." Semakin tersipu lah si Yanti mendengar pujian setinggi itu.

"Memang secantik apa, sih istrinya itu? Sudah pasti cantikan kamu, kan?"

"Ya, sudah jelaslah, Mas?" ucap Yanti sombong. "Kebetulan aku juga punya foto istrinya. Kali aja, Mas mau liat. Sekalian nilai cantikan aku atau si rani? Soalnya mata Mas 'kan jeli kalau urusan menilai cewek."

"Hemm, kamu bisa aja!"

Yanti menunjukkan kembali sebuah foto wanita berjilbab tanpa riasan di ponselnya. Saat melihat foto itu, Adi bergumam dalam hati. "Ya, pantes 'lah jual mahal! Orang istrinya aja secantik ini."

Yanti menyenggol tubuh Adi yang terdiam memandang foto Rani.

"Segitunya ngeliatin fotonya," ketusnya dengan nada sedikit tidak rela kalau Adi juga kepincut. "Gimana, Mas? Cantikan aku 'kan? Jawab yang jujur ya, Mas!"

"Emmhh..." Adi pura-pura meneliti wajah Yanti dan membandingkannya dengan foto Rani.

Kemudian ia mengutarakan pendapatnya.

Bersambung.....

****

Hayo gimana pendapat Adi yang sebenarnya dihadapan Yanti?

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Nasib Dikelilingi Tetangga Julid   Bab 113 - Akhirnya

    "Kenapa wajah kamu bisa hancur gitu?" Pertanyaan Bu Tut begitu mengintimidasi. Ratih menjadi gugup. "A-anu, Bu... Anu..." Ratih bingung memberikan jawaban. "Anu apa? Kenapa wajah kamu bisa seperti ini?" Melihat luka di wajah Ratih yang sama persis seperti foto pelakor yang ditunjukkan oleh Bu Susi, Bu Tut menjadi yakin kalau wanita itu memang benar anaknya. "A-anu, Bu! Tadi Ratih jatuh waktu di tempat kerja.""Jatuh di mana?""Jatuh dari tangga, Bu!" Ratih tersenyum kikuk. "Kamu naik tangga? Bukannya kamu kerja di perusahaan? Kok, naik tangga? Sekelas mall kecil aja pakai lift, kok, perusahaan tempat kamu bekerja malah nggak ada lift?""Liftnya lagi rusak, Bu! Jadi Ratih pakai tangga."Bu Tut mendekati Ratih dengan pandangan tajam. "Nggak usah bohong kamu! Kamu habis jalan sama om-om 'kan?" Bu Tut langsung berkata ke intinya. "Nggak, kok! Bu! Ratih kerja." Tubuh Ratih sudah mengucur keringat dingin. "Kerja, kerja! Nggak usah bohong kamu! Ibu sudah tau semuanya. Ibu sudah lihat

  • Nasib Dikelilingi Tetangga Julid   Bab 112 - Beritanya Viral

    Bu Susi memperlihatkan video seorang wanita yang digrebek di kamar hotel dan di serang oleh istri sahnya."Sini coba saya lihat!" Bu Tut mengambil ponsel Bu Susi untuk melihat video itu dengan lebih jelas.Awalnya dia biasa saja bahkan ikut geram dan mengumpat sebelum tau bahwa wanita yang jadi pelakor di video itu adalah anaknya."Bagus! Hajar aja! Geram banget sama pelakor dan lakinya ini! Terus, Bu! Jangan kasih ampun!" ujar Bu Tut bersemangat.Bu Susi heran kenapa Bu Tut malah ikutan geram dengan video itu? Bukannya terkejut atau berteriak histeris.Bukan karena hasil videonya yang jelek, tapi Bu Tut tidak mengenali pelakor itu karena wajahnya sudah terdapat luka-luka."Terus! Hajar! Kalau perlu potong aja b*tang suaminya dan kasihin ke binat*ng! Masukin cabe juga ke dalam lub*ng buaya si pelakornya! Dasar bin*t*ng kedua orang itu!" ujarnya mengumpat dengan semangat."Loh, Bu Tut, kok nggak kaget? Malah ikutan mengumpat?" tanya Bu Susi heran."Kenapa kamu heran? Bukannya reaksi sa

  • Nasib Dikelilingi Tetangga Julid   Bab 111 - Digrebek di Kamar Hotel

    "Ma-mamah!" ucap Om Heri terbata-bata. BRAKK... Wanita yang ternyata istri dari Om Heri itu menggebrak pintu. Ratih yang terkejut, menyusul keluar. "Siapa, Om?" tanya Ratih. Dia menutupi dirinya dengan selimut hotel dan berjalan keluar. Ratih tak kalah terkejutnya melihat ramainya orang berada di pintu kamarnya. Istri Om Heri memandang Ratih dari ujung kepala sampai kaki. Menatapnya dengan pandangan tajam. "Jadi ini wanita peliharaanmu?" ujarnya pedas. "Mama ngapain ke sini?""Mama? Apa wanita ini istri Om Heri? Tapi, kata Om kemarin dia seorang duda?" Ratih bertanya dalam hati. "Ngapain katamu?" teriak wanita itu. Teriakannya membuat orang-orang keluar dari kamar mereka dan beramai-ramai melihat. "Puas kamu, ya! Sudah main berapa kali dengan wanita ini?" tunjuk nya pada Ratih. "Dasar laki-laki buaya! Perempuan gatal! Kub*n*h kalian!" Istri Om Heri mencoba meraih Ratih, namun dihalangi oleh Om Heri. "Mah, jangan begini dong! Malu dilihat sama orang!" bisik Om Heri. "Apa?

  • Nasib Dikelilingi Tetangga Julid   Bab 110 - Terungkap

    "Tadi itu aku lihat Ratih loh, Mas!""Ratih siapa? Temen kamu?""Ih, bukan! Itu loh, Ratih anaknya Bu Tut.""Terus kenapa kalau kamu lihat dia? Kayak nggak pernah lihat aja sampai heboh begitu!" Sambil berjalan, sesekali Irwan bercanda dengan anaknya. "Tadi itu dia sama seorang laki-laki, Mas! Om-om gitu! Gandengan pula! Mesra banget.""Kamu yakin kalau itu dia? Jangan asal tuduh loh, Yank!""Iya, Mas! Aku yakin! Aku nggak bakalan lupa sama wajah wanita yang sudah mencoba menggoda suami aku.""Kemarin, Bu Tut bilang kalau Ratih itu kerja sebagai asisten bos. Apa iya, ya Mas? Kok, lebih kayak sugar baby gitu?""Sugar baby? Apa itu, Yank?""Itu loh, Mas! Simpanan om-om!""Astaghfirullah! Hush, udah! Kami nggak usah kepo! Dosa tau mencari aib orang!""Astaghfirullah! Maaf, Mas! Habisnya aku kepo!" ujar Rani sambil nyengir meski suaminya tidak melihat karena tertutup masker."Biarkan saja dia! Kamu nggak usah ikut campur. Meski ibu dan dia pernah membuat kita kesal dan pernah memfitnah k

  • Nasib Dikelilingi Tetangga Julid   Bab 109 - Ratih Kepergok

    "Ah, iya nih, Bu! Bagus nggak?""Wah, bagus Bu Tut. Kayaknya habis dapat rejeki nomplok nih sampai bisa beli cincin.""Iya, Bu! Saya habis dikasih sama Ratih. Kemarin dia habis gajian dan ngasih saya satu juta. Makanya saya bisa beli cincin sebagus ini," ujar Bu Tut."Beruntung banget ya, Bu Tut. Coba saja anak saya bisa ngasih saya uang banyak kayak gitu.""Iya, Bu! Akhirnya Ratih bisa berbakti juga sama orang tua. Semenjak dia cerai bahkan masih sama suaminya saja, kami orang tuanya yang ngasih makan.""Hah, yang bener, Bu?""Iya! Makanya, waktu si Jono terkena kasus, saya suruh cerai aja sekalian. Punya suami nggak bisa diandelin, buat apa?""Bener, Bu! Zaman sekarang makan cinta mah, nggak bakalan kenyang.""Nah, makanya itu. Laki zaman sekarang pengennya punya istri cantik. Padahal dia sendirinya cuma laki-laki kere. Nggak bisa memenuhi keperluan istrinya. Dia kira makan tampang aja kenyang?""Bener tuh, Bu Tut!""Ya, sudah! Saya pulang dulu ya, Bu-ibu!""Iya, Bu!""Enak ya, Bu T

  • Nasib Dikelilingi Tetangga Julid   Bab 108 - Ratih Mulai Tergiur

    "Ma-maksud, Om! Melayani apa? Menyediakan makan minum untuk Om, gitu?""Jangan pura-pura nggak tau, Ratih! Kita sudah sama-sama dewasa. Kamu ngerti apa yang saya maksud!" Om Heri menyesap rok*k yang terjepit di jarinya. "Tapi... Saya..." Ratih seakan ragu. Namun, tak dipungkiri dia sangat tergiur dengan uang itu. "Kalau kamu mau, uang sebesar sepuluh juta yang ada di amplop itu akan menjadi milikmu! Tetapi... Kalau kamu nggak mau, tidak apa-apa! Saya tidak keberatan tapi uang ini saya ambil kembali."Ratih menelan salivanya. Dia bingung dan juga bimbang, antara menerima atau menolak tawaran itu. "Saya tidak akan memberikan tawaran ini dia kali. Dan kalau kamu menolak uang ini, saya rasa kamu akan menjadi orang yang paling rugi." Om Heri mencoba menggoyahkan pertahanan Ratih. "Kamu tau? Sekarang susah untuk mendapatkan pekerjaan mudah dalam waktu yang singkat. Tidak mudah pula mendapatkan uang sebesar ini dalam satu hari. Apa kamu yakin mau menolak tawaran ini?" Lagi, Om Heri semak

  • Nasib Dikelilingi Tetangga Julid   Bab 107 - Permulaan Karma

    "Awas kamu, Rani!" Bu Tut menggerutu setelah mendapatkan vonis hukuman dari Pak RT. "Sialan banget. Ini semua salah kamu, Winda!" ketus Bu Irma. "Loh, kok, Bu Irma nyalahin saya sih?" Winda tentu saja tidak terima dengan tuduhan itu. "Kan, yang ngajakin ke rumah Rani, kalian bertiga, kok, malah salah saya?""Iya! Salah kamu! Seandainya saja kamu memberikan informasi yang benar tidak akan seperti ini kejadiannya," bentak Bu Tut. "Kamu sengaja 'kan? Kamu hanya ingin memanfaatkan kami supaya bisa menuluskan niat jahatmu untuk merebut Irwan dari Rani," cetus Bu Tut. Mata Winda terbelalak karena tebakan Bu Tut memang benar. Namun, dia berusaha mengelak. "Enak saja! Memangnya selama ini saya pernah ngajakin ibu-ibu untuk membenci Rani? Bukannya kebalik? Kan, kalian yang ngajakin saya untuk membenci dia. Saya baru datang lagi kemari, malah kalian yang ngomongin dia yang jelek-jelek.""Tetap saja! Ini semua salah kamu! Kalau saja, kami tidak terhasut oleh omonganmu barusan tidak akan kam

  • Nasib Dikelilingi Tetangga Julid   Bab 106 - Bu Tut dan Geng Mati Kutu

    "Aaaakkkhhh!" pekik ke empat orang itu. "Heh...! Kenapa kamu menyiram kami?" pekik Winda. "Apa lagi? Saya menyiram supaya jin dan roh jahat yang melekat di tubuh kalian semua pada kabur!" ketus Rani. "Apa kamu bilang?" Bu Tut dan Winda maju, ingin menjambak Rani, namun segera di tepis oleh Irwan. Dia mendorong Bu Tut yang berada di depan dan menumbruk tubuh Winda yang ada di belakang. "Aakkhh..." pekik Bu Tut, yang terduduk menimpa tubuh Winda. "Auwww!" Winda merintih karena ditindih oleh badan Bu Tut yang dua kali lebih besar darinya. "Hei, kurang ajar ya kamu, Irwan!" teriak Bu Tut. "Mas, kok, kamu malah mendorong kami sih?" Winda berkata manja. "Tolongin, dong!""Cih, buat apa? Kalian memang pantas menerima hal itu.""Kok, kamu jahat gini sih, Mas, sama aku?""Memangnya saya wajib gitu baik sama kamu?" sinisnya. "Pak RT, tolong usir saja mereka ini! Terutama wanita ini! Dia selalu mengganggu istri saya!" tunjuk Irwan kepada Winda. "Sudah! Bu Tut, Bu Irma, Bu Susi dan Mbak

  • Nasib Dikelilingi Tetangga Julid   Bab 105 - Tuduhan Tak Berdasar

    "Kamu berani mengancam? Apa kamu takut kelakuan busukmu itu terbongkar, ha?""Yang busuk itu bukan kelakuan saya! Tapi, pikiran kalian yang busuk!" cetus Rani. "Sudahlah, Rani! Kamu tidak usah mengelak. Kamu begitu tega mempermainkan Mas Irwan. Sampai hati kamu berbuat begitu. Sudah jelas-jelas kalau kamu selingkuh, bahkan pria ini berani mendatangi rumah kamu," ujarnya seolah prihatin dengan Irwan. "Lihat? Anakmu ini sangat mirip dengan lelaki ini? Ini sudah ada buktinya 'kan?" Winda kembali menimpali. "Dia tidak mirip denganmu atau pun Mas Irwan.""Hahaha...." Rani dan Andra tertawa berbarengan. Membuat Bu Tut, Bu Irma, Bu Susi dan Winda bingung. "Kamu lihat 'kan, Mas! Dia pasti tak bisa mengelak lagi makanya tertawa. Mas Irwan bisa kok, dapetin yang lebih baik lagi dari Mbak Rani. Masih banyak wanita yang ingin menjadi istri kamu, jadi tidak perlu menutupi kelakuan buruk Mbak Rani.""Termasuk kamu gitu? Yang mau jadi istri Mas Irwan? Kamu 'lah wanita baik itu, begitu 'kan?" cibi

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status