Share

Hilang part I

 Apa yang paling berharga dalam hidup?.Akan ada banyak jawaban untuk pertanyaan itu.Bagi Nanda, untuk saat ini, Ibu nya adalah yang paling berharga. Dia takut jika suatu saat Ibunya pergi meninggalkan dia tanpa kata dan kalimat perpisahan.

 Nanda mengambil kamera yang tersimpan rapi di lemari.Sekian lama benda itu tidak digunakan.Sekarang, Ia ingin mengabadikan setiap momen kebersamaan dengan ibunya.

 "Mau ikut komunitas fotografi lagi ?" tanya Ibu sambil duduk di tempat tidur.

" Ngga, mau buat iseng aja." jawab Nanda.

"Katanya mau belajar nyetir lagi? ayo,sekalian hunting foto."

"Mama bawa kamera juga?" 

"Pake hape aja."

***

  Rafa menutup pagar rumah. Seorang wanita cantik berdiri di samping motor hitamnya.

 Di saat bersamaan, Nanda dan mamanya berada di carport hendak naik ke mobil.

 Tiba tiba mama memanggil Rafa, tentu saja Nanda kaget bukan kepalang.

" Mau pergi juga, Raf ?."

"Iya, Bu."

Bukan Rafa yang menjawab tapi perempuan di sampingnya.Dia menghampiri mama, mengajak cipika cipiki.

 "Saya Amara, calon istrinya Rafa."perempuan itu mengenalkan diri.

"Saya Ratih, itu anak saya Nanda." 

Nanda hanya tersenyum.Dia tetap di posisi semula, tidak beranjak sama sekali.

"Saya duluan ya Bu, mau pulang, masih jetlag." amara berpamitan dengan sopan.

"Dari mana?" Mama jadi kepo.

"Saya baru pulang dari Belanda."

" Oh, silakan kalau gitu, ngobrolnya kapan kapan lagi aja."balas mama Ratih sambil tersenyum sungkan.

  Amara naik ke boncengan motor Rafa dan memakai helm yang biasa di pakai Nanda.motor melesat meninggalkan Nanda yang merasa kehilangan perhatian dari pengendara motor itu. ternyata butuh waktu lebih lama untuk move on.

"Ibu kenapa nanya nanya?" Nanda cemberut.

"Emang kamu mau nanya sendiri, itu tadi mama mewakili kamu." 

"Lain kali jangan."

***

 "Apa Lu bilang? sudah punya tunangan? Jadi selama ini ngapain?." pertanyaan beruntun keluar dari mulut Desi.

" Ngga ngapa ngapain." jawab Nanda.

"Maksud gue, si Rafa baru ngomong statusnya sekarang dan dia biarin Lu mondar mandir, bolak balik, jungkir balik nyari perhatian dia.keterlaluan emang tuh demit." Desi terlihat emosi.

"Lo sering ketemu dia,kan?" tanya Nanda

" Sering lah, emang kenapa?."

" Ganteng, kan?"

Desi mengangguk.

" Udah itu aja."ucap nanda

"Maksud?."desi tidak faham.

"Gue yang bego, itu saja."

"Gimana sih, ngga ngerti gue."

"Ya, Lo pikir aja, mana ada cowok seganteng dia, masih jomblo hari gini.gue aja yang memaksakan diri." Nanda realistis.

"Oh, iya juga.terus sekarang gimana?."

" Gue mau fokus satu hal." 

Nanda terdiam sebentar hingga membuat Desi penasaran.

"Apaan?" 

"Ngga mau mikirin cinta cintaan." jawab nanda

"Emang bisa ?." Desi tidak percaya.

" Pasti bisa." Nanda meyakinkan dirinya sendiri.

***

 Rafa menyalakan tv, mencari saluran yang biasa ditonton seseorang yang sudah tiga malam ini tidak datang.

Sambil merebahkan diri di sofa, ia mengingat ucapan Nanda untuk terakhir kali, di tempat itu.

"Aku berhenti"

 Rafa menghela nafas.

Nanda bukan hanya tidak pernah datang lagi, perempuan itu juga memblokir nomor nya.kekanakan sekali.

 Televisi menayangkan adegan romantis sepasang kekasih.mereka berciuman bibir. Rafa teringat Nanda. Jika ada adegan seperti itu, Nanda berteriak histeris,entah apa maksudnya.

 Lelaki itu kemudian beranjak ke lantai atas menuju kamar, ingin tidur karena ngantuk.meninggalkan tv tetap menyala ,merasakan kehadiran Nanda melalui dialog bahasa Korea yang terdengar sampai atas.

***

 Nanda mendengar bunyi seperti gelas jatuh kemudian ada suara ibunya memanggil.Setengah loncat perempuan itu bangkit dari tempat tidur, menuju arah suara.

 "Mamaa,mama jatuh, ayo bangun !"nanda berusaha mengangkat tubuh ibunya.

" Ke rumah sakit" ucap ibunya,sebelum terkulai di pelukan nanda.

 Nanda membawa tubuh ibunya dan membaringkan di atas sofa ruang tamu kemudian berlari ke kamar mengambil tas ibunya.

 Ketika berada di depan pintu mobil,ia menangis.Nanda berlari menuju rumah Rafa di sebelah.

 Pintu pagar dan rumah Rafa tidak dikunci, Nanda langsung melesat ke lantai dua, menggedor pintu kamar.

" Bangun !, buka pintunya!, antar mamaku ke rumah sakit."

Tidak perlu menunggu lama, pintu langsung terbuka.

" Kenapa?"

" Mama pingsan, ayo buruan !" Nanda menarik tangan Rafa dalam kepanikan.

Rafa menyambar celana jeans dan jaketnya.

" Temenin mama kamu , aku pake ini dulu sebentar."

Nanda berlari, kembali menuju rumahnya.

***

 "Kanker serviks stadium 4B" jawab Nanda saat Rafa bertanya apa penyakit Mama Ratih.

" Berarti sudah lama."

Nanda mengangguk mengiyakan.

Sekarang mama Ratih berada di ruangan observasi.

 " Mama kamu sudah pernah operasi atau kemoterapi?" tanya Rafa kemudian.

Nanda menggeleng, Ia sungguh tidak tahu.

"Ibuku sakit kanker payudara, semua pengobatan sudah dijalani, sekarang dia sehat." ucap Rafa sambil memegang pundak Nanda.

Nanda terdiam.Dia merasa seperti anak durhaka, tidak tahu kesusahan ibunya sendiri.

"Aku.." Rafa tidak jadi berkata, dia menyadari sesuatu.

Nanda mengerutkan dahi.

"Gue temenin Lu, sampai Bu Ratih sadar, jangan khawatir." ucap Rafa selanjutnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status