Rafa memutuskan untuk mengejar cinta Nanda saat perempuan itu sudah berhenti berjuang dan berharap lagi. "Cinta boleh, bego jangan" Ucap seseorang. Sekarang, Nanda mengerti. Hidup tidak melulu soal cinta.
View MoreNanda Pratami, perempuan penyuka drama Korea. Siang hari bekerja mencari rezeki kemudian marathon satu judul drama saat malam hari.
Ada satu hal yang membuatnya terus bertahan dengan hobi itu. Semua drama yang dia tonton sampai habis, berakhir dengan happy ending. Jadi, kalau ada satu judul baru kemudian ada spoiler bakalan sad ending, jangan harap Nanda mau membuang waktu buat nonton.
Kenapa harus happy ending?.Karena itu menjadi penyemangat dirinya. Tentang kisah perempuan itu bersama seseorang bernama Rafa Yudistira, kakak kelas Nanda saat SMA. Lelaki yang sekarang tinggal tepat di sebelah rumah keluarga Nanda.
Mungkin ini salah satu kebaikan Tuhan, dengan cara mendekatkan dirinya dengan seseorang yang selalu dia sebut dalam doa doa.
Seperti hari ini, Nanda hendak berangkat ke tempat kerja. Karena dia bangun agak kesiangan, ayah dan ibu berangkat duluan ke kantor masing masing.
Nanda menunggu Rafa di depan pagar rumah pria tersebut. Motor hitam milik Rafa masih terparkir. Dia yakin yang punya motor masih bersiap di dalam rumah.
Rafa keluar dari pintu samping, memakai jaket dan membawa tas ransel seperti biasa.
"Kak, aku nebeng ya sampai kantor?" teriak Nanda dari balik pagar.
"Hah, apa? nebeng?" Rafa memastikan.
Nanda mengangguk.
"Ngga bisa, naik Ojol sana!" tolak Rafa.
"Kenapa ngga bisa? Kan satu arah?"
"Hari ini gue ada job, daerah Tangerang, Lo mau ikut sampai sana?" Rafa memberi alasan masuk akal.
Nanda memegang ujung jaket Rafa yang akan berlalu dengan motornya.
"Anter sampai halte kalo gitu, aku takut kesiangan kalau harus jalan kaki."
"Ngga bisa, gue buru buru, salah sendiri ngga bisa bawa motor, makanya belajar, jangan nyusahin orang terus."
Setelah mengatakan itu, Rafa menjalankan motornya.Meninggalkan Nanda yang kelabakan karena dia hanya memiliki waktu lima belas menit lagi untuk sampai ke kantor.
Nanda sembarang mencegat motor tetangga yang lain untuk ikut nebeng sampai depan komplek perumahan dan berganti angkot sampai kantor.
**
"Makasih Bu RT, sudah antar saya sampai depan kantor lagi."ucap Nanda kepada sosok perempuan berseragam polwan yang mengantarnya.
"Sama sama, jangan panggil saya Bu RT kalau lagi di luar gini,ya !"
"Oh iya lupa, Kak Widia, terima kasih"
"Kenapa ngga nyoba bawa mobil sih, Nan?" tanya Widia penasaran.
"Aku masih trauma, takut nabrak lagi" jujur Nanda.
"Ooh, gitu.Saya duluan ya"
***
Kali ini Nanda beruntung, bukan hanya dia yang hampir telat masuk kantor. Dua makhluk beda jenis yang satu lift dengannya saat ini juga tampak cemas.
Desi dan Arfan. Dua sejoli yang sedang dimabuk asmara karena baru seminggu jadian.Tentunya tanpa sepengetahuan rekan lainnya kecuali Nanda, Mak comblang mereka.
" Abis ngapain Lo berdua, jam segini baru pada datang?" tanya Nanda curiga.
"Macet" jawab Arfan.
"Baru bangun gue." Jawab Desi.
Ketiganya saling menatap bergantian.
"Kirain." Ucap Nanda tersenyum mengejek.
"Otak Lo ya. Isinya drakor mulu." ledek Desi tak mau kalah.
"Kenapa emang?" tanya Arpan polos.
"Ngga jauh dari kissing,..."
"Hussshh" Nanda mencegah Desi melanjutkan ocehan.masih pagi. di depan cowok pula.Desi kebangetan.
"Ooh." Arpan sudah faham.
***
Sebuah motor Yamaha hitam berhenti tepat di depan Nanda.Saat ini dia sedang menunggu bus untuk pulang ke rumah.
"Nih, pake !" pengendara motor menyodorkan helm warna hitam .
Nanda langsung berdiri kemudian memakai helm tersebut.Dia tersenyum, terharu.Selalu seperti ini, kalau pagi tidak berangkat bareng, pasti sorenya jemput.Gimana gak bikin jatuh cinta.
"Cepetan naik!, gue kebelet."
"Pipis ? Ya udah WC umum ada tuh deket ATM" tunjuk Nanda ke sebrang jalan.
"Pulang aja, pegangan! gue mau ngebut."
Nanda mengalungkan lengannya hingga ke perut Rafa.
"Bukan meluk, pegangan doang "protes lelaki itu.
Tangan Nanda beralih memegang pundak Rafa.Motor melesat, mencari celah , di antara mobil mobil yang ramai di jam pulang kerja.
Nanda membayar sejumlah uang kepada kasir Rumah Sakit untuk keperluan Papa Hendra. Walaupun memakai asuransi kesehatan, ada beberapa alat dan obat yang harus dibeli secara mandiri. Sekarang Hendra ada di ruang Hemodialisa ditemani Irawaty yang kebetulan sedang istirahat. Perempuan itu bekerja di rumah sakit tersebut sebagai perawat di Poli penyakit dalam. Rafa yang tadi menemani mertuanya tampak duduk di antara Alva dan Alvi.Hari ini Lelaki itu sengaja meliburkan diri dan meminta Farhan menggantikan tugasnya di lokasi pemotretan. Nanda berjalan menuju ruang Hemodialisa, melewati ketiga lelaki yang tampak asik melihat ponsel yang menampilkan sebuah game petualangan. Terdengar suara Papa di telinga Nanda yang sedang memberikan alat dan obat tadi kepada perawat jaga di ruangan itu. "Pulang dari sini, Papa ingin berkumpul bersama di rumah, telp
"Jadi untuk cover, Kamu sudah polling ke pembaca di aplikasi? Yang mana pilihan mereka?, " tanya Larasati.Nanda mengangguk sambil menujukkan pilihan pertama dari gambar cover yang seminggu lalu dikirim pihak editor dan desain grafis.Kedua orang itu juga tampak berada di sana mengikuti meeting hari ini. Mba Tia sebagai editor dan Mas langit yang membuat desain cover untuk novel pertama Nanda."Oh ya, katanya udah open PO juga?, " Larasati kembali bertanya"Sudah, kemarin hari terakhir, "jawab Nanda." Dapet berapa?. "Nanda membuka buku catatan yang berisi daftar pembaca yang mengikuti PO novel miliknya."Ada 186 orang yang sudah transfer. "jawab Nanda."Kamu ngurus sendiri?, " tanya Mba TiaNanda mengangguk."Hebat" Kata Mba Tia kemudian."Sarjana
Hari ini adalah hari terakhir Rafa berada di ruang kerja Bendahara Keuangan di Perusahaan milik Radian.Semua berkas pengunduran diri dan segala macamnya sudah dikirim pihak HR. Azka menyimpan benda itu di meja bossnya."Bagaimana reaksi pihak manajemen mengenai laporan keuangan yang kita kirim kemarin, " tanya Rafa kepada asistennya itu."Beragam, untuk lebih jelas, kita lihat respon mereka di rapat nanti siang, Pak.""Sepertinya Aku tidak harus hadir, Papa sebentar lagi datang, Kamu dampingi Dia.""Bapak mau ke mana? Saya pikir laporan itu hasil kerja keras Bapak selama tiga bulan bekerja di sini, Anda harus dapat penghargaan karena bisa membereskan tata cara pengelolaan keuangan yang semrawut."Rafa terkekeh mendengar Azka berbicara seperti itu, menurutnya terlalu berlebihan."Raga tidak mungkin membiarkan perusahaan ini menjadi bangkrut,
Malam itu Nanda sedang menonton drama Korea, di ruang tengah, berbaring di sofa baru. Sebuah panggilan video terlihat di ponsel, dari Desi.Nanda menekan tombol hijau."Lagi ngapain pengantin baru?, " tanya Nanda secepat kilat, dia tidak mau keduluan.Desi pasti mau pamer."Honeymoon doooong, nih lihat." Desi memutar kamera handphone, terlihat suasana Jalan Malioboro, sedikit ramai."Udah berapa hari di Jogja?." Nanda bertanya tanpa menyadari Rafa menghampiri dan langsung menindih tubuh istrinya yang telungkup dengan mata fokus menatap hape. Desi yang teriak"HEI, mau ngapain tuh, Laki Lo?. "Rafa yang terkejut, segera bangkit dan berpindah ke sofa yang lain. Dia melempar bantal sofa ke arah istrinya."Wah, KDRT nih, " teriak Desi lagi."Tau, kebiasaan, dibiarin ngelunjak. " Nanda merapikan rambut yang berantakan karena ulah Rafa."Lusa gue pulang, cape udah dua minggu keliling Jawa. " De
"Maaf." Nanda menatap wajah Rafa yang sedang memakan nasi goreng yang dibeli saat perjalanan pulang."Makan dulu. " Rafa menunjuk mie goreng milik istrinya yang tersisa setengah.Lelaki itu kemudian menukar kedua makanan tersebut. Dia berusaha menghabiskan mie yang masih banyak dan istrinya memakan nasi goreng yang sisa sedikit.Rafa mengambil ponsel, ada pesan balasan dari papa yang mengabarkan bahwa Lelaki itu sudah ada di rumah begitu juga dengan asisten rumah tangga dan petugas keamanan yang tadi tidak kelihatan satu pun batang hidungnya."Kamu masih marah?, " tanya Nanda lagi."Siapa yang marah?." Rafa membereskan bungkus makanan dan melemparnya ke arah tempat sampah. Nanda mengikuti arah lemparan. Tepat sasaran."Jadi galak, aku takut, " ucap Nanda pelan."Kamu ngga nurut, jangan buka pintu, apalagi tamu lelaki. ""Iya, maaf. ""Ngomong apa Dia?.""Kita baikkan, jangan musuhan, gi
Rafa yang berada di balik kemudi melihat ada panggilan telpon dari adiknya, Raga. Suasana jalan yang mulai sepi memudahkan lelaki itu untuk segera menepi. Menjawab panggilan itu segera."Maminya Irene meninggal,kita bertemu di rumah, " Kata Raga di detik awal panggilan tersambung."Banyak orang di sana, gue ngga mau mancing keributan. ""Cari sendiri kalau begitu. ""Di mana Lo sembunyikan istri gue, Hah?. ""Temukan sendiri, seperti yang Lo minta,gue tidak akan lagi mengusik Kalian. "Panggilan berhenti.Rafa mencari kontak nama lain. Seseorang yang kemarin berseteru dengan istrinya di gedung resepsi. Panggilan tersambung setelah beberapa saat menunggu. Tiba tiba ada keraguan, Rafa yang kebingungan menutup kembali panggilan dan beralih menelpon adik dari perempuan itu."Kenapa?. " tanya Lelaki bernama Ananta merasa heran mendapat telpon dari teman sekaligus rivalnya tersebut."Lo di Jakarta?.""Iy
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments