Home / Romansa / New duda / Aku gak mau pulang

Share

Aku gak mau pulang

Author: Ade Tiwi
last update Last Updated: 2021-08-03 16:09:43

Aku uring-uringan ketika berulang kali mendapat telepon dari mama yang meminta diriku agar segera pulang. Memang, aku berkunjung ke rumah bibi hanya untuk sekadar liburan. Dan aku berjanji cuma sebentar disini, namun kenyataannya aku selalu betah setiap kali ke rumah bibi. Alhasil, membuat aku jadi malas pulang, dan ingin tetap berada di kota ini.

Perasaan panik dan gelisah berkumpul jadi satu menyelimutiku. Mama tiada henti menelponku dan berusaha membujukku untuk pulang.

Orang tuaku sepertinya begitu merindukanku, lagian aku juga sudah mulai masuk kerja. Kan, aku ambil cuti biar bisa kemari.

"Memangnya Stecy mau di pecat dari kerjaan?" tanya bibi setelah aku curhat bahwa aku tak ingin pulang.

Tanpa di duga aku justru menganggukkan kepala, seolah kehilangan pekerjaan bukanlah apa-apa bagiku.

Tentu saja hal ini membuat bibi terkejut, namun ia juga tak mau menyerah untuk terus membujukku.

"Sebenarnya Stecy udah gak betah kerja disana, Bi." ungkap ku menjelaskan alasan ku yang mengapa tak takut dipecat.

"Loh, kenapa memangnya ndok?"

"Bosnya genit," ujarku.

Sekarang bibi pasti mengerti kenapa aku gak betah bekerja di perusahaan tempat ku bekerja.

"Jadi, alasan cuti dan berkunjung kemari sudah kamu rencanakan?" tebak bibi begitu tepat.

Aku nyengir seraya mengangguk. "Tapi alasan aku kemari karena rindu Bibi, Paman dan Usron benar kok."

Bibi Mutia tersenyum, "iya deh. Bibi percaya."

"Terus gimana dong, Bi?"

"Gimana apanya?" bibi bertanya balik.

"Ngasih alasan ke Mama kalau Ecy gak mau pulang." ucapku dengan wajah cemberut.

"Hmm, gimana ya, Bibi juga gak tau." dan wajah ku pun bertambah cemberut.

"Ya sudahlah ndok, sebaiknya kamu pulang aja." usul bibi yang tampaknya memang tak bisa memberikan solusi lain. "Memangnya kamu gak rindu sama kedua orang tua kamu, ndok."

"Ya rindu lah, Bi. Tapi kalau aku pulang pasti Mama paksa aku buat kerja disana. Dan juga...." aku tak melanjutkan ucapanku. Rasanya aku belum sanggup mengatakannya pada bibi.

"Dan juga apa sayang?" tanya bibi terlihat penasaran.

Aku menggeleng, dan dengan mata berkaca-kaca aku merengek serta memohon pada bibi untuk membantuku.

"Bantuin Stecy dong Bi, ya?"

"Ya tapi harus kasih alasan apa? Kan kasih alasannya harus tepat, bukan hanya sekadar alasan gitu aja ndok." ucap bibi jadi ikutan bingung dan pusing memikirkan harus kasih alasan apa pada kakaknya.

Mau kasih alasan apa aja jatuhnya pun tetap jadi bohong. Oh, ya ampun!

"Gimana kalau alasannya karena pekerjaan?"

"Maksudnya?"

"Iya, kita bilang ke Mama kalau Stecy gak bisa pulang karena disini sudah dapat pekerjaan tetap?" tanyaku dengan kedua alis naik turun bergantian.

"Apa?!" pekik bibi. "Kita bohong dong berarti ndok jadinya."

"Ya mau gimana lagi, Bi? Terpaksa deh kita bohong ke Mama." lirihku lesu.

Sebenarnya bibi gak mau setuju dengan rencana kebohonganku, tapi sepertinya ia juga tidak tega melihatku yang tampak frustasi ini.

"Kalaupun kita kasih alasannya karena kamu sudah dapat kerja disini, memangnya kerja apa?" tanya bibi tampak serius.

Aku mengendikkan kedua bahu. "Ya, apa ajalah gitu Bi. Kan banyak sih, ntah jadi SPG, pelayan, baby sitter, apapun lah itu."

"Eh!" bibi terperanjat mendengarnya. "Mama kamu bisa marah lah kalau kamu kasih alasan pekerjaannya itu."

"Loh, kenapa? Kan halal," protesku.

"Ya tapi kan kamu awalnya kerja di perusahaan, pastinya Mama kamu kaget lah kalau tiba-tiba kamu bilang kerja disini ntah sebagai pelayan gitu."

Hmm, iya juga ya. batinku mengangguk setuju.

Hadehhh, ribet banget sih mau bohong aja ke mama. Ada gitu yang lagi cari seseorang buat kerja di tempatnya.

Bahkan kalau jadi pelayan di rumah seseorang yang kaya aku mau. Astaga! Segini frustasinya aku sampai berharap bekerja jadi maid di rumah seseorang pun gak masalah.

***

Entah nasib baik atau enggak, intinya aku mau mencoba peluang yang ada begitu mendapat info dari Usron yang mengatakan jika Galuh tengah mencari seseorang yang mau bekerja di rumahnya sebagai pelayan.

"Aku mau!" seruanku dengan mata berbinar.

Tentu saja mendengar itu Usron kaget. "Serius lo mau?"

Aku mengangguk, "kapan aku bisa mulai bekerja?" tanyaku antusias.

"Eh, tunggu-tunggu. Ini kerjanya jadi pelayan di rumahnya loh, Cy. Maid, lo yakin?"

"Loh ya kenapa gak? Tentu aja yakin."

"Enggak deh, yang ada gue bisa di marahin Wawak lagi." ucap Usron bergidik ngerih.

Wawak adalah panggilan Usron untuk mamaku.

"Pokoknya aku mau Usron, tolong bilangin ke Pak Galuh ya gue mau?" ucapku dengan memasang wajah memelas yang pastinya tak akan sanggup Usron tolak.

Ku lihat Usron memijit dahinya, mungkin ia pusing melihat diriku yang kok malah kesenangan bekerja jadi pelayan.

Apalagi selama ini terlihat jelas ketidaksukaan ku pada Galuh. Kok sekarang aku malah ngotot minta untuk bekerja disana.

"Aku janji akan merahasiakan ini dari Mama," ujarku. "Kita akan mengatakan bahwa aku bekerja di sebuah perusahaan yang ada di kota ini."

Mata Usron mendelik horor mendengarnya. "Lo mau jadi pembohong?"

"Ya habisnya tidak ada cara lain selain berbohong kan."

"Haduh, udah deh! Lo mendingan ngomong yang sejujurnya aja sama Wawak ketimbang bohong-bohong gitu."

Aku menggeleng kuat, "sejujurnya aku juga takut kalau Mama marah setelah mengetahui ini."

"Astaga, Ecy! Mau lo apa sih sebenarnya? Di suruh pulang kagak mau. Terus minta kami semua untuk ngebantu lo berbohong. Gila ya, lo!" omel Usron tak habis pikir dengan jalan pikiranku.

Ya, aku pun merasa kalau dirimu sudah gila.

Tapi mau bagaimana lagi, mama tidak pernah mau mengerti perasaan diriku. Terlalu egois untuk memaksakan kehendaknya.

Bahkan mama mengabaikan curhatan ku waktu itu mengenai bos di tempatku bekerja sangat genit. Aku bahkan kerap kali mengatakan padanya bahwa aku sudah tak tahan bekerja disana.

Namun mama tetap mengabaikan itu semua, dan berniat menjodohkanku dengan bos genit itu.

Hal itulah yang membuat diriku melarikan diri kesini. Susah payah aku mendapatkan cuti dan izin pada mama papa kesini.

Bos genit itu memang sangat baik pada kedua orang tuaku. Jelas saja karena hal itu semata-mata hanya untuk mengambil hati dan simpatik mereka berdua.

Tak hanya pada kedua orang tuaku saja, tetapi si bos genit juga baik padaku. Dan sering memanjakanku, misalnya membelikan makanan enak dan barang-barang mewah.

Aku sering menolaknya dan ingin mengembalikan pemberiannya tetapi mama selalu melarangku. Aku juga bahkan risih dengan segala bentuk sikap perhatiannya yang menutupi terlalu berlebihan.

Huffh! Kalau saja ku ceritakan ini pada bibi, paman dan Usron. Aku yakin pasti mereka bertiga akan marah pada mama.

Aku tak menyalahkan mama, hanya saja aku cuma berharap mama bisa mengerti diriku dan lebih perhatian padaku. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • New duda   Uh!

    Ekstra part 5.Stecy menatap tak percaya pada Usron yang memintanya untuk berhenti mengurusi dirinya dan Fayla."Kenapa?" tanya Stecy sedikit kecewa. "Apa lo gak percaya sama gue?" "Bukan begitu, Cy." elak Usron tersenyum. "Kenapa bisa gue gak percaya sama lo? Tentu aja gue percaya dong, hanya saja gue rasa sudah cukup sampai disini Cy.""Ya, sudah cukup sampai disini." sambung Usron mantap."Ya, tapi kenapa? Kenapa lo tiba-tiba gini minta gue untuk berhenti berusaha dalam menyatukan kalian berdua? Hmm, kenapa Us?""Karena gue gak mau ngerepotin lu lagi." ujar Usron sendu. "Gue sadar ka

  • New duda   Ada sesuatu

    Ekstra part 4.Stecy lemas setelah mendengarnya langsung dari Usron tentang Fayla yang secara tidak sengaja menolaknya. Acara makan malam bersama di rumah mereka sudah selesai saat Fayla memutuskan untuk pamit pulang. Stecy curiga dan khawatir saat tak melihat Usron yang tak kembali ke ruang makan. Stecy pun memutuskan untuk menemui sepupunya itu yang ternyata tengah merenung seorang diri di dalam kamarnya. Lebih tepatnya kamar tamu yang sudah beberapa hari ini di tempatinya.Usron menatap sedih Stecy yang melangkah masuk ke dalam kamarnya. "Semuanya sudah berakhir, dia menganggap ku cuma bermain-main. Padahal aku, kan...." Usron tak melanjutkan ucapannya. Stecy mengerti maksud se

  • New duda   Makan malam bersama

    Ekstra part 3."Oh, jadi ini orang spesial yang kamu maksud sayang?" "Iya Mas," Stecy mengangguk membenarkan pertanyaan suaminya. Fayla tersipu malu mendengarnya, di anggap spesial oleh keluarga kecil yang manis dan bahagia ini merupakan suatu kebanggaan untuknya. "Mbak, ayo masuk ke dalam." ajak Stecy dengan hangat dan ramah. Fayla mengangguk dan perlahan mereka semua beranjak ke ruang makan. Disana ternyata sudah tersedia berbagai macam makanan enak yang telah di tata rapih di atas meja makan. Galuh dengan sigap dan penuh perhatiannya menarik s

  • New duda   Seseorang yang spesial

    Ekstra part 2."Lo beneran serius mau bantu gue?" tanya Usron memastikan sekali lagi. Usron tampak ragu pada Stecy yang mengatakan ingin membantu dirinya. Usron takut jika sepupunya ini hanya bercanda saja."Memang muka gue terlihat becanda ya?" Stecy menunjuk ke arah wajahnya sendiri."Ya." dengan tampang polos Usron mengakuinya."Sialan!" umpat Stecy kesal. "Gue serius mau bantu lo, Usron.""Alasannya?""Gak ada alasan, ya gue mau ngebantu masalah lo aja." Usron diam, merasa kurang yakin."Oke, jujur gue mau bantu lo karena kalian berdua udah melakukan itu." ucap Stecy menggerakkan jari tangannya membentuk tanda kutip saat mengatakan dua kata itu."Menurut gue ya lo harus bertanggung jawab atas apa yang udah lo lakuin ke Mbak Fa

  • New duda   Melakukan itu

    Ekstra part 1.Stecy semakin merasa khawatir dengan kondisi sepupunya yang semakin lama semakin terlihat memprihatinkan.Dengan kesal Stecy memukul kepala Usron dengan sebuah buku majalah yang tengah dibacanya. Sebenarnya sih bukan pukulan kuat yang menyakitkan, tapi dasarnya Usron yang lebay pun tetap meringis."Biasa aja deh. Gak sampai bikin lo geger otak kali.""Ya memang enggak," ledek Usron tertawa.Stecy mendengkus kesal, "pulang gih sana!""Lo ngusir gue, Cy?""Iya, memang kenapa? Sakit hati?""Dikit." bukannya pulang Usron malah merebahkan tubuhnya di sofa panjang yang ada disitu.Sontak hal itu membuat Stecy kesal setengah mati. Saat Stecy hendak membuka mulutnya ingin memprotes, dengan cepat Usron mencegahnya."Daripada lu ngomel-ngomel terus, mendingan l

  • New duda   Duh !

    Galuh berkali-kali mengucap syukur pada sang kuasa yang sudah mempertemukannya dengan Stecy yang sejak semalam sudah sah menjadi istrinya.Begitupun dengan Stecy yang juga tiada hentinya mengucap syukur. Siapa yang menyangka jika awal pertemuannya dengan Galuh menimbulkan benih-benih cinta."Benar ya kata orang-orang," ucap Stecy tiba-tiba."Apa?" tanya Galuh bingung."Jangan terlalu membenci karena benci dan cinta itu beda tipis. Iya, kan?"Cup.Terkejut, satu kata yang dapat mendefinisikan ekspresi wajah Stecy saat ini ketika dengan sangat tiba-tibanya Galuh mencium bibirnya sekilas.Stecy menutup wajahnya yang memerah dengan kedua tangannya karena aksi spontan Galuh tadi."Malu?" goda Galuh."Huum." sahut Stecy dengan manja."Ya ampun sayang, kok kamu masih malu aja sih? Padahal tadi malam kita sudah—""Stop!" pinta Stecy dengan gerakan spontan membungkam mulut G

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status