"Kau mau?" tawar Meliana sekali lagi.
Selimut yang sudah Arga tendang sembarangan itu membuat Meliana semakin bersemangat menggoda, ia tidak mau membahas masalah semalam yang masih menjadi tanda tanya, Meliana hanya akan melukis hari libur suaminya itu dengan kenangan yang indah.
"Amel," panggil Arga sekali lagi, menjentikkan jemari agar Meliana mendekat.
Meliana bergeleng, ia putar handle pintu kamar untuk segera menyiapkan sarapan, perut itu sudah berbunyi dan ajang mandi bersama tentulah membutuhkan waktu yang tidak singkat, dia harus bersiap, begitu juga Arga nanti yang membutuhkan tenaga ekstra untuk seharian menyekapnya di kamar.
Tidak ada maid di rumah besar ini, semua Arga lakukan seorang diri dari mulai bersih-bersih sampai menyiapkan makanan, sekarang ada dirinya yang bisa membantu dan meringankan beban sang suami.
Suara denting alat masak dan aroma yang mulai menyeruak membuat siapa saja yang bernafas
"Arga, lepaskan!" Meliana tidak akan mengizinkan bila pria itu meminta jatahnya lagi.Bukan masalah dirinya tidak suka atau bagaimana, tapi karena bahan makanan harus mereka dapatkan sekarang dan seharian ini mereka tidak ke luar rumah, Rika dan Juna pasti sudah menjadi pengemis di depan sana, mereka jelas kelaparan dan tidak berani membeli makan sendiri.Bukan juga mereka takut begal atau apa, mereka hanya menjaga rasa setia kawan seperti yang sudah disepakati sejak pertemanan itu tercetus kembali. Makan dan berbagi semuanya bersama, kecuali masalah hati."Aku mau lagi, Mel!""Iya, nanti kalau kita sudah belanja dan membelikan mereka makanan, sepuasmu, oke!"Arga bangkit dari rengekannya, menerima ajakan dan tawaran Meliana akan saluran hasrat yang menggebu nanti malam, ia bisa melakukan apa saja dan selama mungkin sesuai dengan apa yang ia mau.Pintu besar rumah itu pun akhirnya terbuka, seperti ap
Natan menggelengkan kepala, tentu dia tidak mau pindah dari tempat ini karena sejak perpisahan dan kabar Meliana terdengar, hatinya gelisah dan ingin selalu melihat perkembangan mantan istrinya itu.Ia ingin memastikan Meliana bahagia, lebih bahagia daripada saat bersamanya meskipun hati di dalam sana memanas tanpa henti seperti air mendidih yang tidak urung dipindahkan dari kompor yang menyala, atau mungkin kompor itu yang rusak hingga butuh air untuk menyiramnya.Fira mendengus kesal, ia lantas menghabiskan cepat makanan yang sudah mereka pesan, acara malam ini berubah menjadi mood buruk pasalnya Natan terus saja membuatnya cemburu akan kehadiran Meliana, belum lagi mereka sempat bertegur sapa tadi."Ayo, kita pulang!" Fira bersiap untuk meminta nota pembayaran."Kau katanya ingin berjalan-jalan dulu, apa tidak jadi?" tawar Natan mengingatkan.Fira yang sudah hafal akal bulus suaminya itu sontak melanjutkan apa
"Apa Arga tidak akan mencarimu?" tanya Rika sengaja memancing kepekaan Meliana.Meliana berdecak lirih, "Dia bisa memeriksa lewat cctv di ponselnya, hanya ada satu di pagar, dia bisa tahu apakah aku ke luar rumah atau tidak, lagipula aku di tempatmu, apa dia mau marah? Mengesalkan sekali," balas Meliana sembari berguling-guling di ranjang Rika.Beberapa cerita mereka sampaikan di sini, mulai dari kisah horor hingga yang paling lucu, Rika sempat mengalami rasa takut tinggal di kamar barunya ini, pasalnya tidak pernah ada yang menempati dan Juna hanya sesekali membersihkannya.Tapi, dengan kekuatan butuh dan rasa kantuknya, ia bisa melewati itu hingga terlelap dengan nyenyak, bahkan tidak mendengar apapun seperti yang dikisahkan oleh Juna."Dia terus saja mengirimiku pesan mengerikan, seperti hantu bergentayangan dan ada yang melayang saat aku tidur, dia tidak tahu kalau aku sudah tertidur di sini," oceh Rika gemas.&nbs
Krek ....Meliana buka tirai berwarna kelabu itu lebar-lebar, memaksa suaminya segera bangun selepas kembali tertidur setelah menunaikan kewajibannya tadi.Mata Arga terasa sangat lengket bila berada di dekat Meliana hingga hanyut berulang kali dan tanpa sadar mentari datang untuk menawarkan cerita baru."Bangun, sayang. Kau harus berangkat pagi kan hari ini, ayo, bangun!" Meliana tarik selimut tebal yang masih menggulung tubuh setengah polos itu.Arga tarik lebih kuat sampai Meliana limbung ke atasnya, mendekap rapat sebentar untuk memastika wanita yang ada di dekatnya itu telah sah menjadi istri atau pendamping hidupnya sampai mati.Meliana kecup setiap jengkal kulit wajah Arga, pria itu sangat suka dengan sentuhan kecilnya yang spontan, tanpa Arga suruh dan Meliana melakukannya begitu saja, mengejutkan dan membuat sensasi yang berbeda."Aku nanti akan pulang jauh lebih malam, aku akan bertemu deng
Bruak, bruak, bruak ....Tangan Arga tak kuasa menahan laju amarah dari ayahnya, berulang kali pria itu bangkit untuk melampiaskan amarahnya pada Neni.Pengakuan yang menggelikan sekaligus mengerikan itu berulang kali memancing amarahnya, kesetiaan Neni dipertanyakan saat ini juga.Sampai tengah malam mereka belum berhenti untuk saling beradu ucapan dan melempar benda keras, anggap saja saat ini terjadi kekerasan dalam rumah tangga di sini.Harto tidak bisa menahan diri lagi, mulut Neni terus mengatakan bahwa Arga bukanlah anak kandung Harto, anak kandung Harto telah Neni butuh dan sengaja ia gugurkan sebelum Harto tahu kalau dirinya hamil."Cukup, Ayah!" Arga menahan tubuh besar ayahnya, ia pun sudah berlumuran darah karena menolong Neni dari banyak lemparan benda tumpul ayahnya."Biarkan dia melampiaskan amarahnya padaku, aku juga sudah muak dengan rumah tangga pura-pura ini, aku menyesal!" ucap Ne
Meliana sampai tertidur menemani Arga yang tidak mau melepaskan atau sekedar jauh sebentar darinya, mata itu baru terbuka saat isakan Arga kembali terdengar."Ga, ada aku di sini, kamu tenang ya ...."Arga pandangi wajah lembut dan perhatian Meliana, ia terisak kembali menunjukkan betapa hancur dan lemahnya dia saat ini.Satu tangan yang masih ada di atas perut Meliana seolah enggan untuk pergi, Arga menahan tubuh kecil itu dan tidak mau menjauh sedikit pun.Entah apa yang terjadi, sampai detik ini belum ada pesan dari kedua temannya yang mungkin mendapatkan informasi dari Harto.Meliana bahkan tidak melihat atau sekedar mendengar suara heboh dari kedua temannya, tidak mungkin bila tadi saat ia tertidur, kedua temannya itu memutuskan membawa Harto ke rumah sakit."Sayang, boleh aku tinggal sebentar? Aku mau memastikan Rika mengobati ayah dengan benar, boleh ya?"Cukup lama Arga berfikir
Meliana usap lembut wajah yang banyak luka memar itu, suaminya masih terlihat tampan seperti biasanya, ia tidak menyangka kalau hari berat ini akan mereka lalui.Entah kenapa ia bersyukur karena ketika Arga menerima kenyataan pahit ini, Arga ada bersamanya, tidak bisa Meliana bayangkan kalau Arga berada di tangan orang lain atau seorang diri, pria itu bisa saja mengakhiri hidupnya karena sebuah pengakuan yang cukup membuatnya hancur."Kau mau minum atau makan?" tawar Meliana, ada dua potong roti yang tadi Juna bawakan."Aku ingin kau peluk saja, Mel.""Tidak dulu, kau sedang sakit, memelukmu saat ini tidak akan memperbaiki keadaan yang ada. Kau harus makan agar kuat dan bisa kembali pulih, ayah menunggumu untuk merawatnya, sayang," balas Meliana menolak lembut.Samar-samar Arga mengingat, batinnya kembali sesak hingga suapan Meliana bercampur dengan tetesan air matanya.Dengan tenang Meliana hapus ai
Heri masih menggenggam tangan teman baiknya itu, begitu juga Surti yang terus saja mengangguk saat banyak penjelasan Heri sampaikan untuk memperjelas kilasan masa lalu yang menjadikan dendam dan rasa sakit hati pada diri Neni selama ini."Mas Heri benar, Nen. Dia tidak membencimu atau menganggap kau kalah dari Siwi, tapi dia terlalu sayang pada masa depanmu bila bersamanya yang tidak mempunyai apa-apa, kau mempunyai mimpi besar, bila dalam hubungan kekasih tidak bisa dia berikan, itu artinya memaksa kau untuk pergi, Mas Heri tidak mau itu sampai terjadi, dia sangat menyayangimu, mengharapkan kau mendapat kehidupan yang lebih baik bersama Harto waktu itu," tutur Surti, ia baru berucap saat ini.Mata Neni terus menatap pria yang sudah menjadi bait dalam masa lalunya itu, pria yang sampai membuatnya kehilangan arah karena merasa diabaikan dan tidak dicintai, pria yang membuat masa lalunya menjadi kelam hingga berbuat nekad dan kejam.Ia meng