Sesampainya di kelas, ia menghempaskan tubuhnya dengan kesal. Rachel terheran – heran menatap Shakira yang terlihat kacau dan berantakan.
"Pagi Shak, ada apa kamu? Kok tumben telat?''
"Aku lagi kesel banget! Dan... Aaaahh... Ini pake kebawa segala?!'' Shakira tersadar bahwa ia masih membawa saputangan pemuda tampan itu di tangannya saat ia akan mendekap wajahnya.
Buru – buru ia memasukkan sapu tangan itu ke dalam tas selempangnya dan mengambil botol minuman dari dalam tasnya. Ia minum dengan sangat puasnya, hal itu membuat Rachel cekikikan melihat Shakira terengah setelah hampir menghabiskan setengah botol air minumnya.
"Jadi?!''
"Ya, jadi hari ini aku dua kali berkelahi dengan preman! Yang satu karena dia menjambret tasku dan satu lagi karena menolong bocah dipalak tapi malah dia seolah – olah 'nggak apa – apa kok, duit kecil ini! Ngeselin banget! Sumpah! Dan siapa pula dia?! Nggak jelas! Sombongnya nggak kira - kira!'' Shakira bersandar dengan kasar sambil menutup botol minumnya lalu memasukkannya kembali ke dalam tas.
Rachel terbelalak mendengar cerita Shakira yang nyerocos tanpa berhenti bicara dalam satu tarikan napas. "Tapi kamu nggak kenapa – kenapa kan?''
"Ya nggaklah! Aku kesel! Keseeeeeel banget!!''
"Ya ya ya... Itu tandanya kamu nggak kenapa – kenapa karena kamu masih bisa ngomel - ngomel... Hehehe...''
Shakira terkekeh mendengar ucapan Rachel yang sangat hapal akan tabiatnya yang selalu bersemangat dalam setiap ucapan dan perbuatan. Sangat bertolak belakang dengan dirinya yang lebih tertutup, kalem dan lebih feminim dibanding Shakira.
Tak berapa lama seorang guru laki – laki berpakaian sangat rapi dan elegan memasuki ruang kelas Shakira. Pelajaran pagi berlangsung seperti biasanya, tegang dan serius karena pembawaan pak Asmo yang berwibawa dan tegas. Hal itu membuat Shakira bisa lupa akan peristiwa besar yang telah ia lalui pagi itu.
Tak terasa waktu pun berlalu, bel istirahat pun berbunyi, Shaki bergegas mengeluarkan kotak bekal makanannya dari dalam tas. Ia sangat kelaparan karena insiden pagi itu. Dengan antusias gadis berkuncir kuda itu membuka kotak bekal makan siangnya yang berisi nasi dan telur gulung serta sop brokoli bikinan ibunya, tak lupa sambal yang sangat nikmat.
"Waaaahhh... Enak sekali!'' Rachel melihat dengan antusias menu makanan Shakira. Gadis itu terkekeh dengan bangga seolah menunjukkan 'ibukku gitu loh!'
"Ambil aja kalau mau, ibuku itu masakannya selalu the best! Hehehe...'' Jawab Shakira mendekatkan tempat sayur sop kepada Rachel yang berbekal nasi dan berlauk ayam teriyaki. Rachel mengernyit ingin menolak karena ia tak menyukai sayuran jenis apapun.
"Aaaaaakkk!'' Shakira memaksa menyuapi Rachel, mau tak mau Rachel melahap suapan sayur sop brokoli itu dengan wajah getir, namun wajahnya berubah senang beberapa saat kemudian.
"Enak kan?! Hahaha... Apa kubilang?!'' Rachel mengangguk karena sibuk mengunyah.
"Waaahh kelihatannya enak, aku juga mau donk!''
Belum sempat kedua gadis itu menoleh dan menjawab sumber suara, sebuah tangan bertahtakan jam tangan mewah melintasi wajah Shakira dan dengan seenaknya mencomot satu potong telur gulung milik gadis itu.
"Hei!'' Bentak Shakira menoleh kepada pemuda tampan yang ia temui pagi itu yang sedang mengunyah telurnya dengan nikmat. Lagi – lagi belum sempat Shakira melanjutkan omelannya, tiba – tiba beberapa perempuan histeris melihat ke arah mereka. Shakira mengernyit bingung.
"Aaaahh... Axel!''
"Tuan muda Axel...!''
"Aaaakkhgg... Kak Axel! Kak Axeeeell!''
"Kak Axel ada di sini?!''
Shakira terbelalak kaget saat melihat keriuhan yang terjadi tiba - tiba. Para siswi dari kalangan anak – anak tenar dari berbagai jurusan semua berkerumun di sekeliling Axel. Layaknya pangeran dengan dayang - dayangnya, Axel berdiri dengan gaya yang angkuh nan menawan. Semua mata tertuju pada mereka. Bahkan beberapa mahasiswa ikut berkerumun tak jauh dari tempat itu.
"Kau mau jadi koki di rumahku? Aku lagi butuh koki lho. Masakanmu enak!''
"Siapa yang butuh...''
"Saya aja kak! Saya kak!''
"Saya kak!''
"Sayaaaa! Sayaaaa...!''
Bantahan Shakira tertelan oleh suara – suara yang saling bersahutan memperebutkan posisi yang ditawarkan Axel padanya. Gerakan tangan Axel meredam keributan itu.
"Oke, oke. Kalau begitu coba kalian buktikan kepadaku sekarang. Aku ada di kelas sebelah.'' Ucap Axel dengan mata yang menatap Shakira dalam – dalam sebelum ia meninggalkan tempat itu. Shakira membalas tatapan Axel dengan mulut mencibir.
"Hah?! Apa – apaan sih?! Siapa dia sih sampe segitunya?! Cih... Bocah culun kayak dia...'' Omel Shakira seenaknya sambil beralih kepada Rachel yang ternyata terpaku menatap sosok Axel yang menjauh dengan wajah merona.
"Heh! Rachel! Kamu juga ngapain ikut – ikutan begitu sih?!''
"Aaaahh... Enggak...'' Rachel menutup wajahnya karena malu. Shakira makin curiga akan tingkah sahabatnya itu. Namun dia mengabaikannya dan kembali duduk lalu dan melahap bekal makan siangnya berharap kekesalannya ikut tertelan.
"Iiihh masa kamu nggak tahu?! Dia itu tuan muda Axel dari keluarga Othman! Othman itu!''
"Oth...man?!''
"Iiiihhh... Othman pemilik Living World Group ituuuuu!''
"Hah?!''
"Iyaaaaa Shaki! Keluarga Othman pemilik saham terbesar di 2 stasiun tv dan beberapa real estate itu!'' Rachel sangat antusias.
"Denger – denger keluarga Othman punya pulau pribadi dan grup itu penyokong terbesar pemerintahan lho!'' Rachel berbisik kepada Shakira yang hanya menjawab acuh tak acuh.
"Dan kudengar lagi keluarga Othman sedang mencari calon menantu untuk kedua pangerang Othman lho! Awww... Nggak bisa bayangin istri - istri mereka!'' Rachel makin merona.
Shakira terpaku diam dan berhenti mengunyah, dia terus mendengarkan penuturan Rachel tanpa berkomentar, apalagi melihat wajah Rachel yang sangat antusias dan berbinar – binar saat menceritakan tentang pemuda itu.
"Aaaahh dia itu seperti pangeran dalam dongeng ya? Perfect banget! Nggak nyangka ketemu dia sedekat ini! Oooohhh...'' Rachel kembali merona.
"Emang dia murid kampus ini ya? Kok aku nggak tahu? Sejak kapan dia disini?!'' Akhirnya Shakira membuka suara dengan enggan.
"Aahh itu, aku denger sih karena dia ingin hidup mandiri, makanya dia pindah kesini, dia baru kembali ke Indonesia.'' Jawab Rachel masih tetap dengan wajah yang sama. Seolah menunjukkan dia sangat bangga mengetahui seluk beluk tentang Axel.
"Ooohh... Lagian nggak penting juga sih. Sudah ah, buruan makan. Sebentar lagi jam istirahatnya selesai.'' Shakira makan dengan lahap tanpa bersuara, karena ia benar – benar lapar.
Mendengar ucapan Shakira, Rachel buru – buru melahap bekal makan siangnya dengan wajah antusias lebih dari sebelumnya.
***
"Shakiiii...''
Shakira menghentikan langkahnya saat keluar dari perpustakaan. Ia menoleh ke arah sumber suara. Spontan wajahnya langsung mengernyit saat mendapati Axel sedang berjalan cepat ke arahnya. Shakira terpaku diam saat Axel meraih tangannya yang langsung ditampik oleh Shakira dengan wajah masam.
"Hei! Apa - apaan sih!''
"Aku ingin bicara.''
"Ya sudah bicara saja.''
"Ya nggak disini juga.''
"Trus?''
"Berdua saja. Harus!''
"Dih...''
''Seka...''
"Axeeeell! Kantor dosen!''
Axel mendesah berat dan menoleh ke sumber suara dengan wajah kesal. Mario mengangkat bahu tanda 'tau tuh!'
Axel merebut ponsel Shakira tanpa mengabaikan teriakan protes dari si pemilik. Lalu dengan acuh ia menulis sebuah nomor ponsel dan memencet tombol panggilan. Setelah memastikan nada terhubung, Axel segera memutuskan sambungan telepon dan menyerahkan ponsel itu kepada pemiliknya yang telah memasang wajah masam.
"Itu nomer telponku. Kau harus mengangkatnya tiap aku menelpon! Ingat itu!''
Axel segera berlari menjauh tanpa memperdulikan protes Shakira. Pemuda berperawakan tinggi semampai itu berjalan berdampingan bersama Mario menuju arah berlawanan dengan Shakira. Namun sebelum menjauh lagi – lagi Axel menoleh ke arah Shakira dan memberinya ancaman dengan pandangan.
Shakira membalasnya dengan meletakkan jari telunjuk diatas keningnya dengan posisi miring. "Gila!'' Gumam Shakira dengan santai. Walaupun tak terdengar jelas tapi ia tahu pesannya tersampaikan karena pemuda itu terkekeh menampilkan sederet gigi yang putih dan rapi.
Untuk sepersekian detik Shakira seperti tersihir akan tawa menawan itu, namun histeria para siswi di sekitarnya membuyarkan lamunannya. Shakira bergegas meninggalkan tempat itu.
Dan benar saja, langkah pemuda itu terhalang oleh beberapa siswi dari kelas lain yang tergolong anak – anak tenar yang mencoba berkenalan dan meminta foto bersama. Akan tetapi Mario bertindak cepat layaknya bodyguard yang mengusir para fans untuk sang bintang.
Walaupun Shakira baru menginjak tahun pertama di kampus itu, ia pun terkenal karena kepiawaiannya dalam hal olahraga, namun ia tak pernah menonjolkan dirinya dan ikut dalam geng anak tenar. Ia hanya ingin fokus dalam kuliah dan bekerja.
Shakira hanya menggeleng sinis saat melihat beberapa siswi itu terlibat cek cok saat pemuda incaran mereka juga diperbutkan oleh para siswi senior. Para junior hanya berani menatap di pinggiran seolah menunggu giliran. Gadis itu berlalu sambil menggelengkan kepalanya.
Seperti biasa seusai kuliah Shakira langsung menuju sebuah restoran yang ada di sebuah mall kecil yang terletak tak jauh dari kampusnya. Shakira segera menuju ruang karyawan untuk berganti pakaian. Kini gadis itu telah berganti seragam pramusaji restoran. Shakira menyapa beberapa rekan kerja dan seorang manager restoran yang sangat mengenalnya dengan baik."Hai Shaki, apa kabar hari ini?'' Sapa manager Martin yang sedang duduk di sebuah ceruk ruang karyawan melepas kesibukannya dengan pembukuan yang ada di hadapannya."Baik pak Martin! Sangat baik!'' Jawab Shakira dengan antusias yang membuat lelaki bertubuh tinggi besar dan bertampang maskulin itu mengangkat wajahnya dari aktivitasnya menatap lembaran bon dan buku kas."Hei, ada apa? Sepertinya kamu sedang sangat bersemangat ya?!'' Pak Martin meneguk kopinya dengan senyuman khasnya yang membuat aura maskulinnya terlihat lebih ramah."Shaki kan memang selalu kelebihan energi pak! Seperti batere kelinci it
Ya Tuhan... Kumohon pertolongan Mu, selamatkanlah mama...Shakira mulai menitikkan airmata. Sekuat apapun dia jika sesuatu menimpa ibunya, ia akan hancur berkeping – keping.Segala yang ia lakukan demi kebahagiaan ibunya yang kini sakit – sakitan akibat jantung lemah sejak kepergian ayah Shakira yang mengalami sebuah kecelakaan pesawat dalam perjalanan bisnis bersama kakeknya, serasa tak ada artinya jika ia tak bisa menjaga ibunya dengan benar.Dan kini ibunya berada dalam bahaya di tangan seorang penculik atau bahkan lebih dari satu orang.Tidak! tidak ada waktu buat menangis! Aku harus kuat demi mama, apapun yang terjadi. Aku harus bisa menyelamatkan mama!Sumpah Shakira dalam hati memantabkan diri. Gadis itu berlari ke gerbang utama rumah susun dan berdiri menunggu dengan tenang.Benar saja, tak berapa lama kemudian sebuah mobil sedan mewah berwarna hitam mengkilat memasuki jalanan rumah susun sederhana yang mengesankan pemand
Shakira mengerjapkan mata sebelum akhirnya membuka mata sepenuhnya. Gadis itu terlonjak kaget dan bingung saat menyadari ia terbangun di sebuah kamar yang sangat indah dan penuh perabotan mewah."Nona sudah sadar?''Shakira menoleh ke arah sumber suara yang berasal dari seorang wanita muda yang baru saja memasuki ruangan itu dan sedang berjalan ke arahnya. Wanita muda itu nampak antusias menyambutnya."Ini ... Dimana? Kamu siapa?'' Shakira mencoba bangkit namun langsung di cegah oleh wanita muda yang memakai seragam seorang asisten rumah tangga itu."Aaah ini, ini di kamar anda nona. Dan saya Amelia, yang akan merawat dan membantu segala kebutuhan nona.'' jawab Amelia menunduk penuh hormat."Apa?'' Belum sempat Shakira bertanya lebih jauh, tiba – tiba seseorang membuka pintu.Cklek!Pintu terbuka dan tertutup. Kali ini seorang wanita lebih tua dengan rambut putih yang menutupi hampir seluruh kepala datang dengan sikap anggunnya.
Dengan perasaan malu, Shakira mengamati dirinya di depan cermin kamar mandi. Ia benar – benar melihat tanda bekas ciuman seseorang. Bukan hanya satu, ada beberapa di leher, pundak dan dadanya. Shakira merabanya, ada getaran aneh yang ia rasakan. Ia juga meraba bibirnya yang terasa lebih tebal dan bengkak. Pikirannya kembali melayang mimpinya semalam, sentuhan dan remasan. Ah tidak! Cumbuan dan ciuman itu! Ah sialan kenapa aku tak bisa melupakannya! Kamar siapa itu? Tapi tak ada siapa pun di sana? batin Shakira penasaran, lalu segera memakai baju yang ia dapatkan dari Amelia. Oh tidak! Apalagi ini? Kenapa sepagi ini harus memakai gaun resmi seperti ini segala? Shakira menggerutu dalam hati. Lebih – lebih potongan baju yang agak rendah itu tak bisa menutupi tanda merah di leher dan pundaknya. Ah sial! Sepertinya aku harus memakai syal tinggi untuk menutupinya. Aaahh tapi pasti akan terlihat aneh kan? Ini masih terlalu pagi! gerutunya dal
"Ada apa ini? Kalian sepertinya sudah saling mengenal, tapi kakek rasa bukan dalam keadaan baik. Apa itu benar?'' Kakek Othman memandang keduanya bergantian.Spontan Shakira menghela napas dengan kesal dan menceritakan kejadian saat pertama kali bertemu Axel, seperti anak kecil yang sedang mengadukan kenakalan kakaknya pada orang tuanya. Kakek Othman mendengarnya dengan antusias di selingi gelak tawanya menatap Shakira yang bersungut - sungut."Ya, mau bagaimana lagi. Axel lagi bosan kek. Apalagi saat tahu kalau dia pandai berkelahi, makanya Axel iseng sekalian saja,'' sahut Axel dengan santai sambil duduk di seberang kursi kakeknya."Iseng! Yang benar saja!'' Shakira bersedekap defensif dan memandang Axel dengan masam, akan tetapi laki – laki tampan berlesung pipi itu mengabaikannya dengan sikap santainya. Bahkan ia meneguk teh manisnya yang telah dingin."Iya kek! Coba kakek lihat sendiri, saat dia menghajar penjambret di jalanan, lalu mengh
Vila diatas bukit yang sebagian besar menampilkan wajah lautan yang tenang itu kini tiba – tiba berubah hingar bingar dengan berbagai macam hiasan yang meriah nan indah, serta beberapa tamu undangan yang berasal dari keluarga besar Othman dan teman terdekat kakek Othman. Walaupun begitu, rasanya sangat berbeda dengan keseharian rumah peristirahatan itu yang selalu sepi dan tenang.Walaupun dengan serangkaian acara dan perjamuan hari yang melelahkan, namun bagi Axel yang melihat kecantikan Shakira yang sempurna dengan balutan gaun putihnya yang sangat indah membuatnya tetap bersemangat dengan segala kebisingan dan kemeriahan pesta tertutup itu. Hari ini Shakira terlihat sangat memukau dan sempurna dengan riasan tanpa cacat dan hiasan bunga yang menghiasi rambutnya yang tersanggul dengan indah.Walau selalu bersama, Axel selalu mencuri – curi pandang pada Shakira yang sibuk menyalami tamu atau berbicara dengan mereka yang sebagian besar adalah keluarga Othman
"Ehm... Hoaheeeeemmm.....'' Shakira menggeliat dengan manja dan merentangkan tangannya dengan bebas. Namun, ia merasakan tubuhnya terasa sangat berat seolah ada batu besar yang menimpanya. Perlahan – lahan gadis itu membuka lentik kedua matanya. Shakira tersentak dari tidurnya dan betapa terkejutnya dia saat mendapati dirinya tertidur tanpa sehelai benang pun yang menutupi tubuhnya. Dengan panik Shakira membungkus dirinya dalam selimut dan menyalakan lampu tidur yang ada di meja samping ranjang. Gadis itu menahan gusar karena ia tak mengingat apapun yang terjadi. Oh tidak! Apa yang sudah terjadi? Apa aku dan Axel sudah ...? Oh tidak! Shakira menggigit bibirnya menahan isaknya, ia mencoba menenangkan dirinya untuk mengingat apa yang terjadi, namun ia tak bisa mengingat apapun. Kosong dan gelap. Shakira memaksakan dirinya untuk bangkit dan membasuh dirinya, ia berendam cukup lama untuk menenangkan dirinya jika saja hal terburuk yang ia pikirkan benar –
"Hei, bagaimana kalau kita menonton itu bersama?'' Axel tersenyum miring melihat Shakira mengernyit masam."Ini semua gara – gara kamu!''"Aku? Kenapa jadi aku yang salah?'' Axel memasang tampang tak berdosa."Kau membohongiku? Kenapa kau kirim foto malam pertama kita? Padahal kan kita tidak melakukannya! Karena, aku tak bisa mengingat apapun!'' Shakira tak menyadari apa yang ia bicarakan membuat Axel makin membara seperti api yang tersulut bensin. Axel langsung menindihnya dan mengunci kedua tangannya."Aahh jadi kau menginginkan malam pertama yang sebenarnya?'' Senyum Axel mulai mengembang, ''dan kupastikan semua itu tak akan pernah terlupakan seumur hidupmu sayang.''"Jangan harap! Justru aku ingin memastikan kebenarannya!'' Shakira memberontak."Ya, memang menyedihkan, di malam pertama pernikahanku, istriku malah tidur sangat pulas. Apalagi yang bisa aku lakukan selain menciuminya? Yah, aku melakukan itu hanya ingin menandai kepemi