Share

Bab 2 Hari yang Aneh

Gadis itu meninggalkan warung makan dan segera berlari pulang dengan jalan memutar, ia tak mau mengambil resiko ia akan di culik diam – diam saat ia melewati lahan kosong parkiran. Sambil membawa beberapa camilan ia mengetuk pintu dan mengucap salam sebelum masuk.

"Sayaaaang, kemana saja kamu nak?! Kenapa lama sekali baru pulang?!'' Tegur ibunya menyongsong Shakira dengan wajah panik.

"Aaahh maaf ma, tadi keenakan ngobrol di pasar malam hehe... Ini, Shaki bawa camilan nih buat mama. Tadi dapat bonus lumayan dari Bu Rosa dan tante Diana. Mereka baik – baik ya ma. Yuk makan.'' Jawab Shakira sedikit berbohong untuk menghilangkan kepanikan ibunya.

"Heeemm ya sudah kalau begitu. Mama kan deg – degan Shaki kenapa - napa, mana tadi nggak bawa hape kan?''

"Oh iya, ya kirain Shaki kan cuma sebentar ini.''

Shakira membuka roti bakar coklat keju yang masih menguarkan asap panas dan wewangian makanan itu.

"Heeemm enaknyaaa...'' Natarina menghirup aroma makanan itu sambil duduk di hadapan putrinya.

"Eeemm mama... Tuan Rudolph itu siapa? Kok mama bisa punya customer itu? Baru kali ini kan mama nyuci baju dia?'' Shakira mulai bertanya sambil menggigit sepotong roti. Gadis itu berbicara sesantai mungkin agar ibunya tak mencurigai apa yang sudah dialaminya.

"Oh itu, mama juga nggak tahu. Itu penyewa rumah bu Yasmin buat 1 bulan, katanya ada yang harus diurusnya di sekitar sini, apa gitu mama juga nggak paham. Jadi selama tinggal disini, bu Yasmin meminta mama untuk mengurus loundrinya.'' Jawab Natarina menatap Shakira dengan tatapan 'ada apa?' sambil mengunyah sepotong roti. Shakira menggeleng sambil mengangkat bahu.

"Nggak apa – apa ma, cuma nanya aja.''

"Yah, lagian juga katanya lusa orang itu mau balik ke Australia. Kemarin bu Yasmin telpon mama. Makanya tadi mama buru – buru suruh kamu anterin walau sudah malam.''

Shakira mengangguk tanda paham sekaligus lega mendengar penuturan ibunya. Hanya saja, ia masih penasaran dengan beberapa laki – laki berjas hitam yang tiba – tiba datang menyerbunya.

Malam itu, Shakira tidur dengan gelisah. Gadis itu masih memikirkan peristiwa yang baru saja dialaminya. Hal itu benar – benar merisaukannya.

"Apa mereka berkomplot? Atau Rudolph tak terlibat apa - apa? Tapi melihat caranya yang tiba – tiba memaksa begitu, rasa – rasanya aneh banget? Duuuhh bingung. Tapi kalau aku cerita ke mama, mama nanti sakit lagi. Gimana ini? Mau pindah, pindah kemana lagi?! Haaah... Tapi untungnya lusa laki – laki itu mau pergi dari sini. Tapi... Tapi... Kalau memang dia berniat pergi kenapa dia malah nyari gara – gara mau jahatin aku gitu? Kan bisa aja dia ditangkap orang – orang situ? Eh tapi, tadi kenapa sepi banget ya? Nggak ada satu orang pun yang denger aku teriak? Tapi malah orang – orang itu, yang nggak tahu darimana. Heeeemmm... Kalau nggak, besok pagi akan kupastikan kalau orang itu benar – benar pergi. Ya betul.''

Shakira tak bisa memejamkan mata barang sedetik pun, karena kekalutan yang terus menghantuinya. Namun, ketika waktu telah menunjukkan pukul 2 dini hari, gadis itu mulai kelelahan dan tertidur.

Pagi itu, Shakira bersiap ke kampus dengan terburu - buru, setelah menghabiskan sarapan paginya dan membawa bekal makanannya, gadis itu mencium ibunya yang sedang mencuci piring sebelum meninggalkan rumah.

Shakira berjalan tergesa – gesa menuju tower tempat tinggal laki – laki asing bernama Rudolph. Dengan perasaan gugup, ia mencoba mengetuk pintu rumah itu. Beberapa kali ia mengetuk ternyata tak ada satupun jawaban.

"Adek, mau ngapain?''

Shakira tersentak kaget saat seorang laki – laki berseragam sekuriti menegurnya. Laki – laki berperawakan gemuk tinggi besar itu tampak bertanya - tanya.

"Aahh ini pak, semalam saya anterin baju loundry yang di cuci mama saya, tapi saya belum balikin uang kembaliannya pak.'' Shakira mencari – cari alasan.

"Oooohh gitu. Ya sudah buat kamu jajan saja, karena semalam, jam berapa ya? Lupa deh, pak Rudolph harus berangkat, itu juga buru – buru banget, sampai dijemput 2 mobil.'' Shakira mengernyit mendengar penuturan sekuriti yang terlihat memikirkan sesuatu saat menceritakan kepergian pria asing tersebut.

Setelah berbasa – basi dan puas akan jawabannya, Shakira meninggalkan tempat itu dengan napas lega. Walaupun masih ada satu perasaan yang masih mengganjalnya, namun segera ia tepiskan dan kembali fokus untuk menuju kampus.

***

Karena menahan kantuk Shakira hampir saja tertidur di angkot yang ia naiki. Gadis itu berusaha mengerjap – erjapkan matanya untuk menghilangkan kantuknya karena sebentar lagi ia harus turun. Hingga ia merasakan ada tangan seseorang yang meraba tasnya. Dan benar saja, laki – laki bertopi yang duduk di pintu angkot menarik tasnya kuat – kuat saat ia baru turun.

"HEEEIII....! TUNGGU....!!''

Shakira berlari secepat mungkin untuk mengejar lelaki yang berhasil menjambret tasnya saat turun dari angkutan umum. Tanpa basa basi Shakira mengayunkan kedua kakinya untuk menghentikan laju lari si penjambret yang hanya beberapa langkah di depannya.

GUBRAK!

"ADUUUUUHHH!'' Pekik penjahat itu yang mendarat dengan keras di atas aspal jalanan karena tendangan Shakira. Laki – laki itu tak berkutik saat ia di bekuk oleh gadis itu dengan lutut yang mengganjal punggungnya. Shakira berhasil mendapatkan tasnya kembali, namun pelaku kejahatan bertopi hitam itu bisa lepas dari kungkungan lutut Shakira dan berusaha menyerang gadis cantik itu. Tas terlempar dari pegangan Shakira.

"Cih! Anak perempuan macam apa kamu ini?! Sialan! Sini kamu!'' Penjambret itu segera menyerang Shakira dengan mencoba menjambak rambut Shakira yang panjang terkuncir ekor kuda. Shakira mengelak dengan cepat, namun laki – laki itu terus berusaha menyerangnya secara membabi buta. Dengan lincah Shakira bisa menghindari beberapa tinju yang dilayangkan padanya yang membuat laki – laki jadi sangat kesal dan emosi. Hal ini membuat celah untuk Shakira melayangkan serangan balik.

Shakira menendang lutut dan paha bagian dalam laki – laki itu disusul dengan pukulan kuat – kuat ke muka lelaki itu yang membuatnya terpekik dan terhuyung.

Akan tetapi Shakira tak melepaskannya begitu saja, ia segera melayangkan siku kanannya dengan telak di rahang lelaki itu, lalu ia juga menendang perut lelaki itu dengan kuat. Kini lelaki itu terjerembab tak berdaya.

Shakira menghela napasnya dengan kasar. Sambil menyambar tasnya yang tergeletak di jalanan, dia memperhatikan lelaki itu yang tak bangkit lagi karena benturan kepala dengan tembok.

Shakira melenggang diiringi tatapan kagum dan pujian riuh rendah beberapa orang yang melihat aksinya itu. Shakira hanya tersenyum seraya buru – buru meninggalkan tempat itu karena jam menunjukkan pukul 8.20 pagi. Itu menandakan ia hanya punya waktu 10 menit lagi untuk sampai di kampus sebelum kelasnya dimulai.

''Aaaahhh! Gawat! Hari ini kan pak Asmo killer! Sumpah deh! Bisa – bisa aku disemprot habis – habisan sama mister Black nich!'' Batin Shakira membayangkan wajah pak guru Asmo yang berkulit gelap dan bertampang seram, makanya laki – laki itu mendapat julukan Mr. Black oleh anak – anak didiknya, sambil terus berlari di sepanjang jalan agar sampai tepat waktu melewati gerbang kampus yang kini hanya berjarak beberapa meter di hadapannya.

Akan tetapi, langkahnya terhenti seketika saat ia melihat seorang pemuda yang sedang di palak oleh 2 orang preman di sebuah gang sempit tepat di samping tembok kampusnya.

"Apa – apaan sih!'' Shakira terbelalak saat salah seorang preman itu mentoyor kepala pemuda yang terlihat pasrah itu dengan kasar. Dengan kesal Shaki memutar langkahnya mendekati tempat itu.

"Hei kalian! Pergi dari sini!'' Ancam Shakira sambil menodongkan sebuah potongan ranting yang ia pungut di jalanan.

Kedua preman dan si pemuda menoleh kaget ke sumber suara. Melihat sosok Shakira yang cantik dan terlihat kurus kedua preman itu terkekeh.

"Hahaha... Anak manis mencoba menakut – nakuti kami rupanya hahaha...'' Jawab preman berbadan bongsor.

"Aduh aduuuhh jangan mainan kayu itu, nanti tanganmu yang lembut terluka loh, sini yuk main sama om?!'' Bujuk preman berbadan tegap dan bertampang seram melangkah mendekat Shakira dengan santainya.

"Najis lu!'' Bantah Shakira sambil mengayunkan kayunya kepada si tegap. Namun dengan mudah ayunan Shakira ditangkapnya dengan satu tangan, dan kini mereka saling tarik menarik.

Dengan sekuat tenaga Shakira menarik kayu itu dan saat si tegap menariknya kembali Shakira melepaskannya begitu saja, hal itu membuat si preman kaget dan jatuh terjengkang di hadapan Shakira.

"BOCAH KURANG AJAR!" Bentak si bongsor yang langsung mengayunkan tangannya untuk menangkap lengan kecil Shakira. Namun dengan lincah gadis itu mengelak dan menendang dengan kuat tepat di tempat vital laki – laki itu. Tak pelak preman bongsor itu berlutut memegangi alat vitalnya dan mengerang kesakitan.

Si tegap terbelalak kaget mendapati temannya yang begitu kesakitan. Kini ia sangat kesal dan mencoba menyerang Shakira dengan mengayunkan tinjunya kepada gadis cantik itu. Shakira mengelak dengan tenang dan menyerang balik preman itu namun bisa ditangkis dengan mudah pula oleh laki – laki itu.

"ITU PAK! ITUUUU!"

Perkelahian itu terhenti karena si pemuda berlarian bersama petugas sekuriti kampus dan beberapa warga yang kebetulan melintas. Melihat hal itu si preman berbadan tegap segera melarikan diri bersama temannya yang masih menahan sakit akibat tendangan Shakira.

Shakira berjalan memasuki gedung kampus dengan napas terengah, ia mengusap peluh yang bercucuran.

"Shakiiii! Tungguuuuuu!''

Shakira menoleh dan mendapati pemuda yang ia tolong berlari mengejarnya. Mereka berdiri saling berhadapan.

"Kau mengenalku?!'' Shakira mengernyit bingung. Pemuda itu tersenyum dan mengeluarkan sebuah sapu tangan yang indah dan mengusap wajah Shakira yang berpeluh. Shakira tersentak kaget dan mundur selangkah.

"Ah sorry. Apa kau baik – baik saja?'' Tanya pemuda itu tanpa menjawab pertanyaan Shakira sambil memaksa Shakira menerima sapu tangan yang ia pegang. Shakira menerimanya dengan enggan.

"Terima kasih. Ah ya aku baik – baik saja kok.'' Ucap Shakira kembali berjalan di koridor kampus.

"Kau sangat hebat tadi! Terima kasih! Hanya saja harusnya kau tak perlu melakukan itu kan? Cukup beri saja mereka sedikit uang, mereka akan pergi. Bagiku itu nggak masalah sih sebenarnya.''

"APA?!" Shakira menghentikan langkahnya dan menoleh kepada pemuda itu. Ia memandang terbelalak kepada pemuda yang kini ia baru sadari sepenuhnya bahwa ia belum pernah melihat sosok setampan itu di kelasnya. Walau dengan baju sederhana yang tak terlalu mencolok tapi ada kesan mewah dan tak biasa yang terpancar dari pemuda di hadapannya itu. Dan, ya! Shakira tak pernah melihat pemuda itu sebelumnya di lingkungan kelasnya.

Walau Shakira bukanlah jenis gadis dalam lingkup anak – anak populer di kampus namun ia tak akan tidak mengenali sosok tampan dan sangat menawan yang berdiri di hadapannya. Sosok yang terlalu menonjol untuk dilupakan begitu saja, dengan raut wajah elok sempurna, rambut kecoklatan dan mata coklat jernihnya diatas kulit yang setingkat lebih gelap dibanding Shakira. Sosok itu akan jadi sumber keindahan sekaligus sumber malapetaka di kampus kecilnya.

"Benarkan apa yang aku bilang?! Untung aku segera mendapat bantuan, kalau kamu sampai terluka gimana? Padahal mungkin mereka cuma mau seratus atau duaratus ribu saja. Bagiku nggak masalah sih...''

"APA?!" Sekali lagi Shakira tergagap mendengar ucapan pemuda itu yang seolah meremehkan bantuan darinya.

"Hei dengar ya tuan sultan! Ini bukan masalah duit! Mungkin bagimu uang segitu nggak berarti tapi mereka akan terus merajalela kepada anak – anak di kampus ini! Dan nggak semua anak kuliah sekaya KAMU!'' Bentak Shakira menghentakkan tangannya dengan kesal sambil meninggalkan pemuda tampan itu yang masih berusaha mencerna ucapannya.

Shakira terus berjalan tanpa menghiraukan panggilan pemuda tadi yang kini harus pergi karena kedatangan seseorang. Shakira sempat melirik dari sudut matanya sebelum pemuda itu menghilang di balik pintu dosen bersama seseorang berpakaian jas hitam lengkap.

"Siapa sih? Sombong banget! Sok kaya! Eeehh... Kok dia tahu namaku ya? Dia fakultas apa? Ah bodo amatlah, jangan sampai urusan sama dia lagi aja." Batin Shakira mencoba mengabaikan pemuda tampan yang angkuh itu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status