Home / Romansa / Nikah Yuk! / Ajakan Berkencan

Share

Ajakan Berkencan

Author: Erna Azura
last update Last Updated: 2023-09-18 10:47:00

Tok ...

Tok ...

Suara pintu yang diketuk mengalihkan perhatian Zhafira dari layar televisi yang dipantenginnya semenjak tadi pagi ia membuka mata.

Seperti biasa, weekend ini akan Zhafira habiskan menonton drama Korea saja.

“Mbak Fira ... Mbak!” panggil suara dari luar sana.

Suara yang begitu familiar di telinga Zhafira, siapa lagi kalau bukan pak Nono security kossannya.

Malas-malasan Zhafira beranjak dari sofa untuk membuka pintu.

“Ada apa, Pak?” Zhafira bertanya dengan tampang malas, gadis itu belum mandi padahal matahari hampir berada di atas kepala.

“Ada yang nyari, Mbak ... di depan.” Pak Nono menunjuk ke arah depan tapi terhalang tembok, percuma juga Zhafira menoleh ke sana.

“Ya udah suruh masuk aja,” kata Zhafira yang berpikir jika tamu yang dimaksud pak Nono adalah Bella atau Nova, sahabatnya.

Mereka terkadang mengunjungi Zhafira tanpa memberitau terlebih dahulu.

Bukannya segera pergi, Pak Nono malah memberikan tatapan skeptis.

“Tapi jangan macem-macem ya, Mbak.” Sang security memperingati.

Zhafira menyengir, ingat kejadian akhir minggu lalu di mana ia, Nova dan Bella membuat gaduh di dalam kamar kossan dengan suara tawa dan jeritan karena saat itu dua tokoh utama dari drama Korea yang mereka tonton sedang beradegan unboxing.

“Enggak, Pak! Janji.” Zhafira mengangkat kedua jarinya.

Pak Nono masih memberikan delikan peringatan tapi tak ayal pergi juga untuk memberi ijin masuk kepada tamu Zhafira.

Zhafira membiarkan pintu kossannya setengah terbuka untuk sang tamu.

Sementara dirinya menuju mini kitchen di kamar kossan yang cukup luas itu untuk mengambil air mineral dari dalam kulkas.

“Fira.” Suara berat seorang laki-laki memanggilnya membuat tubuh Zhafira yang sedang memunggungi pintu menegang dengan mata terbelalak.

Sambil menahan napasnya Zhafira memutar badan secara perlahan dan mendapati Kaivan—di kamar kossannya, sangat tampan dengan pakaian casual.

Tidak kalah mempesona seperti ketika pria itu mengenakan kemeja dan dasi saat mereka bertemu di kantor Kaivan beberapa hari lalu.

Zhafira terbatuk karena tersedak air mineral yang ia minum.

“Minumnya pelan-pelan,” ujar Kaivan seraya memburu Zhafira dan memberikan tepukan pelan di punggung.

Kai meraih gelas yang dipegang Zhafira lantas menekan tombol pada dispenser untuk mengisinya kembali dan mendekatkannya ke bibir Zhafira.

Di tengah-tengah batuk terpaksa Zhafira meminum sedikit air yang diberikan Kai, ajaibnya batuk Zhafira mereda.

“P-pak Kaivan ... ngapain ke sini?” Zhafira akhirnya bisa melontarkan pertanyaan.

“Mau pacaran sama kamu, kata kamu waktu itu kita enggak saling mengenal jadi ... Yuk! Kita pacaran, biar kita bisa saling mengenal sebelum menikah.”

Kaivan mengatakannya begitu santai tanpa beban, senyumnya lebar, wajahnya juga berseri meski begitu nada suaranya terdengar penuh keyakinan.

Zhafira melongo takjub, sang Taipan tampan ini ternyata tidak menyerah.

Ia pikir Kaivan hanya main-main dengan ucapannya beberapa hari lalu.

“By the way, kamu cantik pake piyama teddy bear.”

Detik berikutnya Zhafira berlari ke kamar mandi lalu menutup pintunya rapat-rapat, baru menyadri jika tampilannya sangat mengerikan, belum mandi, muka bantal tanpa makeup karena baru bangun tidur.

“Pak Kaivan, boleh tunggu di luar enggak? Saya mau mandi dulu.”

Zhafira berteriak dari dalam kamar mandi membuat Kaivan terkekeh.

Pria itu bergerak mendekati pintu kamar mandi setelah sebelumnya menyambar satu-satunya handuk yang terdapat di jemuran mini di dekat pantry.

“Oke, saya tunggu di luar ... dandan yang cantik ya, kita jalan-jalan ... oh ya, handuknya aku gantung di knop pintu,” balas Kaivan di depan pintu kamar mandi.

Pria itu begitu pengertian.

“I-iya ....” Zhafira menjawab terbata dengan sangat pelan tapi suara gemanya masih terdengar oleh Kaivan.

Kaivan tersenyum simpul lantas memutar badan dan menarik langkah keluar kamar namun langkahnya terhenti di tengah-tengah kamar saat melihat banyak poster memenuhi dinding meja kerja Zhafira.

Poster-poster tersebut adalah foto dari boyband Korea yang tengah digandrungi oleh anak muda di seluruh Negri.

Ada juga poster dari aktor-aktor tampan Korea.

“Berarti aku tipe kamu ya, Fir.” Kaivan bergumam, merasa bangga karena banyak yang mengatakan jika dirinya mirip aktor Korea.

Pria itu lantas keluar dari kamar Zhafira untuk menunggunya.

Di dalam kamar mandi, Zhafira bergegas menuntaskan urusannya agar Kaivan tidak terlalu lama menunggu.

Zhafira membuka pintu kamar mandi perlahan lalu mengintip ke dalam kamar, khawatir Kaivan masih berada di kamarnya tapi nyatanya kamar itu sepi tidak ada tanda-tanda kehidupan di sana.

Setelah memastikan situasi aman, Zhafira keluar lalu mengunci pintu kamar.

Ia mulai memilih pakaian terbaik yang ia punya untuk nge-date bersama Kaivan hari ini.

Sengaja Zhafira juga berdandan cantik sesuai permintaan Kaivan.

Kenapa Zhafira jadi mengikuti ucapan Kaivan?

Apakah ia mulai menaruh hati kepada Kaivan?

Zhafira tertawa sumbang sambil menatap cermin. “Enggak mungkin ... jangan sampai kamu jatuh cinta sama dia, nanti kamu kecewa, Fira.”

Zhafira bermonolog.

“Trus kenapa kamu pake baju bagus dan dandan cantik, secara enggak langsung kamu menerima ajakan pacaran dari pak Kaivan.” Hati kecil Zhafira mengomentari.

“Trus kalau aku nolak dan pak Kaivan kecewa dan menarik semua dananya gimana? Kamu mau tanggung jawab!”

Zhafira berkata sambil menunjuk pantulan dirinya di dalam cermin.

Ya, hanya itu alasan Zhafira mau mengikuti keinginan Kaivan untuk saat ini.

Urusan menikah ia akan membujuk pria itu agar menggunakan akal sehatnya.

Zhafira keluar dari kamar kossan dan langsung mendapati Kaivan berdiri sendirian menunggunya.

Lagi-lagi netra Kaivan lancang, menatap takjub Zhafira dengan senyum penuh kekaguman.

Padahal Zhafira hanya menggunakan celana jeans dengan blouse putih yang senada dengan kemeja Kaivan, tas etnik dan sendal.

Kesan santai tapi rapih melekat pada outfit of the day Zhafira hari ini.

“Kenapa Pak Kaivan enggak nunggu di ruang tunggu?” Zhafira jadi tidak enak hati.

“Ruang tunggu ada di bagian kanan gedung dan parkiran ada dibagian kiri gedung ini, aku takut kamu jalan capek nyariin aku ... jadi, aku nunggu di sini aja yang keliatan sama kamu pas keluar kamar.”

Zhafira mengerjap, debaran jantungnya kembali terasa tidak biasa.

Alasan Kaivan membuat hati Zhafira meleleh selain pria itu telah mengganti sapaan untuk dirinya sendiri menjadi lebih santai.

***

“Pak Kaivan tau dari mana alamat kossan saya?”

Zhafira bertanya setelah keduanya berada di dalam mobil, hanya untuk menguar canggung karena beberapa saat hanya hening yang terjadi di antara mereka.

Disertai senyum, sambil mengemudi—Kaivan menoleh sekilas.

“Dari pak Wisnu, aku bersedia menempatkan dana di produk yang kamu tawarkan kemarin dengan syarat beliau memberikan alamat kamu.”

Mendengar hal itu membuat bibir Zhafira mengerucut.

“Dasar Branch Manager lucknut, masa CS-nya dikorbanin,” batin Zhafira mengerutu.

“Jangan marah sama pak Wisnu, aku enggak jahat kok ... cuma mau nikahin kamu, bahagiain kamu.”

Lagi, Kaivan mengutarakan niatnya.

Pak Wisnu juga mempromosikan Kaivan habis-habisan, dan yang Zhafira dengar—dari keempat saudaranya, hanya Kaivan yang terkenal paling ramah juga memiliki kepribadian yang baik.

Kaivan jarang mengunjungi club malam kecuali jika ada acara ulang tahun temannya.

Tapi ramah dan baik saja tidak cukup untuk membuat Zhafira percaya bila Kaivan bersungguh-sungguh dengan perasaannya.

Kali ini Zhafira resmi memusatkan perhatiannya kepada Kaivan dengan cara menyerongkan sedikit posisi duduk menghadap pria itu.

“Pak, jujur Fir—“

“Panggil Mas aja ... aku belum bapak-bapak.” Kaivan menyela.

Apalagi ini?

Ya mana mungkin Zhafira memanggil nasabah prioritasnya dengan sebutan ‘Mas’.

“Tapi, Pak ... Pak Kai—“

“Fira, tolong hargai permintaan aku.” Kaivan mengatakannya dengan penekanan.

Zhafira tidak ingin membuat Kaivan kesal tapi ia juga tidak tau caranya bagaimana membuat pria itu berhenti berkata ingin menikahinya.

“Oke ... Mas ...,” kata Zhafira yang malah menyandarkan punggung tidak jadi melanjutkan kalimatnya tadi.

Suara Kaivan yang penuh penekanan membuat Zhafira tersadar jika Kaivan berada di Kasta yang jauh di atasnya dan Zhafira harus mengikuti keinginan Kaivan jika masih ingin memiliki bonus besar tahun ini.

Baru Kaivan—nasabah prioritas pegangan Zhafira yang keras kepala dan tukang maksa sehingga Zhafira tidak memiliki pilihan lain selain mengikuti keinginan pria itu.

Nasabah yang lain, meski sama juga pernah menggodanya tapi mereka mengerti jika Zhafira memberikan batasan.

“Kamu mau ngomong apa tadi?” Kaivan bertanya, penasaran dengan apa yang ingin disampaikan Zhafira barusan sebelum ia menyela.

Zhafira menggelengkan kepala lemah. “Enggak jadi,” katanya kemudian.

Kaivan jadi merasa bersalah, mungkin karena selama ini ia telah bersikap mendominasi sehingga Zhafira lelah.

“Fir, aku tuh serius sama ucapan aku waktu itu dan sekarang bisa enggak kamu buka hati kamu dan biarkan aku membuktikannya?”

Jalan di depan sana mulai macet, Kaivan menginjak pedal remnya untuk menghentikan laju kendaraan.

Pria itu menoleh dengan sedikit menyerongkan tubuhnya agar bisa menatap wajah Zhafira.

“Kamu punya pacar ya?” Kaivan bertanya padahal belum sempat Zhafira menanggapi pernyataannya barusan.

“Enggak, Pak ... eh, Mas ... bukan gitu tapi rasanya aneh, kita baru ketemu trus masa Mas Kaivan langsung ngajakin nikah.” Untuk kesekian kalinya pemikiran itu Zhafira utarakan.

“Ini kita lagi pacaran ‘kan, Fir ... kamu bisa cari tau tentang saya mulai dari sekarang ... jadi, jangan cemberut ya ....”

“Pacaran? Memangnya kapan Mas Kaivan nembak Fira?”

Kaivan mengulum senyum, seenggaknya Zhafira sudah mengubah panggilan untuk dirinya sendiri menjadi lebih santai.

“Oke.” Kaivan berdekhem. “Zhafira Malaika, mau ya jadi pacar aku ... please ... please ... please.”

Kaivan sampai mengerutkan wajah dan menyimpan kedua tangan di depan dada seperti anak kecil ketika meminta Zhafira menjadi kekasihnya membuat Zhafira tertawa pelan.

Mana bisa Zhafira melakukan penolakan, kapan lagi bisa pacaran dengan pria tampan mirip aktor Korea nan kaya raya.

Zhafira akhirnya mengangguk, memberi kesempatan kepada Kaivan untuk membuktikan keseriusannya tapi tidak serta merta membuat Zhafira dengan mudah membuka hati.

Kaivan harus berusaha keras meyakinkan Zhafira.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Marlien Cute
So sweet... Aku selalu suka dengan cerita novel kak Erna Azura, cerita²nya bagus & tidak bikin orang bosan karena chapter nya tidak sampai ratusan.
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Nikah Yuk!   Tamat

    “Arumi Kamaniya Gunadhya.” Suara sang Papa yang pelan namun terdengar tegas membuat Arumi-bocah berumur lima tahun itu menegang. Arumi sedang bermain di halaman belakang, ia masuk ke dalam rumah untuk mengambil air minum karena udara hari ini sangat panas. Tapi malah bertemu papanya yang baru saja pulang kerja. Dan kenapa sang Papa tampannya memanggil namanya dengan tegas, sudah dipastikan karena telah melihat hasil ujian semester ini. Arumi membalikkan badan, matanya menatap takut-takut sang papa lantas mengumpulkan keberaniannya untuk memberikan senyum sejuta pesona. “Enggak mempan, sayang.” Meski keluar kata ‘sayang’ tapi ekspresi wajah Kaivan terlihat datar. “Duduk sini samping Papa.” Kaivan menepuk Spaces kosong di sofa yang ia duduki. Arumi duduk di samping papanya dengan gerakan lemah gemulai bak seorang princess. Bahkan sempat merapihkan rok belakangnya agar tidak kusu

  • Nikah Yuk!   Menguras Energi

    “Kamu pucat, Yang … tadi enggak sarapan sih,” tegur Kaivan, tangannya terulur mengusap keringat di pelipis Zhafira setelah mengangkat helm proyek di kepala istrinya. Mereka sedang berada di salah satu proyek untuk keperluan pengecekan dan koordinasi karena perhari ini pengerjaan resmi di mulai. Zhafira memaksakan sebuah senyum untuk menunjukkan ia baik-baik saja. “Tadi Fira belum lapar, tapi Fira bawa bekal kok Mas di mobil.” Zhafira berdusta, padahal tadi ia muntah-muntah di kamar mandi sehingga terlambat ikut sarapan di meja makan. Dan sebenarnya bukan tidak lapar tapi Zhafira merasakan mual dan begah pada perutnya. Ia sadar selama beberapa hari terakhir terlambat makan sehingga bisa dipastikan asam lambungnya pasti kambuh. Zhafira tidak ingin Kaivan mengetahui hal tersebut. “Ga, bawain bekal di mobil untuk ibu …,” titah Kaivan pada sekertaris Zhafira. “Baik Pak,” sahut pria

  • Nikah Yuk!   Sayang

    Suasana kantor Kaivan tampak kondusif di jam setelah makan siang. Anggukan seorang satpam yang ada di loby depan menyambut kedatangannya setelah bertemu klien sejak pagi tadi. “Istri saya masih di atas?” Kaivan bertanya pada salah seorang sekuriti yang berada di dalam gedung. “Masih, Pak ... ibu dia atas sama Rey.” Pria itu menjawab sambil setengah berlari lebih dulu untuk menekan tombol lift. Kaivan mengangguk samar kepada security sebelum masuk ke dalam lift diikuti sekretaris cantiknya bernama Irma. “Nanti malam ada acara sosial bersama pak Wali Kota, Pak.” Irma memberitau sambil membaca iPad di tangannya. “Belikan satu gaun untuk istri saya, saya lupa kasih tahu kalau hari ini ada pesta.” “Baik, Pak!” Ting … Detik berikutnya setelah lift berdenting, Kaivan dan Irma keluar dari lift. Seorang pria muda tampan dan bertubuh atletis seperti K

  • Nikah Yuk!   Pantas

    Setelah resign, Zhafira tidak memiliki kegiatan selain menggambar sketsa. Setiap hari ia menghabiskan waktunya di perpustakaan menggambar banyak bangunan menunggu Kaivan pulang kerja yang saat itu sedang asyik dengan kedekatan bersama Imelda sehingga pulang selalu larut malam. Ternyata apa yang ia kerjakan itu tidak sia-sia. Zhafira mengirim semua karyanya pada Architecture Design Competition yang diadakan oleh Ikatan Arsitek Indonesia dan juga Lomba design gedung dan jembatan yang diadakan pemerintah. Dan hasil Karya Zhafira selalu menjadi pemenangnya. Seperti malam ini, Zhafira diundang oleh Gubernur Jawa Barat untuk menerima penghargaan dan hadiah atas kemenangannya dalam mendesain ulang bangunan yang tidak berfungsi dengan baik atau bahkan terbengkalai di Kota Bandung menjadi bangunan dengan fungsi baru yang nyaman, aman, berkelanjutan, dan memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar dan kota itu sendiri.

  • Nikah Yuk!   Kebiasaan

    Suara tangis Rey yang membahana membuat Kaivan dan Zhafira terjaga dari tidur yang lelap di dini hari. Kaivan menegakan tubuhnya lebih dulu, menurunkan kedua kakinya lalu beranjak menghampiri box bayi Rey. “Tunggu aja di sana, Yang … aku bawa Rey ke sana.” Zhafira menaikkan kakinya kembali, menumpuk bantal untuk membuatnya nyaman bersandar ketika menyusui. Sementara itu Kaivan mengecek popok Rey. “Alexa, play You Are My Sunshine,” perintah Kai pada smart speaker yang berada di atas nakas. Lagu You Are My Sunshine mengalun dengan volume rendah dan tangis Rey perlahan berhenti. Kaivan jadi bisa dengan mudah mengganti popok Rey yang sudah penuh. Zhafira memperhatikan Kaivan dari atas ranjang, suaminya begitu mahir mengganti popok dengan lebih dulu membersihkan bagian bawah tubuh Rey. Tidak sia-sia Kaivan resign, karena selain memiliki banyak waktu untuk bersama Zhafira—ia juga me

  • Nikah Yuk!   Sempurna

    Bayi laki-laki gempal yang diberi nama Reynand Arkananta Gunadhya itu hanya selisih satu bulan lahir ke dunia dengan anak keempat pasangan Arkana dan Zara. Bahkan Zara sudah bisa menghadiri peresmian resort kemarin. Zhafira jadi semangat untuk cepat pulih karena ada rumah baru mereka yang menanti di Bandung. “Eeeh, sudah cantik cucu Nenek.” Nenek Shareena memuji Zhafira yang sudah mandi dan cantik sepagi ini. Nenek Shareena bersama grandma Monica masuk ke ruangan rawat Zhafira. “Nenek … Grandma.” Zhafira balas menyapa dengan senyumnya yang khas. Zhafira duduk bersandar di ranjang yang bagian kepalanya dibuat tegak. Wajah Zhafira berseri-seri, segar dan cantik. “Kemarin Grandma pulang duluan anterin nenek kamu ini yang masuk angin … pakai acara kerokan lah kita sampe rumah.” Grandma Monica misuh-misuh karena gara-gara itu ia tidak bisa langsung bertemu cicitnya. “Terus sekarang

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status