Home / Urban / Nikahi AKU Brondong NAKAL !! / Bab 2 : Kesucian Jessica

Share

Bab 2 : Kesucian Jessica

Author: Parikesit70
last update Last Updated: 2023-11-01 16:07:23

Kenikmatan yang dirasakan berulang kali oleh, menyisakan rasa perih bercampur rasa nikmat yang belum pernah dirasanya. Wanita cantik itu masih mengira kalau ia tengah bermimpi basah. Maka, usai menikmati tubuh Jessica yang belum terjamah, pemuda tampan itu pun kembali melakukan gempuran kedua dan ketiga saat mengetahui wanita cantik yang tengah digaulinya adalah seorang perawan.

Namun, Jessica yang juga masih mengira dirinya bermimpi saat menikmati setiap sentuhan yang dilakukan oleh pemuda tersebut, hanya mampu menikmati dan mengerang hebat untuk kesekian kalinya. Pemuda tampan itu juga tidak melepas kesempatan dengan terus merasakan kenikmatan luar biasa dengan memberikan rasa nikmat pada Jessica yang masih saja memejamkan mata diantara desahan dan erangannya.

Hingga akhirnya, Jessica kembali mengerang hebat, saat pemuda tampan itu menggempurnya habis-habisan hingga mencapai klimaks pada dirinya dan Jessica yang kian mengerang hebat.

Lalu, untuk keempat kalinya, pemuda tampan itu menyemprotkan cairan hangat ke rahim Jessica yang masih mengira kalau ia mimpi bercumbu dengan seorang pria.

Usai empat babak menikmati tubuh seorang perawan, pemuda itu pun membersihkan diri. Pemuda tampan tersebut sejenak terdiam dan memikirkan kejadian yang dilewatinya. Setelah 15 menit terdiam, samar-samar pemuda tersebut teringat rangkaian peristiwa yang terjadi. Ia juga teringat atas kebaikan hati Jessica yang membayar minumannya.

“Ternyata cewek ini masih perawan. Pantas aja, punyaku terus aja kenceng. Aduh, rasanya enak banget. Begini rasanya dapat perawan. Tapi, sekarang aku harus bagaimana?” tanyanya bermonolog seraya menatap tubuh Jessica yang penuh dengan tanda merah pada kedua gunung kembarnya yang masih tampak montok.

Belum sempat berpikir lebih jauh menyangkut perbuatannya, terdengar ketukan pintu pada kamar tersebut. Pemuda itu pun bergegas menutup tubuh Jessica yang tanpa selembar kain dengan selimut tebal. Dan pemuda tampan itu kembali duduk di sofa, kala ia menjawab ketukan pada pintu kamar itu. Wati pun, membawakan pakaian dan celana panjangnya saat jam menunjukkan pukul 8 pagi.

“Udah bangun Tuan? Apa Nona Jessica masih tertidur pulas?” tanya Wati melihat tubuh Jessica tertutup rapat oleh selimut sembari menyerahkan pakaian dan celana pemuda tersebut.

“Iya masih tidur. Terima kasih sudah mencuci pakaian saya," ucapnya.

“Maaf mau tanya, Tuan pacarnya Nona Jessica? Nama Tuan siapa? Soalnya Nyonya sama Tuan besar suka tanya ke saya, siapa aja teman-teman Nona Jessica,” tanya Wati menatap wajah tampan pemuda itu.

“Nama saya, Candra ... maaf, apa bisa keluar sebentar? Saya mau pakai baju dan celana dulu,” pinta pemuda yang mengenalkan diri bernama Candra, tanpa menjawab pertanyaan lainnya.

“Hehehehehe..., iya ... lupa saya. Silakan Tuan Candra. Habis ini kalau mau sarapan sudah disiapkan. Saya dengan Wati, Tuan,” tutur Wati tersenyum malu dan keluar dari kamar Jessica.

Setelah Wati keluar dari kamar, bergegas Candra memakai pakaiannya. Sejenak ia terdiam. Kemudian, pemuda tampan itu mendekati sebuah meja kerja yang berada persis di sebelah meja rias Jessica.

Dirobeknya secarik kertas yang ada di meja. Kemudian Candra menuliskan sebuah surat pendek untuk Jessica dan menaruhnya di meja rias berikut bolpoin yang digunakannya.

Setelah itu, Candra pun keluar dari kamar dan melangkahkan kakinya menuju pintu keluar serta berpamitan pada ketiga asisten rumah tangga yang tengah merapikan rumah.

“Bik Wati, saya balik dulu. Sampaikan saja salam saya untuk Nona Jessica,” ucap Candra.

Kemudian dengan tergesa, pemuda tampan itu melangkahkan kaki keluar dari rumah dan pintu gerbang dengan melangkah panjang serta menjauhi rumah mewah milik Jessica.

Sekitar pukul sepuluh pagi, setelah dua jam Candra pergi dari rumah mewah itu, Jessica terbangun dengan perih pada bagian bawahnya dan rasa lalah pada sekujur tubuhnya. Saat wanita cantik itu membuka matanya, ia pun terkejut bukan kepalang, saat mendapati dirinya dalam keadaan bugil.

“AAAAAH! Watiiiii!” teriak Jessica memanggil asisten rumah tangganya, saat melihat kondisi dirinya yang tanpa pakaian. Seketika tubuhnya juga menggigil saat melihat bercak merah pada sepreinya dan merasa perih pada bagian bawahnya.

Dalam hatinya pun bergumam, 'Siapa yang udah memperkosa aku? Bukannya dini hari selepas ditempat tidur aku sudah pakai pakaian tidur dan terlelap nyenyak? Bahkan aku ... bermimpi....'

Tergopoh-gopoh Wati masuk ke dalam kamar Jessica dan melihat Nona cantiknya menutupi tubuhnya dengan selimut. Wati juga melihat wajah Jessica yang pucat pasi dengan pandangan kosong ke depan. Dan hal itu, jelas membuat Wati merasa ada yang tak beres dengan sang majikan.

“Ada apa Non? Kenapa Nona kelihatan pucat sekali? Ada apa?” tanya Wati gusar melihat kondisi Jessica yang tampak bingung atas dirinya sendiri.

“Apa rumah ini dibobol perampok?” tanya Jessica menatap tajam pada Wati.

“Perampok? Nggak Non ... Memang ada barang Nona yang hilang?” tanya Wati kembali, mengamati wajah Jessica yang dipikirnya masih mabuk.

Mendengar jawaban Wati, membuat Jessica terdiam, menunduk dan memandang kebagian tubuhnya yang ditutupi oleh selimut.

Jessica pun bertanya dalam hatinya, ‘Siapa yang cipok kedua gunung aku? Perasaan semalam aku cuma mimpi berhubungan, kok malah aku merasa bagian bawahku perih? Apa ada yang jebol keperawanan aku? Atau ... karena aku mabuk makanya pakai bolpoin aku tusuk anuku?’

“Nona Jessi, apa yang terjadi? Yakin, nggak ada perhiasan Nona yang hilang? Soalnya pemuda yang namanya Candra perginya tergesa-gesa, waktu ditawari sarapan malah nggak mau. Dia saya lihat malah jalan kaki menjauhi rumah ini," urai Wati atas sosok Candra.

“Pemuda ... Candra? Siapa dia?!” tanya Jessica dengan mata membulat.

Wati yang bingung atas pertanyaan Jessica, memandang lekat Nona mudanya dan menjelaskan secara rinci kejadian dini hari.

“Iya Non ... malah sebelum pergi, tadi pemuda tampan itu titip salam untuk Nona. Memang ada apa Non? Apa pemuda itu orang jahat?” imbuh Wati usai menjelaskan secara rinci peristiwa dini hari.

“Ya Tuhan....,” rintih Jessica menutup wajahnya dengan selimut.

Wati yang bingung dengan reaksi Jessica usai membeberkan apa yang terjadi dengannya kembali bertanya saat duduk disisi tempat tidur majikannya.

“Non Jessi, apa pemuda itu mencuri perhiasan? Uang atau barang berharga milik Nona? Kalau gimana, kita lapor polisi aja,” saran Wati melihat Jessica yang masih menutupi wajahnya dengan selimut.

Menyadari yang terjadi dengannya, Jessica membuka selimut yang menutupi wajahnya dan berkata dengan wajah lesu, “Bawa sarapanku ke kamar. Aku lapar."

“Baik Non,” jawab Wati memandang ke sekeliling kamar sang majikan, karena Wati pikir, kalau pemuda bernama Candra itu telah mencuri di kamar Jessica.

Namun, sejurus kemudian dilihat oleh Wati, sebuah tulisan dengan huruf kapital pada meja rias majikannya.

“Nona ... Ada selembar kertas putih tulisannya untuk Nona Jessica. Bisa jadi ini dari Candra,” ungkap Wati menunjuk ke arah kertas yang atasnya berisi bolpoin.

“Ya bawa sini,” pinta Jessica.

Wati mengambil selembar kertas yang bagian belakangnya memang hanya bertuliskan teruntuk Jessica. Namun, pada bagian lainnya ada tulisan tangan serta nama Candra tertera pada bagian surat yang ditulisnya.

“Ini Nona,” ucap Wati menyerahkan kertas putih dan berlalu dari hadapan Jessica.

Dengan tangan gemetar, Jessica membaca setiap bait yang ditulis oleh pemuda bernama Candra.

[Teruntuk Jessica : Maaf, atas apa yang aku lakukan padamu. Kita bertemu dalam waktu dan tempat yang salah. Namun, aku salut padamu yang mampu mempertahankan kesucianmu. Maafkan aku yang sudah merampasnya darimu. Aku bahagia sekali. Tapi, aku juga bersedih atas nasibmu. Temui aku jika kamu mau aku bertanggung jawab– Candra Wiguna]

“Dasar begundal kurang ajar! Berani-beraninya dia memperdayai aku! Harusnya semalam aku membiarkan pemuda brengsek itu mati dipukuli. Dasar brengsek!!” umpat Jessica sejadinya usai membaca surat dari Candra, pemuda yang telah merampas mahkota berharga dari dirinya.

PRAAAK!

Sebuah ponsel yang dipegang oleh Jessica pun, dilempar dengan kuat ke arah dinding di sebelah tempat tidurnya hingga hancur berantakan. Wati yang melihat kemarahan Jessica saat membawakan sarapan ke kamar, sangat terkejut dengan kemarahan yang selama ini tidak pernah diperlihatkan pada Jessica.

“Ma-maaf Nona ... Sa-sarapannya, mau di di-ta-ruh dimana?” tanya Wati gugup dan gemetaran.

“Taruh di meja itu!” jawab Jessica menunjuk meja di depan sofa tanpa menoleh ke arah Wati.

Setelah dilihat Wati meletakkan sarapannya, Jessica pun berkata tegas pada Wati, “Kalau papi mami telepon kamu, bilang aja aku masih sibuk! Ingat! Jangan masuk ke kamar ini kecuali aku yang minta!”

Dengan menundukkan kepala, Wati menjawab, “Baik Nona.”

Setelah Wati keluar dari kamarnya, Jessica dengan selimut yang menutupi tubuhnya berjalan menuju pintu kamar dan mengunci pintu tersebut.

Setelah itu, tubuh Jessica pun melorot ke lantai depan kamarnya dan menangis sesenggukan dengan memukul-mukul pintu yang ditutupnya serta berteriak keras.

“Bangsat kamu, Candra!!!!!”

Setelah itu, Jessica melempar gelas, piring dan mangkuk yang berada di meja depan sofa ke arah meja riasnya usai ia memandangi tubuhnya yang sudah tidak lagi suci. Jessica pun terus berteriak dan mengumpat Candra dengan kata-kata kasar.

PRAAAK!!

PRAAAK!!

“Dasar lelaki brengsek! Sekarang aku harus bagaimana? BANGSAT!!!” teriak Jessica.

Mendengar teriakan dan umpatan Jessica di dalam kamar di tambah tangisan nona mudanya, membuat seluruh pekerja di rumah itu hanya diam membisu. Terlebih Wati yang telah diwanti-wanti oleh Jessica untuk tidak masuk ke kamarnya dan membohongi kedua orang tuanya jika menghubunginya, tidak mampu berbuat apa-apa kecuali terus mendengar suara teriakan dari dalam kamar Jessica diikuti dengan bunyi suara benda keras.

Setelah puas memorak-porandakan kamarnya, Jessica yang telah melampiaskan amarahnya di kamarnya, masuk ke dalam kamar mandi. Dengan menyalakan air shower, Jessica duduk dan menangis sesenggukan.

Ia sangat kecewa dengan kejahatan yang dilakukan oleh Candra Wiguna terhadap dirinya. Kebaikan hatinya menolong pemuda itu, membuka jalan kehancuran dirinya yang selama ini selalu menjaga kesuciannya yang sangat dibanggakan. Selama ini, Jessica selalu menjunjung tinggi nilai kesucian seorang wanita. Nanun, kini ia seperti tertampar setelah semuanya hilang dalam sekejap. Semua itu karena minuman keras yang membuatnya lupa atas dirinya.

Parikesit70

Terima kasih untuk semua pembaca yang sudah mampir ke novel ini🙏🙏

| Like
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Parikesit70
Untuk Semua Pembaca Setia GOod Novel, yang suka Novel ini Bantu beri ulasan yaa... dan komentar yg menarik. Semoga kebaikan kakak semua mendapatkan Pahala. Terima kasih(⁠✷⁠‿⁠✷⁠) Love You Sekebon♡⁠(⁠>⁠ ⁠ਊ⁠ ⁠<⁠)⁠♡
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Nikahi AKU Brondong NAKAL !!   THE END

    Langit Ubud pagi itu berwarna jingga lembut, menyapa sawah hijau yang membentang di depan vila kecil Jessica dan Andy. Aroma kopi Bali menguar dari dapur, bercampur dengan tawa riang seorang anak laki-laki yang berlari di halaman. Arjuna, yang kini berusia lima tahun, sedang mengejar kupu-kupu, rambut ikalnya berkibar tertiup angin. Wajahnya, dengan mata besar dan lesung pipi, mengingatkan pada seseorang dari masa lalu—Candra. Tapi bagi Jessica dan Andy, Arjuna adalah milik mereka, titik darah yang mereka rawat dengan cinta tanpa syarat.Jessica berdiri di teras, tangannya meraba perutnya yang kembali membulat. Kehamilan keduanya, kali ini benar-benar anak Andy, membawa kebahagiaan baru dalam hidup mereka. Ia tersenyum melihat Arjuna, yang kini berlari ke arah Andy yang baru keluar dari dapur dengan secangkir kopi di tangan.“Papi! Lihat, kupu-kupu!” seru Arjuna, tangannya menunjuk ke udara dengan penuh semangat.Andy tertawa, mengangkat Arjuna ke pundaknya. “Wah, Ju, kamu mau tangkap

  • Nikahi AKU Brondong NAKAL !!   Rahasia Besar

    Malam di Ubud terasa lebih dingin dari biasanya, meski angin hanya bertiup pelan membawa aroma bunga kamboja. Jessica duduk di tepi ranjang, tangannya meraba perutnya yang semakin membulat. Pikirannya masih dipenuhi bayang-bayang Candra, kata-katanya yang penuh penyesalan, dan tatapan Andy yang teguh melindunginya. Di sisi lain ranjang, Andy sedang membaca dokumen ekspor, kacamatanya sedikit melorot di hidungnya. Ia sesekali melirik Jessica, tahu bahwa istrinya sedang bergulat dengan pikiran yang tak diucapkannya.“Jess, kamu nggak apa-apa?” tanya Andy lembut, meletakkan dokumennya ke meja samping ranjang.Jessica menoleh, tersenyum kecil untuk menenangkan suaminya. “Aku baik-baik aja, Andy. Cuma… aku nggak nyangka Candra bakal dateng ke sini. Aku pikir dia udah lupain aku, lupain semua yang pernah ada di antara kami.”Andy merangkak mendekat, tangannya meraih tangan Jessica, menggenggamnya erat. “Dia nggak punya hak atas kamu, Jess. Nggak atas kamu, nggak atas anak kita. Aku janji, a

  • Nikahi AKU Brondong NAKAL !!   Candra mencari Jessica

    Langit Bali pagi itu cerah, awan tipis berarak pelan di cakrawala. Di vila kecil di pinggir Ubud, Jessica duduk di teras dengan secangkir teh jahe, tangannya sesekali mengusap perutnya yang kian membesar. Andy, yang baru selesai memeriksa dokumen bisnis di ruang kerja, keluar membawa sepiring pisang goreng. Ia meletakkan piring itu di meja kayu, lalu mencium kening Jessica dengan lembut.“Pagi, cantik. Ini camilan buat kamu sama Arjuna,” godanya, matanya berbinar.Jessica tersenyum lebar, memukul lengan Andy pelan. “Bunga, maksud kamu! Belum tentu Arjuna, lho. Eh, makasih, ya, pisangnya kelihatan enak.”Andy tertawa, duduk di samping Jessica sambil mengambil sepotong pisang. “Bunga atau Arjuna, yang penting sehat. Kamu udah ke dokter minggu ini, kan? Apa kata dokter?”“Semuanya baik-baik aja,” jawab Jessica, menyeruput tehnya. “Bayinya aktif, katanya. Mungkin nanti malah jadi penutup sawah kayak bapaknya, suka jalan-jalan di ladang.”Andy terkekeh, tangannya meraih tangan Jessica. “At

  • Nikahi AKU Brondong NAKAL !!   NIKAH!

    Langit Bali di senja hari berwarna jingga keemasan, menyapa Ubud dengan lembut. Angin sepoi-sepoi membelai dedaunan sawah yang mengelilingi vila kecil tempat Jessica berdiri. Wanita itu mengenakan kebaya putih sederhana, rambutnya digelung rapi dengan hiasan bunga melati yang harum. Ia menatap cermin kecil di tangannya, mencoba meyakinkan diri bahwa keputusan ini adalah langkah yang tepat. Di perutnya, anak yang kini berusia lima bulan tumbuh sehat, dan setiap tendangannya mengingatkan Jessica akan kehidupan baru yang menanti. Tapi di hatinya, bayang-bayang Candra masih sesekali muncul, meski kini hanya seperti angin lalu.Di sudut lain vila, Andy sedang mempersiapkan diri. Pria itu mengenakan beskap putih yang serasi dengan kebaya Jessica, wajahnya tenang tapi matanya penuh harap. Ia memandang ke arah sawah, mengingat percakapan panjangnya dengan Jessica tiga bulan lalu, saat ia tiba di Bali dengan hati penuh keberanian. Andy tak pernah membayangkan bahwa Jessica, wanita yang selama

  • Nikahi AKU Brondong NAKAL !!   Andy Meminta Restu

    Langit Bali di pagi hari menyapa Jessica dengan lembut. Cahaya matahari menyelinap melalui celah-celah jendela vila kecil di Ubud, menggambar garis-garis emas di lantai kayu. Jessica duduk di teras, memegang cangkir teh jahe yang masih mengepul, menatap hamparan sawah yang berkilau oleh embun. Udara segar mengisi paru-parunya, dan untuk sesaat, ia merasa damai. Tapi di balik ketenangan itu, pikirannya masih bergulat dengan bayang-bayang Candra, Anjani, dan anak yang kini tumbuh di rahimnya. Ia menyentuh perutnya, berbisik pelan, “Kita bakal baik-baik aja, ya, Nak.”Di Jakarta, suasana berbeda menyelimuti Andy. Pria berusia 40 tahun itu duduk di kantornya yang sederhana, dikelilingi tumpukan dokumen ekspor-impor. Layar laptopnya menampilkan laporan keuangan, tapi matanya kosong, pikirannya melayang ke Jessica. Sudah dua hari sejak pesan singkatnya ke Jessica, dan balasan “Makasih, Andy. Aku bakal kabarin” masih terngiang di kepalanya. Ia tahu Jessica sedang terluka, dan meski ia hanya

  • Nikahi AKU Brondong NAKAL !!   Pergi ke Bali

    Pagi di apartemen Jessica dan Candra terasa seperti ruang tanpa udara. Aroma kopi yang biasanya mengisi ruang tamu kini hilang, digantikan hawa dingin dan sunyi. Jessica duduk di sudut sofa, matanya sembab, menatap koper yang sudah ia siapkan semalam. Keputusannya bulat: ia akan pergi ke Bali, meninggalkan Jakarta, Candra, dan semua luka yang kini menggerogoti hatinya. Di tangannya, ia memegang tiket pesawat yang dipesan secara impulsif tengah malam, ketika air matanya tak lagi bisa dibendung.Berita tentang kehamilan Anjani, ditambah foto kebersamaan Candra dan Anjani yang dikirim Gendis, masih menghantui pikirannya. Jessica mencoba mengalihkan perhatian dengan memeriksa email terkait bisnis ekspor-impornya, tapi setiap kata di layar ponselnya terasa kabur. Pikirannya terus kembali ke Candra—pria yang ia pikir akan menjadi suaminya, tapi kini hanya menyisakan rasa sakit. Yang lebih membebani, Jessica baru saja mengetahui dirinya hamil. Anak Candra. Tapi ia memutuskan untuk merahasiak

  • Nikahi AKU Brondong NAKAL !!   Pertengkaran Jessica & Candra

    Bab 4: Pertengkaran Jessica dan CandraMalam telah larut, tapi apartemen Jessica dan Candra masih dipenuhi ketegangan yang tak kunjung reda. Cahaya lampu di ruang tamu menyala redup, mencerminkan suasana hati Jessica yang kacau. Ia duduk di sofa, menatap kotak cincin pertunangan di meja dengan mata kosong. Setiap kilau berlian itu kini terasa seperti pengingat akan janji yang telah dilanggar. Di kamar tamu, Candra masih terjaga, berjalan mondar-mandir dengan ponsel di tangan, mencoba merangkai kata-kata untuk menjelaskan semua kekacauan ini. Ia tahu, ia tak bisa terus bersembunyi. Malam ini, ia harus menghadapi Jessica.Dengan langkah ragu, Candra keluar dari kamar tamu dan menuju ruang tamu. “Jess,” panggilnya pelan, berdiri di ambang pintu. Jessica tak menjawab, hanya melirik sekilas dengan mata penuh luka sebelum kembali menatap kotak cincin itu. Candra mendesah, lalu melangkah masuk dan duduk di kursi di depannya. “Aku tahu aku salah. Aku cuma minta kesempatan buat jelasin semuany

  • Nikahi AKU Brondong NAKAL !!   Reaksi Jessica

    Pagi itu, apartemen Jessica dan Candra masih diselimuti kesunyian yang menusuk. Aroma kopi yang biasanya mengisi udara pagi kini tak tercium, digantikan oleh ketegangan yang hampir bisa diraba. Jessica, berusia 30 tahun, duduk di meja makan, menatap ponselnya dengan wajah pucat. Foto yang dikirim Gendis semalam masih terpampang di layar, menggambarkan Candra dan Anjani dalam keakraban yang tak bisa ia abaikan. Setiap kali ia mencoba menutup aplikasi, gambar itu seolah membakar pikirannya, mengingatkannya pada janji-janji Candra yang kini terasa seperti dusta.Jessica menggenggam ponselnya erat, jari-jarinya gemetar. Sebelum foto itu sampai ke tangannya, Candra bersumpah bahwa hubungannya dengan Anjani hanyalah profesional, bagian dari dunia syuting yang penuh rumor. “Jess, percaya aku, itu cuma kerja,” katanya berulang-ulang, dengan mata yang tampak tulus. Tapi foto itu—dan pesan Gendis—mengoyak semua kepercayaan yang tersisa. Jessica merasa dadanya sesak, seolah dunia yang ia bangun

  • Nikahi AKU Brondong NAKAL !!   Gendis & Photo Candra

    Keesokan pagi, apartemen Candra dan Jessica yang biasanya dipenuhi aroma kopi dan tawa ringan kini terasa dingin. Jessica duduk di sofa ruang tamu, menatap ponselnya dengan mata sembab. Berita tentang skandal Candra dan Anjani masih bergema di kepalanya, dan setiap notifikasi baru dari media sosial terasa seperti tusukan. Ia mencoba fokus pada pekerjaannya, mengurusi dokumen ekspor-impor yang menumpuk, tapi pikirannya terus kembali ke pengkhianatan Candra. Di sisi lain, Candra, yang baru pulang dari syuting pagi, masuk dengan langkah ragu. Ia tahu Jessica sudah menunggunya, dan konfrontasi tak bisa dihindari.“Jess,” panggil Candra pelan, berdiri di ambang pintu ruang tamu. Jessica tidak menjawab, hanya melirik sekilas sebelum kembali menatap ponselnya. Candra mendesah, lalu duduk di kursi di depannya. “Aku tahu aku salah. Aku cuma minta kesempatan buat jelasin semuanya.”“Jelasin apa, Can?” tanya Jessica, suaranya dingin. “Semua udah jelas. Foto kamu sama Anjani ada di mana-mana. Ber

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status