Share

3. Sang Petualang

"Jadi kapan kau akan menikahiku, Mas?" tanya Susan, manja. Hendra menyentuh lembut pipi Sekretaris pribadinya tersebut, sesaat dia membisikkan kata-kata meminta kepastian.

"Sabar yah, Sayang ... setelah nanti urusan perceraianku dengan Arini selesai."

"Benar ya Mas? Jangan bohong loh?" Hendra mengangguk sembari tersenyum, jemarinya mengusap-usap lembut pipi Susan. 

Setelah Susan keluar dari ruangan. Hendra membuka handphone, dan langsung mencari-cari nomor seseorang yang ingin dia hubungi.

Setelah terhubung.

"Haloo Sayang, jadi tidak kita bertemu malam ini"

"Jadi dong, Sayang ... mau jemput aku di mana?"

Di kantormu, boleh ngga?"

"Jangan dong, Sayang ... nanti ada yang lapor sama suamiku, malah nanti jadi repot" 

"Kita bertemu di tempat biasa saja yah, Cafe Abnormal. Kamu tunggu di situ, nanti aku jemput."

"Ok, Sayang."

Sepulang kantor, Hendra bergegas menuju cafe tempat dimana dia janjian bertemu.

Anita, seorang rekanan bisnisnya. Cantik dan berkuasa. Mungkin karena intensitas pertemuan yang sering terjadi di antara mereka berdua, membuat Hendra dan Anita menjadi semakin dekat. Bahkan secara personal.

Statusnya yang sudah bersuami dengan dua putri-putri kembar identik, tidak menghalangi kedekatan mereka. Hendra memang selalu pandai memanfaatkan peluang yang ada, dalam bisnis maupun soal percintaan. Ditopang oleh parasnya yang tampan dan tubuh yang tinggi atletis. 

Tantangan adalah sesuatu yang membuat adrenalinnya berpacu, dan menaklukkan tantangan adalah passionnya.

Hendra menggunakan cara apa saja tuk menaklukkan tantangan tersebut, baik dalam hal bisnis, maupun jika gelora hasratnya bergejolak terhadap seorang wanita. Selicik dan sesulit apapun caranya, pasti akan dia lakukan.

Soal hati, mungkin Hendra adalah pengembara yang tidak suka menetap. Selalu ada kepuasan tersendiri jika dia mampu menaklukkan apa yang diinginkan. Hanya Arini yang sedikit banyak mampu meredam pengembaraan dan petualangannya. 

Arini sebenarnya wanita yang baik menurut Hendra. Istri yang patuh, menomor satukan Hendra sebagai suaminya. Lima tahun kebersamaan mereka, tidak sekalipun Arini mengeluh tentang rumah tangganya bersama Hendra. Dan Hendra tidak punya alasan untuk menceraikannya secara baik-baik. Maka, konspirasinya bersama Kunto adalah jalan keluarnya.

Anak? Bukan, bukan soal anak. Hendra tidak mempermasalahkan soal tidak adanya anak di dalam pernikahan mereka. Mungkin lebih tepatnya adalah bosan, dan Arini membuatnya bosan karena telah menjadi istri yang sempurna. Hendra butuh petualangan baru, butuh tantangan baru. Jiwa ke'akuannya merasa tertantang jika melihat wanita cantik yang berkelas. Ingin segera menaklukan dan mencicipinya. 

Hendra melihat Anita yang sedang menunggu di pojok kafe. Kafe khusus anak-anak muda menghabiskan waktu luangnya dengan nongkrong-nongkrong bersama menghabiskan malam. Dengan stelan blazer berwarna hitam, sepertinya Anita sama dengan Hendra, sepulang kantor langsung menemuinya. 

"Hai, Sayang, sudah lama nunggu," sapa Hendra pada Anita. Anita tersenyum, dan segera berdiri menyambut, mencium pipi kiri dan kanan Hendra. 

"Hendra ... aku rindu padamu," bisiknya pelan di telinga Hendra. Casanova itu hanya tersenyum, sembari mengedipkan sebelah matanya, dan Anita pun tertawa.

Hendra menatap wajah cantik Anita yang terjaga sempurna, dengan bibir yang mekar merekah memacu hasrat. Gejolak nafsunya bergelora. 

"Satu lagi, korban petualangan hasratku." Hendra berucap pelan, tertawa tergelak di dalam hatinya.

"Kamu mau pesan apa, Hen?" tanya Anita kepada Hendra, sembari senyum tak pernah lepas dari wajahnya.

Hendra menatap dalam mata Anita, menggenggam lembut tangan partner bisnisnya tersebut. 

"Aku hanya ingin minum gelora gairahmu, Sayang. Hingga dahaga hasratku terpuaskan."

Bara nafsu sudah membakar tubuhnya, rayuan maut sudah dia sampaikan lewat ucapan dan tindakannya yang romantis. 

Memerah wajah Anita, tersipu-sipu ia terlihat malu-malu dan serba salah. cinta sudah mulai merasuk ke dalam dirinya. Senyum di wajahnya semakin terlihat merekah, kilau matanya terlihat berbinar, didekatkan wajahnya ke arah wajah Hendra sambil berbisik pelan. 

"Bakarlah hasratmu Sayang, sampai semakin membara. Melakukan apapun yang kau inginkan pada tubuh ini. Akulah pelepas dahagamu, akan kulayani hasratmu sampai kau terpuaskan." mata tajam mengungkapkan, dan Hendra menemukan jika gelora nafsu pun sudah menguasai diri Anita. Memang, jarang ada wanita yang mampu menolak pesonanya. 

Mereka pun segera pergi dari kafe tersebut. Mencari tempat di mana mereka bisa tanpa hasrat dan gelora nafsu yang sudah dibuat di dalam angan. Anita terus saja menggandeng tangan Hendra, didekapkan erat ke tubuhnya.

Di saat mereka menuju tempat parkir kendaraan, berbincang-bincang tentang genit menjaga hasrat agar tetap bergelora.

sebuah suara dari arah belakang memanggil namanya. 

"Mas Hendra...!" Hendra dan Anita menoleh berbarengan ke arah datangnya suara itu. Suara wanita yang berjalan pelan menghampiri mereka berdua. 

"Susan." Berucap pelan Hendra. Susan diam melihat, matanya terus saja menatap Hendra dan Anita.

"Siapa, Sayang?" Anita bertanya kepada Hendra, sambil menatap lembut, tangan nya tak lepas mendekap lengan pria sukses tersebut. Sedikit agak tergagap Hendra berucap, "Di-dia...."

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rieca Chandra
Sinting. Hajarin aj tuh co busuk kayak dia
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status