Home / Rumah Tangga / Nikahi Mantan Istriku / 2. Tuduhan Yang Menyakitkan

Share

2. Tuduhan Yang Menyakitkan

Author: Pena Asmara
last update Huling Na-update: 2022-03-20 20:24:19

Pak Ujang, sopir yang sengaja Hendra tugaskan untuk mengakomodasi segala keperluan, menghantarkan Arini kembali ke rumahnya yang dulu. Yang Arini tinggali semenjak dari lahir, remaja, sampai menikah dengan Hendra, yang kemudian memboyong ke rumah kediamannya.

5 tahun sudah Arini meninggalkan rumah tua ini. Rumah yang berarsitektur kolonial Belanda. Di-dominasi cat berwarna putih dengan dikelilingi pohon-pohon rindang juga taman-taman kecil di depan muka rumah, semuanya masih sama seperti yang dulu.

Lasmi, seorang janda beranak satu, yang Arini percayai untuk mengurus rumah ini dan menempatinya, terkaget-kaget dengan kedatangan Arini yang mendadak dan tanpa memberi kabar. Apalagi ditambah dengan banyaknya barang-barang bawaan.

"Mbak Arini baik-baik saja, 'kan?" Pertanyaan itu dilontarkan Lasmi saat mereka baru saja selesai merapikan barang-barang, sembari duduk-duduk di pinggiran kasur kamar tidur Arini. 

Arini terdiam, tidak menjawab pertanyaannya. Hanya air mata yang mengembang, kemudian luruh perlahan membasahi pipi, dan mulai terisak-isak tangisan Arini. Sakit hatinya, sesak sekali untuk bernapas.

"Ya Allah, Mbak .... " Lasmi langsung memeluk dan ikut menangis. Arini menumpahkan semua kesedihan, kepedihan, dan sakitnya perasaan seorang istri yang terbuang ke dalam pelukan  Lasmi. 

Menangis sejadi-jadinya, sekencang-kencangnya. Arini hanya ingin merasakan lega.

Sakit rasanya terusir, karena Arini tidak merasa  berbuat kesalahan. Dia sudah berusaha keras menjadi istri yang terbaik untuk Hendra. Melakukan kewajiban sebagai seorang istri dengan sebaik-baiknya. Bukan ... bukan tamparan di pipi yang menyakitkan hatinya, tetapi tuduhan perselingkuhan yang tidak pernah dia lakukan itu yang paling menyakitkan baginya.

"Aku mau tidur dulu Ya, Mbak?" ucap  Arini lirih kepada Lasmi. Lelah, Arini lelah menangis. Lasmi mengangguk dan segera meninggalkan kamar. menutup pintunya perlahan. Lasmi bisa merasakan rasa sakit yang dirasakan oleh Arini, karena nasib mereka sama. 

Atika--putri dari Lasmi, seorang gadis kecil berusia 12 tahun, memanggil Arini dengan sebutan Bude. Seorang anak yang ceria, dan sedikit banyak sudah membantu Arini untuk kembali melangkah dan mencoba menjalani hidup normal.

Siang itu, saat mereka bertiga sedang duduk-duduk di teras rumah. Sembari Arini berpikir, usaha apa yang harus dilakukan untuk kembali menyambung hidup. Meskipun masih terbilang cukup tabungan yang dia punya. Namun Arini merasa dia harus punya kesibukan, agar pikirannya tidak selalu berkutat dengan masa lalu.

"Mbak Lasmi, kira-kira usaha apa ya, biar saya ada kesibukan?" tanya Arini kepada Lasmi.

"Usaha apa yah, Mbak?" Lasmi mengetuk ngetuk keningnya, seperti sedang berpikir.

"Bude ... Bude, aku masih ingat loh, saat dibuatkan kue bolu sama Bude dulu. Enaknya sampai sekarang masih terasa deh," ucap Atika,  tersenyum jenaka. Arini dan Lasmi tertawa mendengar candaan anak itu.

"Emang bener, kue bolu bikinan bude enak?Atika, kan makan kue buatan bude lima tahun yang lalu, saat Atika masih kelas satu SD?" Sembari Arinimengelus-elus rambut Atika yang duduk di lantai. Atika mendongakkan kepalanya ke arah Arini. 

"Tapi bener loh Bude, Atika ngga bohong. Memang kue bolu buatan Bude enak ko," jawab anak itu seperti meyakinkan Arini. 

"Iya Mbak Arini. Waktu masih gadis, kan, saat Mbak Arini libur kerja pasti bikin kue," ujar Lasmi menyambung ucapan putrinya. 

"Iya Bude ... bikin aja? Nanti Atika bantu jualin deh sama teman-teman,Tika." Sembari jemari Atika mengelus-elus lutut Arini.

"Ihhhh ... Atika, geli tau!" ujar Arini sambil menyingkirkan pelan tangan Atika.

"Memang Atika ngga malu kalo bantu bude dagang kue?" tanya Arini pada Atika. 

"Ya nggalah Bude. Dagang kue, kan halal. Lagipula Atika pengen jadi guru." jawabnya, yang membuat Arini dan Lasmi menjadi bingung. 

"Jadi Guru sama dagang kue apa hubungannya sayang?" Tanya Arini pada Atika. 

"Ngga ada." Enteng saja Atika menjawabnya. Arini  sampai tergelak, membuatnya senyum-senyum sendiri. Gadis kecil itu benar-benar membantunya melewati masa-masa sulit akibat perceraiannya dengan Hendra. 

"Ya sudah, besok kita mulai coba buat kue-kue yah. Semangat!" ucap Arini pada Atika, sambil mengangkat kedua tangannya.

"Semangat!" Atika sambil berdiri, dia pun mengikuti gaya Arini mengangkat tangan seperti emoticon.

"Mamah ko ngga ikut semangat, kaya aku dan Bude?" tanyanya pada Lasmi. Diplototi si Tika ini sama emaknya. Sakit perut Arini tertawa terpingkal-pingkal atas kelucuan dan keluguan ibu dan anak ini.

"Assalamualaikum." ucapan suara salam dari luar pintu pagar halaman rumah Arini. 

"Waalaikum salam!" hampir berbarengan jawaban salam mereka. Lasmi pun menuju pintu pagar. Arini mencoba mencari tahu dengan cara melongok ke arah pintu pagar, tapi tetap tidak terlihat karena terhalang pohon taman.

"Siapa, Atika?" tanya Arini pada Atika yang masih duduk tepat di bawah bangkunya. 

"Ngga tahu Bude, ngga kelihatan," jawab Atika, juga melongokan kepalanya seperti Arini. Tidak beberapa lama. 

"Assalamualaikum, Arini. Bagaimana kabarmu?" sapa dari tamu tersebut setelah melewati rindangnya pohon taman.

Terkaget Arini melihat siapa yang datang.

"Gazza," bisik pelan Arini. Seseorang dari masa lalunya.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Nikahi Mantan Istriku   29. Benar Benar Bahagia

    Sama seperti halnya Kunto, dibayar berapa Mas Adrian untuk mengikuti apa maunya Mas Hendra. Aku harus mencari tahu, tentang hal ini.Seperti biasa, Mas Adrian sudah pulang sebelum jam sembilan malam. Sengaja aku tidak menyambutnya, hanya berdiam diri saja di kamar. Selepas membersihkan diri di kamar mandi, Mas Adrian masuk kamar dan berganti pakaian, aku berpura-pura sudah tertidur. Adrian lalu keluar, setelah meletakkan beberapa lembar uang belanja di meja rias. Aku menunggu Mas Adrian melepas lelah, setelah itu, ingin bicara dengannya."Aku ingin bicara mas," kataku, duduk di bangku sebelahnya di ruang tamu. Saat Mas Adrian sedang asik membaca kitab."Mau, bicara apa, Dek?" tanyanya, sembari menutup kitab bacaannya, dan meletakkan di atas meja."Mas Adrian, jijik sama aku?" terdiam sesaat Adrian, mendengar pertanyaanku."Maksudnya apa yah,dek? Mas, kurang paham.""Jujur saja, Mas ... Apa yang membuat Mas Adrian jijik padaku? Bahkan tidak pernah mau menyentuhku! Aku lelah dengan pern

  • Nikahi Mantan Istriku   28. Konspirasi Yang Terbongkar

    3 bulan sudah pernikahan sandiwara ini berjalan. Zahra sudah semakin dekat dan manja denganku. Ditambah dengan adanya Atika di rumah ini, semakin membuat Zahra terlihat bahagia, dan tubuhnya pun lebih gemuk sekarang.Sedangkan Mas Adrian, tidak ada yang berubah pada dirinya. Dia selalu memperlakukan aku dengan baik dan bertanggung jawab pada keluarga.Tetapi ... tidak pernah menyentuhku.Aku ingin dia memperlakukan aku layaknya seorang suami terhadap istrinya. Memberikan keteduhan dan kedamaian ke dalam sebuah pelukan kehangatan dan perlindungan. Mas Adrian seperti menjaga jarak, tidak ingin menyentuh dan tidak ingin disentuh. Berkutat hanya dengan membaca buku dan kitab. Menunggu sampai aku terlelap, baru kemudian memasuki kamar dan tertidur di kasur lantai.Pernikahan sandiwara ini telah menjerat dan mengikatku pada sebuah kenyataan. Bahwa aku merasakan kenyamanan pada pria lain selain Mas Hendra. Bahkan terkadang, jika Mas Hendra menelpon, aku mulai merasakan ketidaknyamanan. Teru

  • Nikahi Mantan Istriku   27. Menyimpan Rasa Cemburu

    "Terserah Dek Arini saja, jika dia bersedia, aku persilahkan saja," ujar Adrian. Kembali melemparkan bola panas terhadapku.'Menjengkelkan pria ini' bathinku menggerutu."Kamu tidak perlu ijin Adrian, Arini ... pernikahan kalian kan hanya sandiwara, kamu harus ingat itu," ketus Hendra kepadaku, sepertinya itu juga cara Hendra untuk menyindir dan mengingatkan Adrian. Hendra memang benar, itu memang rencananya, aku dan Adrian pun menyetujuinya."Aku dan Mas Adrian memang menikah sandiwara, tetapi pernikahan kami sudah memenuhi syarat hukum agama," jelasku kepada Hendra."Selama aku menjadi istrinya, terlepas itu sandiwara ataupun bukan, aku harus tetap meminta persetujuannya, sebagai pemilik sah atas diriku," jawabku tegas. Hendra terdiam, begitupun Adrian."Kamu juga, Mas Adrian. Jangan berlepas tanggung jawab atas diriku, menurut hukum agama aku sah milikmu, tidak pantas jika Mas menyerahkan keputusan ini kepadaku, karena aku masih di bawah tanggung jawabmu." Aku langsung berdiri meni

  • Nikahi Mantan Istriku   26. Permainan Baru Dimulai

    "Istirahat saja ya, Dek. Jangan dibawa aktivitas dulu, Mas ambil libur saja hari ini, biar bisa bantu-bantu Adik di rumah dulu." Saatku duduk di pinggir ranjang. "Iya, Mas tidak usah kerja dulu," pintaku. Sesungguhnya bukan karena cengeng, tetapi panggang juga, melihat Mas Adrian tidak pernah sepi mencari penumpang selama kami menikah. Mas Adrian lalu menuju ke lemari pakaian, membuka bajunya untuk berganti pakaian. Ada desiran halus yang mengalir di dadaku, melihat tubuh telanjangnya, walaupun hanya di bagian pinggang. Kucoba tetapi mungkin menahan debar, tidak dengan langkahku yang malah memilih untuk mendekatinya. "Mau kemana, Dek. Jangan banyak bergerak dulu jika masih sakit," sarannya, lalu mendekatiku, dengan masih bertelanjang, sambil memegang baju ganti di tangan. Aku langsung memeluknya, memeluk tubuh tegapnya. Ada kehangatan dan mengalir di dalam ragaku. Entahlah, aku mungkin seperti perempuan yang tidak tahu malu, tetapi ... Mengapa juga kuharus malu, jika tubuh yang kup

  • Nikahi Mantan Istriku   25. Rasa Yang Tak Terduga

    "Ingin meminta tolong Mbak Lasmi, tapi aku tidak tega membangunkannya." Lanjutku Penjelasan."Iya,i-ya.dek," ucapnya tergagap. "Di sini keriknya, dek?""Di dalam kamar saja, yah Mas." Aku melangkah ke dapur, untuk mengambil sedikit minyak sayur. Tertahan langkahku, Mas Adrian memegang tangan."Adek mau kemana?" "Ke dapur Mas, ingin mengambil sedikit minyak sayur untuk kerikan," jawabku."Biar Mas yang ambil, adek tunggu di kamar saja." Bergegas berdiri Adrian melangkah menuju dapur.Aku segera masuk ke dalam kamar, menyiapkan uang logaman lama yang memang sengaja kusimpan untuk kerikan. Membuka pakaian atas dan penutup payudara.Terlihat Mas Adrian sangat grogi saat masuk kamar dan mulai mendekat. Hanya menunduk dan terlihat serba salah. Duduk di belakang tubuhku, di atas tempat tidur."Di-di, ke-ke'riknya, sekarang Dek?" terdengar gemetaran suaranya. Aku tertawa geli dalam hati."Iya, sekarang Mas," jawabku, sembari bersiap menahan sakit karena kerikan."Halus sekali kerokannya, se

  • Nikahi Mantan Istriku   24. Pernikahan Sandiwara

    POV AriniPerjalanan hidupku yang berhubungan dengan pernikahan, selalu heboh dan menjadi perbincangan buat warga sekitar tempat kutinggal.Baru saja dua minggu kemarin batal melaksanakan akad nikah. Di hari minggu pagi ini, akan digelar kembali acara akad pernikahanku dengan pria yang berbeda. Pernikahan yang akan dilakukan secara siri.Macam-macam pendapat mereka tentang pernikahanku kali ini, itu kabar yang kudengar dari Mbak Lasmi dan Ceu Yoyoh, tetapi aku mencoba untuk tidak lagi ambil peduli.Tidak banyak yang menghadiri pelaksanaan akad nikah kali ini. Selain karena keadaan Adrian yang sama seperti aku, anak tunggal tanpa saudara dengan kedua orangtua yang sudah tiada. Hanya beberapa warga sekitar dan pengurus RT saja, yang ikut menghadiri acara akad pernikahanku kali ini.Ustaz setempat yang menjadi penghulu pernikahan kami. Ustaz yang sering di panggil untuk menikahkan pasangan pengantin secara siri. Mas Hendra yang mengurus dan mengatur semuanya, aku dan Adrian hanya mengiku

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status