Home / Urban / No Cerai No Pisah! / Chapter 43 - Luka Lama

Share

Chapter 43 - Luka Lama

Author: Elodri
last update Last Updated: 2025-07-28 23:55:37

Rosa mematung. Kegiatan ambil-mengambil kuenya berhenti total.

Gelembung-gelembung kebahagiaannya kini meletus. Dan menguap tak bersisa.

Dia bisa melupakan suara dan ciri khas siapa saja, siapapun yang pernah Rosa temui, seiring berjalannya waktu.

Namun, tidak dengan pemilik suara barusan.

Walau terdengar sedikit lebih berat, dengan nada tua yang menua bersama waktu, ada tekanan dan kekuatan yang tersisip di setiap intonasinya. Nada suara yang tak sekadar menegur—tapi menyayat, menguasai, memerintah.

Tidak peduli di kesempatan manapun orang itu berbicara, dia akan terus terdengar sebagai orang yang memegang seluruh kontrol atas hidup dan matinya Rosa.

Rosa dengan hati-hati menaruh piring itu ke meja. Dia memutar tubuh pelan, dan tatapan mereka bertemu di udara.

Satu menatap dengan kekecewaan yang terselimuti es kutub, satu lagi menampilkan ketenangan semu yang genting dan rapuh.

“Aku nggak punya rumah,” gumam Rosa datar, seolah menggumamkan fakta cuaca.

Kening Julian berkerut. "K
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Zkytuul
pliss thorr km dimana...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • No Cerai No Pisah!   Chapter 44 - Budak Kirana

    Alih-alih menjawab, Brian malah bertanya sembari menatap Rosa agak cemas, "Kami lihat kamu sendirian dan nggak gabung dengan yang lain. Kamu nggak apa-apa?"Rosa mengangguk kecil, disusul senyum sopan. "Aku baik-baik aja, tadi minggir dulu buat makan. Terima kasih sudah bertanya.""Tenanglah. Nggak perlu seformal itu sama kami, terutama aku," kata Brian dengan senyum kikuk. Sepintas, Rosa melirik Brian aneh. "Memangnya kenapa?"Brian terdiam sejenak, sebelum membuka mulut. "Kita, kan, teman dekat Devon. Karena kamu istrinya, itu artinya kamu juga teman dekat kami. Jangan sungkan kalau butuh bantuan, ya."Rosa mengangkat sebelah alisnya sedikit, lalu mengedarkan pandangannya pada mereka. "Yang benar? Aku bisa minta tolong kalian?""Benar.""Ngarep!""Ck.""Terserah."Empat suara, empat buah jawaban berbeda yang menyahutinya. Rosa, "...."Brian, "...."Brian juga sama terdiamnya dengan Rosa. Dia kurang lebihnya bisa menebak reaksi teman-temannya. Tetapi tidak disangka-sangka, mereka m

  • No Cerai No Pisah!   Chapter 43 - Luka Lama

    Rosa mematung. Kegiatan ambil-mengambil kuenya berhenti total. Gelembung-gelembung kebahagiaannya kini meletus. Dan menguap tak bersisa. Dia bisa melupakan suara dan ciri khas siapa saja, siapapun yang pernah Rosa temui, seiring berjalannya waktu. Namun, tidak dengan pemilik suara barusan. Walau terdengar sedikit lebih berat, dengan nada tua yang menua bersama waktu, ada tekanan dan kekuatan yang tersisip di setiap intonasinya. Nada suara yang tak sekadar menegur—tapi menyayat, menguasai, memerintah.Tidak peduli di kesempatan manapun orang itu berbicara, dia akan terus terdengar sebagai orang yang memegang seluruh kontrol atas hidup dan matinya Rosa. Rosa dengan hati-hati menaruh piring itu ke meja. Dia memutar tubuh pelan, dan tatapan mereka bertemu di udara.Satu menatap dengan kekecewaan yang terselimuti es kutub, satu lagi menampilkan ketenangan semu yang genting dan rapuh.“Aku nggak punya rumah,” gumam Rosa datar, seolah menggumamkan fakta cuaca.Kening Julian berkerut. "K

  • No Cerai No Pisah!   Chapter 42 - Mematahkan Rumor

    Tak seperti pemikiran mayoritas tamu, kemistri Rosa dan Devon melebur menjadi satu. Surai rambut Rosa tergerai panjang dengan sedikit gelombang yang terayun-ayun lembut. Di bagian kanannya, sejumput rambut dijepit dan ditata ke belakang, menampakkan bentuk dagu lancip Rosa yang menawan dengan garis leher jenjang.Mata Rosa yang berbentuk bagai mata kucing, terbuka lebar di tengah dan tajam di ujung, membuat Rosa terlihat cerdik dan senang bermain-main. Tetapi ketika diam memicing, suasananya lekas berubah waspada, penuh pengamatan dan kehati-hatian, serta licik. Meski begitu, riasannya malam ini terlihat lebih halus dan lembut seolah hanya di beri sedikit taburan bedak, blush-on, tanpa polesan lain. Sebab bibirnya memang murni berwarna merah ceri dan para stylist cuma meningkatkan keindahan alaminya dengan sentuhan kecil.Gaun biru itu sungguh-sungguh memerankan tugasnya dengan baik. Menyoroti betapa proporsional dan menariknya tubuh Rosa. Terutama potongan panjang yang memperlihatk

  • No Cerai No Pisah!   Chapter 41 - Pasangan Sempurna

    Rosa sedang merasa sedikit senang melihat Kirana yang seperti menelan pil pahit dari kata-katanya. Mukanya masam. Rosa tertawa dalam hati. Terus, kenapa? Dia tidak peduli~Namun, di waktu yang bersamaan Rosa merasa ada seakan sedang dipelototi. Kalau pandangan mata itu adalah laser, mungkin pipi Rosa sudah bolong dari intensnya tatapan itu. Rosa menengok sedikit, lalu berjengit kecil. [Um ... kamu marah karena aku mengatai mantan terindahmu, kah? Serem banget ngeliat aku sampe begitu.]Devon mengendalikan kegelapan yang bergemuruh di matanya. Sehabis dia menarik wajahnya menjauh dari Rosa, barulah wanita itu dapat bernapas lega. [Fine! Akan ku sudahi dulu. Bukan karena aku takut, ya. Tapi karena mengingat taruhan kita. Aku nggak boleh gegabah.]"Kita permisi duluan, ya. Semoga kamu bisa cepat mendapat petunjuk ke jalan yang benar," kata Rosa seraya mendoakan Kirana supaya tidak tersesat lagi. Meski tak lupa juga, meninggalkan makna tersirat dari balik ucapannya. [Jangan jadi p

  • No Cerai No Pisah!   Chapter 40 - Dua tahun palsu

    Rosa menatap Kirana dalam diam. [Kalau kita muncul bertiga di saat yang bersamaan, apa kata semua tamu? Dia ini benar-benar nggak ngerti apa yang akan terjadi, atau memang sengaja?]Rosa melirik sekilas Devon yang tengah menatap Kirana dengan pandangan yang sulit dibaca. [Yah, dilihat-lihat dari cara perempuan ini sengaja datang ke sini, sih, sudah pasti mau cari perkara. Aku penasaran apa yang Devon pikirkan. Kamu mau nemenin Kirana atau aku?][Dampaknya buruk buat citra kita jika dia pergi dengan Kirana. Tapi di sisi lain, bagus juga buat mempermulus jalan cerai kita nantinya. Sebelum Devon kumat dan bilang batal cerai lagi, aku bakal pakai kesempatan ini buat bikin alasan kuat kenapa kita harus cerai! Karena kamu pilih Kirana~]Tiba-tiba Devon berkata lugas, "Pergilah dengan Brian."Senyum Kirana agak memudar. Namun, dia dengan keras kepala merayu dengan suara halus, "Aku hanya ingin pergi bareng kalian sampai ketemu kakakku aja. Nggak apa-apa, kan?"Devon memandang dingin Kirana

  • No Cerai No Pisah!   Chapter 39 - Bertemu Kirana

    Saat mendekati waktu pesta, para tamu yang berdatangan melalui lobi mulai berkurang. Begitu pula dengan antusias wartawan-wartawan.Mereka bubar dan mengambil tempat strategis di pinggir-pinggir hotel—tak jauh dari pintu masuk utama untuk mengintai keadaan hotel sembari mengecek hasil tangkapan foto mereka. "Kok istri Devon nggak keliatan, ya?" ujar salah satu wartawan dengan menyikut temannya. "Nggak ngerti, deh. Mungkin dia nggak mau dateng soalnya udah tau bakal dipermalukan di muka umum. Wajar, lah.""Hmmm. Tapi masa dia nggak dateng ngadepin si Kirana, Kirana, itu, sih? Ini kan perdana mereka bertemu.""Haih ... sudah diamlah. Simpan tenagamu buat nyelinap masuk nanti pas sekuritinya lengah. Tunggu aba-abaku, oke," bisik temannya seraya merangkul pundak wartawan itu.Dia bertekad tidak akan pulang sebelum mendapat skandal terbaik! Dan, caranya hanya dengan menyelusup masuk dan memvideokan seluruh prosesi pesta itu dari dekat. ---Berbeda dengan para tamu undangan biasa yang d

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status