Beranda / Urban / No Cerai No Pisah! / Chapter 58 - Rosa Sakit

Share

Chapter 58 - Rosa Sakit

Penulis: Elodri
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-14 22:38:24

Dokter mengangkat stetoskopnya usai memeriksa Rosa. "Tanda-tanda sakitnya sudah dari kemarin atau baru?"

Pak Sugi menggeleng-geleng cepat. "Kemarin Nona sehat-sehat saja, Dok."

Dokter itu memastikan, "Kesibukan Nona akhir-akhir ini apa, kalau boleh tahu? Apakah sering melakukan aktivitas berat?"

Pak Sugi termenung dan mengingat-ngingat kegiatan Rosa. Sepertinya Rosa tidak banyak kegiatan. Sekalinya keluar pun sewaktu pergi clubbing dan ke pesta kemarin. Sisanya, Rosa lebih banyak diam di rumah, menonton TV atau mengurung diri di kamar.

Sebelum-sebelumnya, sih, sempat mampir-mampir ke kantor Devon, tapi tidak sering dan hanya sebentar saja. Seharusnya Nona tidak secapek itu.

Pak Sugi menjawab hati-hati, "Nona jarang melakukan aktivitas berat, Dok. Lebih sering bersantai."

Dokter itu mengangguk—mencermati informasi tersebut. Namun, di tengah diagnosisnya, Devon akhirnya bersuara setelah sejak tadi menjadi pendengar, "Dia tidur tanpa mengenakan baju kemarin malam."

Jubah mandi bukan ba
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • No Cerai No Pisah!   Chapter 60 - Deep Talk

    Tangis Rosa lambat laun mulai berhenti. Dengan mata yang masih berlinang, tatapannya bertubrukan dengan mata gelap Devon. Lalu, helaan napas halus terselip keluar dari bibir Rosa. Tiba saatnya mereka bicara dari hati ke hati. “Aku pikir ... kalau emang pernikahan kita masih bisa diselamatkan, aku akan melanjutkannya. Tapi mau bagaimanapun aku mencoba, ada kemungkinan kamu tetap nggak tertarik, kan?" Suara lembut Rosa mengalun pelan merasuki pendengaran Devon. Ucapan Rosa terdengar miris. "Devon, sejujurnya aku udah mempersiapkan jalan keluar selagi aku mencoba mempertahankan pernikahan kita." [Satu bulan itu emang sengaja untuk mengulur waktu biar aku bisa pergi dengan tenang. Tapi, soal mencoba menyelamatkan pernikahan kita itu juga benar.]Jalan keluar jadi plan B Rosa jika usahanya gagal. “Sekarang aku tertarik. Jadi kamu nggak harus pergi." Devon menyematkan helai rambut rosa yang menghalangi pandangannya ke belakang telinga. Tanpa sepengetahuan Rosa, sepasang mata gelap itu

  • No Cerai No Pisah!   Chapter 59 - Kasih Sayang

    Devon tersenyum.Senyum menawan yang entah kenapa membuat bulu kuduk berdiri. Bila Pak Sugi ada di sini, beliau pasti akan menuduh Devon mempunyai rencana jahat. Yang nyatanya memang benar.Detik berikutnya, Devon dengan kejam mencubit hidung Rosa. Dia menunggu hingga Rosa megap-megap baru melepaskannya, seraya berkata datar, "Bangun.""... Uh?" Kesadaran Rosa berenang-renang samar. Saat dia membuka mata, perhatiannya masih belum bisa fokus pada satu objek. Kepala Rosa terkulai lemas ke samping, memandang figur Devon yang masih berbayang-bayang di matanya. Dia ingin memanggil seseorang, tetapi rasanya tenggorokan Rosa begitu kering dan sakit. Bahkan sebenarnya, tidak cuma tenggorokan, seluruh tubuh Rosa pun terasa sakit dan lemah. Pak Sugi datang di saat bersamaan Devon menjauh dari Rosa dengan tatapan yang sulit terbaca pada wanita itu."Untung saya sudah membuatkan Nona bubur untuk makan siang tadi, jadi tinggal menghangatkannya saja," ujar Pak Sugi. Dia menaruh nampan berisi b

  • No Cerai No Pisah!   Chapter 58 - Rosa Sakit

    Dokter mengangkat stetoskopnya usai memeriksa Rosa. "Tanda-tanda sakitnya sudah dari kemarin atau baru?"Pak Sugi menggeleng-geleng cepat. "Kemarin Nona sehat-sehat saja, Dok."Dokter itu memastikan, "Kesibukan Nona akhir-akhir ini apa, kalau boleh tahu? Apakah sering melakukan aktivitas berat?"Pak Sugi termenung dan mengingat-ngingat kegiatan Rosa. Sepertinya Rosa tidak banyak kegiatan. Sekalinya keluar pun sewaktu pergi clubbing dan ke pesta kemarin. Sisanya, Rosa lebih banyak diam di rumah, menonton TV atau mengurung diri di kamar. Sebelum-sebelumnya, sih, sempat mampir-mampir ke kantor Devon, tapi tidak sering dan hanya sebentar saja. Seharusnya Nona tidak secapek itu. Pak Sugi menjawab hati-hati, "Nona jarang melakukan aktivitas berat, Dok. Lebih sering bersantai."Dokter itu mengangguk—mencermati informasi tersebut. Namun, di tengah diagnosisnya, Devon akhirnya bersuara setelah sejak tadi menjadi pendengar, "Dia tidur tanpa mengenakan baju kemarin malam."Jubah mandi bukan ba

  • No Cerai No Pisah!   Chapter 57 - Persimpangan

    Mimik muka Rosa spontan membeku. Devon meneliti ekspresi Rosa dengan tenang sebelum kembali berkata, "Semalam dia membela kamu, sampai memperingati teman-temanku untuk tidak menyinggungmu.""... Membelaku ... Kamu nggak salah dengar?""Semua mendengarnya, nggak hanya aku. Sepertinya sekarang sudah menyebar ke mana-mana."Menilai dari seberapa cepat rumor bersirkulasi di kalangan mereka, persoalan Rosa semalam mungkin sudah menjadi sarapan pagi mereka saat ini. Sikap meledak-ledak Rosa lenyap. Rosa tampak terdiam memikirkan sesuatu. Devon melirik sebentar, lalu memalingkan muka. Dia membuka bungkus rokok yang ada di kantong jasnya dan mengambil satu batang. Setelah mendapat laporan dari Rama tentang kejanggalan Julian semalam, Devon baru menyadarinya. "Kalian memiliki nama akhir yang sama 'Wicaksono'," terang Devon pelan. Tatapannya dalam dan penuh pertimbangan.Rosa mengibaskan tangannya ringan. "Ah~ Barangkali karena nama kita mirip, jadi dia merasa kasihan terus menolongku.""H

  • No Cerai No Pisah!   Chapter 56 - Aku Malu

    Rosa terbangun tanpa Devon di sampingnya. Dia mengedip-ngedip dan menguap, baru mencari ponselnya untuk melihat jam. Di atas nakas tak kelihatan ponselnya, melainkan satu set baju, lengkap dengan tas dan keperluannya. Secarik catatan kecil menempel di baju itu. Rosa mengenali tulisan tangan itu milik Devon. Isi pesannya singkat. Devon hanya bilang dia pergi sarapan dan akan segera kembali. Rosa bangun dan lanjut mencari sampai ketemu. Tetapi sembari melongok-longok, Rosa malah bersin-bersin. "Hatchiii! Hatchii!" [Mmm. Hidungku gatal, ya.] Rosa mengusap-usap hidungnya. Usai dia menemukan ponselnya, mata Rosa melebar sedikit. [Jam 10? Kenapa Devon nggak bangunin aku.] Rosa langsung bergegas mandi, melupakan baju di atas meja. Ketika dia ingat, dia sudah terlanjur berendam di bathtub. Jadi Rosa keluar dari kamar mandi menggunakan jubahnya lagi. Di saat bersamaan, pintu terbuka dan suara percakapan terdengar. "Tuan Muda serius mau pakai pulau itu untuk acaranya?" "Mn." "Bai

  • No Cerai No Pisah!   Chapter 55 - Persekongkolan Kirana

    Kedua paparazzi itu terlonjak dan menoleh cepat.Paparazzi yang lebih muda terlihat takut dan meringkuk di belakang seniornya. Sedangkan ekspresi waspada senior itu luntur saat melihat Kirana. "Hahaha. Well, well. Kebetulan sekali kita ketemu. Kirana mau tau videonya? Mau lihat?" "Tunjukkan video itu atau aku akan melaporkan kalian," ancam Kirana sambil mengulurkan tangannya."Oh, tidak bisa~ video ini sangat berharga. Kami merekam semua pertengkaran kamu dan Rosa lho. Sama ... yang di depan kamar Tuan Muda Devon," orang itu bersiul, "wow. Pasti banyak yang bakal kaget kalo tahu kamu cikal bakal pelakor.""Gimana bisa kalian sampai sana?!" "Rahasia perusahaan, Sayang," ujar orang itu seraya mengedipkan matanya.Kemarahan Kirana tampak jelas di wajah mungilnya. Dia menatap jijik paparazzi yang menggodanya. "Berikan padaku. Sekarang!"Paparrazi itu menjilat bibirnya. "Bayar 100 juta."Raut wajah Kirana berubah. Dia berujar syok, "Kau gila! Itu pemerasan! Buat apa aku bayar sebanyak i

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status