Judul : Predator Kota Outline : Cerita ini, menceritakan tentang seorang pemuda yang bernama Amat. Dia adalah seorang ahli beladiri dan tenaga dalam yang berasal dari desa dan merantau ke kota. Di kota, dia mengalami berbagai macam kejadian yang bersinggungan dengan dunia premanisme seperti perkelahian, pengeroyokan, teror, sampai pembunuhan. Namun, karena keahlian beladirinya dan tenaga dalam yang dia miliki, serta dukungan dari teman-temannya, dia mampu mengahadapi itu semua. Bahkan, dia dapat mengusai kota itu dengan kelompoknya. Dan menjadi predator kota yang menakutkan. Tokoh di cerita : 1.Amat sebagai tokoh utama 2. Kamal sebagai teman Amat yang culun, tetapi bijak dan romantis 3. Irwan sebagai mantan preman yang menjadi teman Amat sekaligus tangan kanannya. 4. Tuti yang menjadi kekasih Kamal 5. Pak Kadir sebagai tokoh antagonis utama yang pernah menjadi bos Amat, tetapi ternyata menghianati Amat. 6. Serta tokoh-tokoh lainnya yang membantu dalam cerita ini. Alur : Mundur Tema : Seputar persahabatan dan dunia premanisme Penonton : 18+
View MoreAmat adalah seorang ahli beladiri silat banjar atau yang biasa disebut kuntaw. Selain ahli beladiri dia juga merupakan ahli ilmu tenaga dalam. Namanya tersohor kemana-mana, orang-orang biasanya memanggilnya dengan nama Abah Amat. Walaupun, umurnya sekarang baru 28 tahun. Selain dia seorang ahli beladiri dan tenaga dalam, dia juga merupakan orang yang lemah lembut dan santun kepada semua orang. Dia selalu berkata lawan satu sudah terlalu banyak, teman seribu tidaklah cukup. Dan dia selalu mengajarkan tentang ilmu padi dan ilmu pohon kepada anak-anaknya. Pepatah mengatakan padi yang semakin berisi, semakin merunduk dan pohon yang semakin tinggi, semakin kuat tiupan angin. Tak lupa juga dia mengajarkan tentang ilmu-ilmu kebatinan dan agama. Hal tersebut dia lakukan karena dia tidak ingin anak-anaknya salah arah dan hidup seperti dia waktu muda. Karena dulu dia adalah mantan seorang pimpinan preman yang menguasai sebuah wilayah dan bertanggung jawab atas beberapa kasus pembunuhan dan teror.
Pada saat itu dia masih muda kira-kira masih berumur delapan belas tahun dan waktu itu ibunya sudah meninggal dunia. Pagi itu seperti biasa dia pergi ke sawah untuk membantu ayahnya bertani. Tiba-tiba sahabatnya yang bernama kamal datang dan memberi tahu bahwa dia akan pergi ke kota untuk mencari kerja.
Dia sempat kaget dan bertanya kepada kamal, "Dimana kamu akan bekerja?".
"Ya cari aja dulu," kata Kamal.
"Kalo ga nyari, ya ga akan ketemu." sambung Kamal sambil tersenyum.
"Memangnya, sudah kamu pikirin masak-masak keputusan kamu ini?" jawab Amat.
Kamal berkata, "iya sudah aku pikirin masak-masak kok! ... lagi pula aku merantau ingin merubah nasibku, aku tak ingin terus hidup bagaikan katak dalam tempurung," pungkasnya sambil memandang langit yang tampak biru itu.
Amat sangat mengerti keinginan sahabatnya ini. Sebagai seorang yatim piatu yang miskin, Kamal selalu mempunyai keinginan yang tinggi.
Dia hanya sanggup berkata, "Jaga dirimu di sana sobat dan jangan lupa kembali!." jawab Amat sambil memeluk sahabatnya itu.
Kamal berpamitan dan berjanji akan mengajak Amat bersamanya dikemudian hari. Kemudian, Kamal pun pergi meninggalkan Amat yang kembali bekerja.
Hari demi hari berlalu, tak terasa sudah setahun sejak kepergian Kamal ke kota. Hari itu, seperti biasanya Amat pergi ke sawah untuk membantu Ayahnya di sana. Namun, setelah pulang dari sawah dia menemukan sepucuk surat yang dikirim oleh Kamal dari kota. Isi surat tersebut Kamal mengajak beliau untuk bekerja di kota. Kamal mengatakan bahwa kerja di kota itu enak, bebas, gajinya lumayan, dan sebagainya. Karena tergiur oleh rayuan Kamal dan keinginan untuk hidup lebih baik membuat dia memutuskan untuk berangkat ke kota.
Dia meminta izin kepada ayahnya agar diizinkan berangkat ke kota. Dengan berat hati akhirnya ayahnya mengizinkannya untuk bekerja ke kota.
Ayahnya berkata "Lain ladang lain belalang lain kolam lain ikannya, lain orang lain kepala lain pula hatinya!".
Disini ayahnya mengajarkan kepada Amat agar selalu berhati-hati di kampung orang. Amat hanya mengangguk mendengar kata-kata itu.
Kemudian ayahnya menambahkan, "Dimana bumi dipijak di situ langit dijunjung, artinya dimana kita berada kita harus bisa menyesuaiakan diri."
Amat membalas dengan berkata "Semua pesan dari Ayah akan aku jadikan pedoman hidupku di kota ... restu Ayah adalah kunci kesuksesanku!".
Setelah mengatakan itu dia pun sujud di kaki Ayahnya kemudian, dia bangkit dan segera pergi menyusul Kamal ke kota.
Perjalan panjangnya telah dimulai. Dari dalam taksi dia terus memperhatikan sekeliling yang tampak asing baginya. Apalagi, saat taksi itu memasuki kota matanya seakan-akan terbelalak melihat pemandangan gedung-gedung mewah yang menjulang tinggi. Hilir mudik manusia di sekelilingnya, membuat dia merasa seperti bukan dirinya. Karena memang ini adalah pertama kalinya dia pergi ke kota. Tak lama kemudian taksi itu berhenti di sebuah terminal dan dia turun disana. Sesuai dengan arahan sahabatnya, dia harus pergi ke pelabuhan dan nanti akan bertemu Kamal di sana.
Waktu itu, Amat hanya membawa bekal pakaian dan uang untuk beberapa hari saja. Karena menurut kamal di tempat kerja nanti semua kebutuhan seperti makan dan tempat tinggal sudah disiapkan. Setelah perjalan dengan ojek selama sepuluh menit, Amat harus menunggu beberapa menit lagi sampai Kamal tiba. Setelah menunggu kira-kira 15 menit, kamal tiba-tiba datang dari belakang untuk mengagetkannya.
Di sana mereka berpelukan layaknya sahabat yang sudah lama tidak bertemu.
Kamal memulai obrolan dengan berkata, "Bagaimana kabarmu sobat?".
"Aku baik! seperti yang kau lihat sekarang," jawab Amat.
"Bagaimana kabar sahabat-sahabat kita di kampung?," tanya kamal kembali.
Amat menjawab, "Mereka juga baik dan masih sama seperti dulu."
Mendengar itu Kamal kemudian berkata, "Itulah mereka yang tidak punya kemauan yang kuat untuk sukses dan akhirnya begitu-begitu saja!".
"Ya begitulah kehidupan di kampung, hal itulah yang membuat aku kesini" Amat membalasnya.
Mereka terus mengobrol sambil berjalan menuju tempat kerja kamal. Ternyata kamal bekerja sebagai buruh di pabrik flywood. Kemudian, ayahku diajak bertemu bosnya untuk wawancara. Setelah bertemu dan melakukan wawancara, akhirnya Amat diterima bekerja di sana da besok sudah bisa bekerja. Kemudian, kamal mengajak Amat untuk ke mes tempat mereka tinggal.
Mes tersebut terlihat sangat berantakan dan tak terurus. Hal itu terjadi karena para penghuni mes sangat sibuk bekerja dan jarang memperhatikan tempat tinggalnya. Bayangkan saja, mereka harus bekerja dua belas jam sehari. Itupun belum termasuk lembur. Memang gajih di sini cukup besar tetapi juga melelahkan. Ditambah lagi banyak dari mereka merupakan para pencandu miras dan narkoba jenis lainnya.
Kamal membawa Amat untuk masuk ke kamarnya. Di sini lah nanti Amat akan tidur dan istirahat. Memang kamarnya tidak terlalu besar tetapi, cukup untuk mereka berdua. Amat mengeluarkan beberapa pakaiannya dan menarohnya pada lemari pakaian di sana.
Waktu tidak terasa cepat berlalu. Sekarang sudah seminggu sejak hari itu. Mereka juga sudah mendapat izin untuk menggunakan ruko itu dari pemiliknya. Mereka juga sudah beberapa kali menggunakan tempat itu sebagai tempat latihan dan sekaligus sebagai markas. Terminal tempat mereka kerja juga semakin ramai. Sejak kejadian itu, banyak dari kelompok preman yang menaruh hormat kepada mereka. Dan dengan demikian tempat yang mereka kelola juga semakin aman. Keamanan yang mereka berikan ini membuat pedagang dan pembeli merasa terlidungi.Malam itu seperti biasa, mereka duduk santai di dalam markas. Beberapa dari mereka sedang ada di luar mengawasi hilir mudik orang-orang yang lewat."Mana Bang Amat?" tanya Irwan yang baru datang."Mungkin di balkon atas, Bang!" jawab Adit."Iya terima kasih," sahut Irwan yang langsung menuju ke dalam."Ada apa, Ya?" tanya Radit."Enggak tau!" Adit mengangkat kedua bahunya.Radit juga berhenti se
Tak lama kemudian, istri Irwan datang dengan membawa beberapa plastik di tangannya. Dan kelihatannya dia baru selesai belanja di pasar."Permisi!" ucapnya melewati mereka yang sedang duduk."Iya silahkan, Mba!" jawab mereka.Setelah meletakkan barang bawaannya di dapur, istri Irwan kembali keluar menemui Irwan."Ada apa?" tanya Irwan sambil memperhatikan istrinya yang mendekatinya."Di pasar seberang Ikan tidak ada dan hanya ada Ayam, itupun mahal." Istri memberitahu Irwan."Ya sudah nanti aku Radit buat beli," jawab Irwan."Tidak usah Wan, Ini ada ayam!" Amat berkata sambil menunjuk kantongan plastik di sampingnya."Abang beli ayam?" tanya Radit kaget."Iya!" jawab Amat singkat."Aku kira tadi itu pakaian, Bang!" sahut Radit sambil sedikit tertawa.Mendengar itu, Irwan langsung menatap Radit. Radit yang melihat tatapan Irwan langsung terdiam seketika.Irwan berbicara kepada Amat. "Bene
Sesampainya di rumah Irwan, Amat melihat teman-teman sedang duduk di dalam. Kemudian, Amat masuk dan langsung duduk diantara mereka."Ini ada beberapa kue buat mengganjal perut."Amat berkata sambil tersenyum dan menaruh sebuah kantongan plastik di depan mereka."Terima kasih Bang," jawab Agung dengan senyumnya.Kemudian, satu persatu dari mereka mengambil kue itu dan mulai memakannya."Beli di depan, Bang?" tanya Broto sambil memakan kuenya."Iya," jawab Amat singkat."Ditempat Pakde ya, Bang?" Radit bertanya."Aku tidak tahu." Amat menggelengkan kepalanya."Ya iya lah pasti! Siapa lagi yang jualan kue di depan selain Pakde?" Jamal menyahut pertanyaan Radit."Iya juga sih," jawab Radit sambil tersenyum.Tak lama kemudian, Adit datang dari dapur dengan membawa seteko kopi dan beberapa gelas."Pas banget nih!" Jamal berkata sambil tersenyum.Adit meletakkan teko kopi dan cangkir itu di hadapan
Malam yang semakin larut kini telah berganti dengan pagi. Cahaya matahari mulai bersinar dari upuk timur. Cahaya itu membawa kehangatan dan harapan bagi orang-orang untuk memulai pekerjaannya. Krek.... Amat terbangun saat istri Irwan membuka pintu kamarnya. Istri Irwan hanya tersenyum dan mengangguk saat melihat Amat yang sedang mengosok-gosok matanya. Setelah itu, Istri Irwan keluar setelah mengambil sesuatu dilemarinya. Amat yang terbangun segera duduk dan menyandarkan dirinya di tembok. Kemudian, Dia mengalihkan pandangannya kearah teman-temannya yang masih tertidur pulas. Dia hanya tersenyum tipis melihat teman-temannya yang masih tertidur pulas itu. Setelah itu, dia berdiri dan berjalan menuju kamar mandi untuk mencuci mukanya.Setelah selesai mencuci muka, Amat berjalan keluar menuju pintu. Krek.... Dia membuka pintu dan menutupnya kembali. Dia menyusuri gang kecil itu untuk menuju terminal. Dia melihat keadaan terminal yang sudah bersih dan rapi. Walaupun
Tok, tok, tok! "Mba! Mba Yulita!" Jamal mengetuk rumah Irwan. "Iya sebentar," jawab istri Irwan. "Krek.... "Bang! Abang kenapa?" ucap Yulita saat melihat suaminya yang terkulai lemas. Tak sengaja air matanya berjatuhan melihat kondisi suaminya itu. "Aa.. aku tidak apa-apa!" jawab Irwan sambil tersenyum dan menahan sakitnya. "Lebih baik kita bawa masuk dulu, Mba!" ucap Amat. "Ayo, ayo masuk!" Yulita membuka lebar pintu rumahnya. "Langsung bawa masuk ke kamar saja!" pinta Yulita sambil menyapu air matanya. Mereka yang mendengar itu segera membawa Irwan ke kamarnya. Di kamar itu Anak Irwan yang bernama Andi sedang tidur. Kemudian, dia terbangun karena mendengar suara dari teman-teman ayahnya itu. "Ayah!" ucap anaknya terkejut. "Ayah kenapa?" Anaknya bertanya lagi sambil mengosok-gosok matanya. "Ayah tidak apa-apa!" Irwan menenangkan anaknya. "Ayah jangan bohong
"I-itu mereka, Bang!" ucap Adit sambil ketakutan."Halo, Bang Irwan! Masih Ingat dengan ku?" ledek Sahri.Ckckck! "Mana mungkin aku lupa dengan orang yang pernah bersujud minta ampun dihadapanku!" ejek Irwan.Wajah Sahril seketika memerah karena marah."Itu dulu! Sekarang kamulah yang akan sujud dihadapanku, Irwan!""Dulu atau sekarang, itu sama saja!" balas Irwan.Cuih! "Irwan, coba lihat sekelilingmu!" Sahril merentangkan kedua tangannya.Terlihat ada sekitar dua puluh lebih orang disekitarnya.Ckckck! Huuh.... "Buat apa kamu bawa gerombolan srigala untuk menyerang Singa? Kamu sudah tahu hasilnya, Kan?" balas Irwan sambil tertawa."Hah! Singa? Apakah aku tidak salah dengar? Kalian hanya segerombolan domba yang akan menjadi mangsa kami," ledek Sahril."Hahaha!" Anak buah Sahril tertawa.Amat yang melihat itu hanya mengeleng-gelengkan kepalanya."Singkat saja! Apa yang kalian mau?" tanya Irwan dengan
Tok, tok! "Sayang, bukain!" Irwan memanggil Istrinya." Iya, Bang!" jawab Istrinya dari balik pintu.Kreek.... Istrinya membukakan pintu dan segera menpersilahkan mereka masuk.Setelah mereka masuk, Irwan meminta Istrinya untuk membuatkan mereka kopi."Yang, kopinya ya!" pinta Irwan."Iya!" jawab Istrinya singkat.Kemudian, Irwan memulai pembicaraan dengan menceritakan dan menjelaskan secara rinci tujuannya meminta Amat untuk datang ke sini."Jadi begini, dalam beberapa hari ini sudah ada beberapa preman yang mengintai tempat kekuasaan kami."Beberapa dari mereka itu ada yang tidak hanya mengintai, tetapi sudah berani mengintimidasi pedagang di sini untuk pindah ke tempat mereka. Bahkan ada salah satu dari mereka yang memancing emosi Broto hingga terjadi perkelahian. Dalam perkelahian itu Broto memang menang, tetapi preman itu mengancam akan membawa kelompoknya untuk menyerang balik ke sini. Dan sete
Setelah itu, Amat segera mencari ojek untuk menuju rumah Irwan. Diperjalanan Amat terus memperhatikan tempat-tempat yang dia lewati. Dan benar saja keamanan setiap tempat di kota tampaknya telah diperketat dari biasanya. Terlihat di setiap tempat itu beberapa pasang mata selalu mengawasi gerak-gerik orang-orang yang melewati kawasan kekuasaan mereka. Dari cara mereka memandang seperti menaruh kecurigaan kepada setiap orang-orang yang lewat itu. Amat yang melihat itu hanya bisa menghembuskan napasnya dengan berat. Huu....Setelah sampai di sana dan membayar ongkos ojeknya, Amat tidak langsung ke rumah Irwan. Akan tetapi, dia terlebih dahulu singgah di sebuah warung untuk mengisi perutnya."Nasi goreng pedas satu, Mas? pinta Amat."Makan di sini?" tanya penjual nasi goreng."Iya!" jawab Amat singkat."Minumnya apa, Mas? tanya istri penjual nasi goreng itu. "Air putih hangat saja, Mba!" jawab Amat.Sembari menunggu p
Setibanya di kebun, Amat langsung memanggil kamal."Mal!" teriak Amat sambil melambaikan tangannya.Kamal menoleh dan segera menghampiri sahabatnya itu."Mau kemana kamu, Mat?" Kamal menatap pakaian Amat."Aku mau ke kota, Mal!" jawab Amat tersenyum."Ke kota?" Kamal tampak heran."Iya! Ke kota!" balas Andi serius.Huu.... Kamal menghembuskanya."Kamu yakin, Mat?" Kamal sedikit khawatir."Iya! Aku sudah yakin!" sahut Amat mantap."Kamu kan tahu! Bagaimana kehidupan di kota?" Kamal sedikit menahan Amat untuk pergi."Iya, aku tahu! Tetapi ini sudah menjadi keputusanku," jawab Amat dengan yakin."Memangnya kamu mau ngapain ke kota?" tanya Kamal kembali."Aku mau kerja di sana, Mal!" jawab Amat singkat."Kerja apa? Di sini kan juga kerja!" Kamal bertanya dengan serius."Jaga toko!" jawab Amat sembarangan."Iya, tapikan kerjanya beda dan aku mau cari pengalaman baru disana!" je
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments