Tuan Gio menatap Sissy, begitu juga sebaliknya. Terlihat wajah Tuan Gio memerah seperti udang rebus. Tuan Gio mendadak rebah di atas tubuh Sissy. "Tuan? Tuan baik-baik saja? Tuan?" Sissy mencoba mendorong tubuh Tuan Gio yang besar itu perlahan dari tubuhnya sehingga pria itu menjauh dan merebahkan dirinya di sisi sebelah Sissy. Sissy bangkit lalu memegang kening Tuan Gio. Wajahnya sedikit terkejut. "Astaga, Anda demam?" Sissy buru-buru bangkit. Ia melupakan kejadian yang membuat dirinya sedikit terguncang dan takut akan sosok pria yang tengah mabuk itu.Sissy memperbaiki baju tidurnya lalu keluar kamar perlahan menuju dapur. Ia berniat untuk mengompres Tuan Gio."Dia pasti kelelahan sampai demam begitu. Malam ini pun harus lembur," batin Sissy.Dengan cepat ia kembali ke kamarnya. Sissy melepaskan alas kaki Tuan Gio. Sissy menyelimutinya dan mulai mengompres suami kontraknya yang sudah tertidur."Ternyata kalau dilihat baik-baik, dia sangat tampan juga kalau posisi tidur begini." S
Jeni tersenyum puas setelah mendengar pembicaraan Tuan Gio melalui alat penyadapnya. Dia merasa mendapatkan bahan yang sempurna untuk menjatuhkan Sissy sekali lagi."Ini sungguh menarik," decak Jeni kepada dirinya sendiri. "Jika Gio berpikir bahwa Sissy memiliki hubungan dengan salah seorang pewaris di keluarga Admaja, bukankah itu bisa menjadi awal dari akhir Sissy di rumah ini."Jeni mulai memikirkan cara untuk memanfaatkan informasi ini. Gadis itu yakin bahwa ini akan menjadi kesempatan besar untuknya untuk menjatuhkan Sissy dan mendapatkan kembali posisinya di hati Gio. Dengan senyum licik di wajahnya, Jeni mulai merencanakan langkah selanjutnya.****Selain model yang cantik dan seksi, Jeni sebenarnya adalah gadis yang cerdas. Terbukti sekarang dia dengan cepat menemui seorang detektif bayaran yang terpercaya di kota ini untuk membantu menemukan identitas orang dari keluarga Admaja yang berusaha mendekati Sissy. Detektif itu, yang memiliki reputasi baik dalam menangani kasus-kasu
"Tuan Giovani Dirgantara. Apa benar itu nama Anda?" kata suara bariton di telepon. "Saya rasa kamu sudah tahu siapa saya."Tuan Gio tidak menjawab, dia hanya menunggu lawan bicaranya untuk melanjutkan."Saya lihat kamu sudah menangkap orang yang saya tugaskan untuk memata-matai Nona Sissy," kata pria itu. "Saya harus mengakui bahwa kamu sangat cepat juga."Tuan Gio merasa marah dan kesal. "Apa yang kamu inginkan?" dia bertanya dengan nada yang tajam.Pria itu tertawa. "Saya ingin bertemu denganmu, Tuan Gio. Saya rasa kita memiliki hubungan yang sama-sama menarik."Tuan Gio merasa penasaran. "Apa hubunganmu dengan Sissy?""Saya memiliki hubungan yang sangat dekat dengan Sissy. Saya rasa kamu perlu mengetahuinya."Tuan Gio merasa kesal. "Apa yang kamu maksud?" dia bertanya dengan nada yang keras.Pria itu tertawa lagi. "Saya ingin bertemu denganmu secara langsung, Tuan Gio. Saya rasa kita perlu berbicara tentang Sissy."Tuan Gio mengeraskan rahangnya. Ia semakin penasaran dan kesal. "Ba
Daren menangkap pria yang mengikuti Sissy, memutar tubuhnya dan menempelkannya ke dinding. Sissy sangat terkejut melihat adegan itu, dia tidak percaya bahwa pria yang mengikuti dia sejak kemarin akhirnya tertangkap basah."Siapa kamu? Apa tujuanmu mengikuti Sissy?" Daren bertanya dengan nada suara setengah berteriak.Pria itu tidak mau menjawab, dia hanya diam dan memandang Daren dengan mata yang penuh kebencian. Daren kehilangan kesabaran dan memukul perut sang pria yang sempat ia tahan itu."Aku tanya lagi, siapa kamu? Apa tujuanmu?" Daren bertanya dengan nada yang lebih keras.Pria itu masih tidak mau menjawab, dia hanya menggigit bibirnya dan memandang Daren dengan mata yang penuh kebencian. Sissy merasa sedikit takut melihat adegan itu, tapi dia juga merasa lega bahwa pria yang mengikuti dia telah tertangkap."Tuan Daren, sebaiknya kita membawanya ke kantor polisi saja," ucap Sissy mencoba untuk menenangkan situasi.Daren memandang Sissy dan mengangguk. "Ya, kita akan membawanya
Sepulang dari kantor Tuan Gio, Sissy yang diantar jemput supir meminta sang supir untuk mampir ke sebuah toko kue yang terletak di dekat rumah Tuan Gio. Ia ingin membelikan Ayra—keponakanan Tuan Gio— sebuah cake lemon keju yang lezat."Paman apakah kita bisa mampir ke toko kue itu?" tanya Sissy, menunjuk ke arah toko kue.Sang supir mengangguk dan mengarahkan mobil ke arah toko kue. Saat mereka tiba di toko kue, Sissy langsung masuk ke dalam toko dan memilih cake lemon keju. "Ayra pasti menyukai ini!" gumamnya dengan perasaan senang.Saat Sissy sedang mengantri untuk membayar cake yang ia beli di kasir, dia merasa diamati oleh seseorang dari jarak jauh. Ya, perasaan itu ia rasakan saat memasuki toko kue, memilih kue, hingga detik ini. Sissy mencoba menoleh ke belakang, tapi tidak melihat siapa-siapa. Sissy merasa sedikit tidak nyaman, tapi dia tidak terlalu memikirkannya. Setelah proses pembayaran selesai, Sissy buru-buru kembali ke mobil."Orang itu sepertinya memperhatikanku dari t
Beberapa saat sebelum kedatangan Sissy. Jeni mendatangi kantor milik Tuan Gio. Karyawan di sana tidak asing lagi dengan Nona Jeni yang dulunya adalah tunangan dari bos mereka. Sehingga saat Jeni datang, mereka terlihat patuh dan hormat kepadanya, meski banyak mata yang melirik dan berbisik pelan saat Jeni melewati mereka. "Bukankah itu Nona Jeni?" "Ya, dia terlihat makin cantik sekali." "Ku dengar dia sekarang menjadi model yang terkenal." "Lama sekali tidak muncul, akhirnya dia kembali." "Bukankah Tuan Gio sudah menikah? Apakah dia istrinya?" "Kurasa bukan. Tapi, melihatnya ada di sini aku menjadi yakin." "Kupikir mereka sudah putus. Nyatanya mereka masih memiliki hubungan." "Ya, lihat saja dia membawakan makan siang. Bukankah itu artinya mereka masih spesial?" Jeni bisa mendengar suara-suara berbisik itu. Dia tersenyum lirih. Dia memang ingin diakui sebagai Nyonya Dirgantara. Kemunculannya memunculkan berbagai spekulasi dan bahan gosip. "Ternyata Gio belum memp