Kai dan Elodie sampai di apartemen tepat pukul sepuluh malam. Elodie memutuskan untuk mengganti pakaiannya dengan baju tidurnya. Gadis itu masih kepikiran tentang acara Kai beberapa jam yang lalu. Elodie menatap kedua telapak tangannya dan ia bertanya-tanya, bagaimana bisa ia mendorong dan menepis tangan laki-laki tadi seolah laki-laki itu ingin melakukan hal yang berbahaya padanya. Tapi, mengapa berbeda saat Kai menyentuhnya? Elodie menatap seisi kamar yang temaram, cahaya kuning lampu tidur yang menyala. Sejak kemarin ia mencari obat tidurnya yang disembunyikan oleh Kai. Elodie berjalan membuka pintu kamarnya, ia menoleh ke arah ruang keluarga dan menemukan Kai di sana. Segera Elodie berjalan mendekati laki-laki itu. "Kenapa belum tidur?" Kai mendongak menatapnya. "Belum mengantuk atau—"Ucapan Kai terhenti saat tiba-tiba saja Elodie duduk di pangkuannya dan memeluknya dengan erat. Kai langsung menutup laptopnya dan ia melingkarkan kedua tangannya memeluk Elodie. "Di mana oba
"Aku pikir kau tidak akan datang, aku sudah menghubungimu beberapa kali tapi kau tidak menjawab panggilanku." Gracie menarik kursi dan duduk di samping Kai. Wanita cantik itu cemberut pada Kai sambil mencekal lengannya. Kai melepaskan tangan Gracie, ia tersenyum tipis dan meraih tangan Elodie. "Aku datang dengan Elodie," jawab laki-laki itu. Gracie menoleh pada Elodie dan tersenyum tipis. Elodie pun tersenyum pada Gracie. Sedangkan Reyhan—teman dekat Kai itu menoleh pada Elodie. "Kau juga kenal dengan wanita itu, Adik kecil?" tanyanya. Elodie mengangguk. "Cukup tahu saja, Kak. Aku tidak akrab dengannya." "Hemmm ... aku pikir tadi Kai juga datang dengannya. Ternyata denganmu," ujarnya. "Sejak masih kuliah, Kai dan Gracie dirumorkan berpacaran. Mereka sangat dekat, bahkan sampai sekarang. Aku tidak yakin kau benar-benar berpacaran dengan Kai." Elodie tidak menjawabnya. Ia menoleh pada Kai yang diajak berbincang terus menerus oleh Gracie. Elodie pun tertunduk diam hingga Kai me
Elodie terdiam di balkon kamar, gadis itu termenung diam menyentuh bibirnya. Setiap ia memejamkan kedua matanya, Elodie teringat kejadian siang tadi antara ia dan Kai. Mengingatnya membuat Elodie merasa malu. Itu ciuman pertamanya! "Ya ampun..." Gadis itu menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Elodie menyentuh kedua pipinya yang terasa sangat panas. "Malu sekali rasanya," lirih gadis itu. Melu rasanya, mengingat tadi Elodie langsung berlari masuk ke dalam kamar dan menutup pintunya rapat-rapat saat Kai mengungkapkan kalau Elodie adalah gadis yang Kai cintai. "Bagaimana nanti kalau aku bertemu dengan Kak Kai?" lirih Elodie menggigit bibir bawahnya dan gadis itu memejamkan kedua matanya. Tanpa ia sadari, di belakangnya saat ini berdiri Kai yang memperhatikannya sejak tadi. Kai hanya tersenyum-senyum saat mendengar apa saja yang Elodie ucapkan. Menyadari ia telah mengambil ciuman pertama gadis yang polos ini. Bahkan Kai ingin tertawa saat mendengar Elodie yang bingung ba
Kai mengajak Elodie pergi jalan-jalan ke sebuah taman kota. Di sana, juga sedang diadakan bazar tahunan. Elodie dan Kai berjalan kaki melewati jalanan yang ramai dipenuhi oleh para pejalan kaki. Kai menggenggam tangan Elodie sejak turun dari dalam mobil. "Wahh ramai sekali di sini, Kak?" gumam Elodie menatap ke kanan dan ke kiri. "Heem. Kau ingin membeli sesuatu?" tawar Kai pada gadis itu. Elodie mengangkat wajahnya. "Papa sudah transfer uang pada Kakak?" Gadis itu justru bertanya balik. "Ck! Kakakmu ini selalu siap untukmu," jawab Kai merangkul pinggang Elodie sebelum Kai menundukkan kepalanya. "Bagaimana kalau Kakak bilang; kuras hartaku, Sayang..." Hal itu langsung membuat Elodie terkekeh, gadis itu memeluk tubuh Kai dengan kedua tangannya dan mendongak menatapnya. "Sampai bertahun-tahun pun tidak akan habis. Papa Martin itu sangat kaya!" seru Elodie."Itu kau sudah tahu..." Kau tersenyum manis. Barulah Elodie menarik lengan Kai dan mengajaknya mendekati sebuah tempat yang
Gracie masih berada di apartemen Kai. Wanita itu duduk di ruang tamu, ia menunggu Kai yang berada di ruang makan yang tampak dari tempat ia berada saat ini. Wanita itu tersenyum melihat Kai tampak sibuk dengan pekerjaan rumahnya. Dia seorang laki-laki, tetapi tidak pernah perhitungan soal pekerjaan rumah, apalagi ia saat ini tinggal dengan seorang anak gadis. "Sayang," panggil Kai. Sontak Gracie langsung menoleh. Wanita itu memperhatikan ke arah Kai yang kini tidak menatapnya, melainkan menatap ke arah kamar yang kini terbuka. Kai tersenyum. "Kemarilah, minum susunya selagi hangat," ujar Kai mengulurkan tangannya pada Elodie. Tampak Elodie keluar dari dalam kamar, gadis itu masih berbalut dengan piyama berwarna putihnya yang hangat. Elodie menoleh ke arah Gracie yang duduk di sofa menatapnya. Wanita itu tersenyum tipis pada Elodie. Tetapi Elodie langsung tertunduk. "Sudah, cepat minum susunya," bujuk Kai mengelus lembut pucuk kepala Elodie setelah ia menarik kursi di ruang maka
Beberapa hari kemudian...Jam menunjukkan pukul setengah tujuh pagi. Suara bunyi alarm ponsel Kai terdengar, di sampingnya Elodie meringkuk memeluk boneka lumba-lumba miliknya dan televisi tetap menyala. Kai terbangun, laki-laki itu mengusap wajahnya dengan kasar dan ia menoleh ke kanan dan ke kiri menyadari ia dan Elodie tertidur di ruangan televisi setelah semalam mereka berniat menonton film horor. "Huh, kesiangan," gumam Kai duduk sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Untung hari libur..." Laki-laki itu menatap ke arah dinding kaca apartemennya. Matahari sudah bersinar cerah di luar saja. Kai menoleh ke belakang di mana Elodie masih meringkuk dengan selimut abu-abu yang membalut tubuhnya. Senyuman manis terukir di bibir Kai. Laki-laki itu kembali berbaring dan memeluk Elodie dari belakang dengan sangat pelan. Kai mengecup pipi gembil Elodie yang terasa dingin, gadis itu benar-benar tidak terusik sedikitpun. "Nyenyak sekali dia tidur," gumam Kai. Kai kembali merapatk