Beberapa hari kemudian...Setelah mendapatkan kabar kalau Mama dan Papanya akan datang, Gerald dan Giselle tampak bersiap-siap. Meskipun Giselle tidak diperbolehkan oleh Gerald melakukan pekerjaan rumah seperti dulu, tetapi wanita itu juga ikut mengurus rumah setidaknya sekedar duduk sambil menata bunga-bunga di dalam vas dan menggantinya. Seperti saat ini yang Giselle lakukan sambil duduk di teras samping rumah. "Mama, Oma mau datang dengan siapa?" tanya Elodie menatap Giselle dengan kedua mata mengerjap."Oma tentu saja dengan Opa, Sayang," jawab Giselle tersenyum manis pada si kecil. Elodie cemberut. "Kenapa ke sini, sih..." gerutunya dengan nada mengeluh. Sontak Giselle langsung menatapnya lekat-lekat. "Sayang, tidak boleh berbicara seperti itu. Oma ke sini karena Oma dan Opa rindu pada Elodie." "Tapi 'kan Oma itu jahat terus sama Mama. Elodie tidak suka, Ma," protesnya pada sang Mama. "Papa juga tidak bilang-bilang pada Elodie kalau Oma mau ke sini. Kalau Oma bilang ke Elodi
Gerald tidak berbohong pada Giselle. Ia memenuhi janjinya dengan membelikan tongkat Cane untuk membantu Giselle berjalan. Kini, Giselle berjalan menggunakan tongkat tersebut. Meskipun kaki kirinya tampak sedikitpun diseret, setidaknya Giselle bisa menguatkan dirinya berdiri menggunakan kaki kanannya. Gerald dan Elodie tersenyum melihat Giselle berdiri, meski Gerald berjaga-jaga di belakangnya. "Wahh ... Mama sudah bisa berdiri!" seru Elodie tersenyum lebar dan senang. Anak itu bertepuk tangan. "Iya, Sayang. Mama sudah bisa berjalan," ujarnya tersenyum gembira. Giselle maju satu langkah, namun ia melakukannya dengan sangat-sangat pelan. Gerald dengan posesif berdiri di belakangnya dan menjaga. "Hati-hati, Sayang," ujarnya. "Hmm, sudah tidak apa-apa. Sedikit terpincang saja," jawab Giselle dengan senyuman tipisnya. Kaki kirinya bisa menapaki lantai, tapi tidak bisa melangkah sedikitpun. Giselle sedikit menyeretnya dan ia merasa keberatan, tetapi mungkin ini baru awal-awal untuk
Kal mengajak Elodie pergi ke wahana akuarium raksasa di kota Lasster. Melihat-lihat ikan-ikan besar di sana, hal ini sudah dijanjikan oleh Kal sejak kemarin pada Elodie. Tetapi, saat ini mereka tidak hanya berdua, tapi juga bersama dengan Kai yang ikut dan berjalan di hadapan Kal sambil menggandeng tangan Elodie. "Elodie, kau mau pakai itu?" tawar Kai, ia menunjuk ke arah seorang penjual bando dengan motif berbentuk kepiting berwarna merah di depan sana.Elodie tersenyum lebar dan mengangguk cepat. "Iya! Elodie mau!" pekik anak itu dengan sangat senang. Kai melirik ke arah Kal dan ia langsung mengajak Elodie membeli bando di sana. Kai juga memasangkan bando kepiting itu di kepala Elodie. "Cantik tidak, Kak?" tanya Elodie memiringkan kepalanya. "Adik Kakak tidak pernah jelek!" jawab Kai sambil mengacungkan jempolnya. Elodie menoleh ke arah Kal. "Paman, Elodie cantik?" "Cantik sekali, Nona Kecil!" Kal tersenyum manis. Anak perempuan kecil itu berlari ke arah Kal dan mengulurkan
Kai melemparkan tasnya ke atas sofa di ruang keluarga di lantai dua saat baru saja masuk ke dalam rumah. wajahnya tampak bersungut-sungut dan marah. Amara dan Martin memperhatikan putranya yang baru saja kembali dari latihan basket. "Kenapa? Pulang-pulang wajahnya ditekuk seperti itu? Habis bertengkar?" tanya Amara pada anaknya. "Hampir baku hantam," jawabnya. Sontak, Martin dan Amara menoleh kompak. "Baku hantam bagaimana? Jangan aneh-aneh, Kaivan!" Martin terkekeh. "Anak kita itu anak laki-laki, Ma." "Aku tahu, Pa! Tapi kan—""Apa Om Gerald punya ajudan baru, Pa?" tanya Kai tiba-tiba menyela perdebatan orang tuanya. "Hm?" Martin menoleh. "Papa tidak tahu, Kai. Memangnya kenapa lagi?" Kai berdecak dan menendang bola basketnya dengan wajah muram. Alih-alih menjelaskan pada sang Papa, Kau malah beranjak dari duduknya dan bergegas masuk ke dalam kamarnya begitu saja. Amara dan Martin saling tatap menunjukkan raut wajah bingung mereka berdua. Sementara Kai, ia masuk ke dalam ka
Elodie tampak berbinar-binar saat ia diajak pergi jalan-jalan ke taman bersama dengan Kal dan juga Stefan. Tetapi, Stefan mengawasi dari jauh. Bersama dengan Elodie, Kal tersenyum ceria dan anak itu meminta ke sana dan ke sini dituruti oleh Kal. "Paman tampan, Elodie mau ke sana. Mau lihat maskot badut kelinci," ujar anak itu menunjuk ke arah maskot kelinci yang menari-nari di tengah taman. "Tadi barusan katanya mau beli balon. Kenapa malah pergi melihat maskot badut kelinci?" tanya Kal mengusap pipi anak kecil dalam gendongannya tersebut. "Ya ampun, Paman. Elodie ingin lihat..." Kal mengangguk. "Oke, kita lihat sebentar saja." "Lewat dari sana, Paman. Tidak ramai," ujar anak itu menunjuk ke arah seberang melewati lapangan basket yang ramai. "Baiklah, Little Princess..." Kal tersenyum senang menggendong anak majikannya tersebut. Bersama Elodie mengingatkan Kal bersama kedua adiknya, karena itu ia merasa senang saat bersama Elodie. Mereka berdua melewati pinggangiran area lapa
Keesokan harinya, Giselle baru saja keluar dari dalam setelah ia membersihkan tubuhnya dan memakai dress yang sangat cantik setelah Bibi membantunya. Pintu kamarnya terbuka, Gerald mendekati Giselle sambil tersenyum. "Selamat pagi, Sayang," sapanya. "Pagi juga..." Giselle membalas senyuman Gerald, hingga laki-laki itu memberikan kecupan di pipi kirinya. "Di luar ada yang ingin bertemu denganmu, Sayang," ujar Gerald. Wajah Giselle berubah terkejut dan ia menunjuk dirinya sendiri. "Bertemu denganku?" tanyanya. "Heem, bertemu denganmu." "Siapa, Sayang?" tanyanya bingung.Gerald memberikan senyuman manisnya dan ia segera mendorong kursi roda Giselle dan mengajaknya keluar dari dalam kamarnya. Giselle penasaran, siapa yang ingin bertemu dengannya. Saat kursi roda sampai di depan, Giselle terkejut melihat siluet seorang laki-laki muda yang berdiri di ruang tamu depan dengan Sergio dan juga Stefan di sana.Kedua mata Giselle melebar melihat laki-laki itu. "Kal..." Giselle tercenga