Share

Bab 143. Bertemu Teman Lama

Penulis: Nychinta
last update Terakhir Diperbarui: 2025-12-10 13:32:56
Mendengar ucapan Kevin barusan, Vanya spontan terdiam. Ada sesuatu dari nada suaranya, campuran godaan dan keseriusan … yang membuat napasnya sempat tersangkut. Sebelum ia bisa memikirkan apa pun, Kevin melepaskan dekapannya perlahan, menatapnya dalam, lalu memberi kecupan singkat di bibirnya. Begitu cepat, tapi cukup untuk membuat jantung Vanya kembali kehilangan ritme.

“Gantilah dengan piyamamu sebelum aku berubah pikiran lagi,” katanya santai, lalu berbalik menuju kamar mandi.

Vanya langsung bergerak. Dia tidak berniat menunggu Kevin benar-benar berubah pikiran. Dengan tergesa ia mengambil kembali piyamanya yang ada di lantai, mengenakannya dengan tangan sedikit bergetar. Begitu selesai, ia merapatkan piyama itu erat-erat dan berlari ke arah tempat tidur.

Suara shower dari dalam kamar mandi masih terdengar deras. Vanya buru-buru naik ke tempat tidur dan menyelipkan diri di bawah selimut, menggulung badan seperti kepompong. Dia bukan anak kecil, dia tahu persis kenapa Kevin butuh
Nychinta

maaf banget yaa sayang2nya chinta... kmrn chinta g enak body... jd g update deh... nanti chinta up lagi bab berikutnya, ditunggu yaaaaaa.... terima kasih buat kalian yg masih terus mau ngikutin kisah ini... sayanv kalian banyak2... 😘😘😘

| 5
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Nona, Tuan Hanya Ingin Menikah Denganmu!   Bab 152. Terima Kasih, Istriku!

    Kevin melangkah mendekat. Tatapannya tajam, dalam, seperti sedang menilai apakah Vanya sanggup mendengar jawabannya atau tidak.Beberapa detik hening, hanya suara debur ombak di luar balkon yang terdengar samar.Lalu Kevin akhirnya membuka mulut. Suaranya rendah dan dingin, tetapi bukan marah pada Vanya. Lebih seperti ... seseorang yang merasa terusik.“Mereka baru saja membuat kesenanganku terganggu,” ucapnya singkat.Vanya hampir mengerutkan kening, tetapi sebelum ia sempat bertanya lagi, Kevin menariknya ke dalam pelukan dan mencium keningnya dalam seperti ingin menenangkan sekaligus menandai.“Kau istirahat saja dulu,” ucapnya pelan.Tanpa memberi kesempatan untuk membalas, Kevin berbalik dan berjalan santai menuju balkon. Siluet tubuhnya terlihat gagah saat berdiri menghadap laut. Vanya hanya bisa menatap punggung itu.Lalu, pelan-pelan kantuk menyerangnya. Perutnya terasa hangat, mungkin karena sisa malu dan degup jantung yang belum stabil. Akhirnya mata Vanya menutup, menyeretn

  • Nona, Tuan Hanya Ingin Menikah Denganmu!   Bab 151. Masalah Besar Terjadi

    Ciuman itu datang begitu tiba tiba, seperti hembusan angin panas yang membakar tenda kesadaran Vanya sampai runtuh. Bibir Kevin menempel pada bibirnya dengan ketegasan yang membuat napasnya terhenti. Vanya terkejut, tubuhnya menegang, tangannya menahan dada Kevin, tetapi genggaman Kevin seolah mengatakan bahwa dia tidak akan membiarkannya pergi satu inci pun.Rasa berontaknya hanya bertahan beberapa detik. Hawa hangat Kevin merayap masuk, memecah lapisan demi lapisan pertahanannya. Napas Vanya menjadi berat dan terpotong potong, lututnya nyaris tidak sanggup menahan tubuhnya sendiri. Setiap kali bibir Kevin bergerak, pikirannya seperti padam dan hidup kembali dalam gelombang yang tak bisa ia kendalikan.Kevin menurunkan ciumannya ke rahang, lalu ke lehernya, meninggalkan jejak panas yang membuat tubuh Vanya seperti meleleh di bawah sentuhannya. Desah di tenggorokannya keluar tanpa sempat ia tahan. Tangannya terangkat, meraih tengkuk Kevin, menariknya lebih dekat, lebih dalam, lebih

  • Nona, Tuan Hanya Ingin Menikah Denganmu!   Bab 150. Siapa Dia?

    Hani duduk di kursi empuk ruang istirahat awak kabin, namun rasa nyaman itu sama sekali tidak sampai ke tubuhnya. Ia gelisah. Kakinya bergoyang tanpa henti, jarinya memukul ujung ponsel seperti sedang memaksa layar itu mengeluarkan jawaban. Sejak turun dari pesawat tadi, pikirannya tidak pernah tenang. Wajah Vanya yang pucat tetapi tetap terlihat cantik sangat mengganggunya, juga sosok pria yang begitu dingin dan menakutkan itu, pria yang membuatnya dipermalukan di depan umum.Ia menunggu balasan pesan. Orang yang ia mintai data itu adalah kekasihnya, lebih tepatnya mereka cukup dekat. Biasanya dia sangat cepat merespons, tetapi kali ini tidak. Hani menghela napas kasar lalu membanting tubuhnya ke sandaran kursi. Sudah lebih dari satu jam sejak ia mengirim pesan, rasa penasaran dan sebel menumpuk menjadi satu. Baru saat ia hendak bangkit untuk mengambil minum, ponselnya bergetar.Satu pesan masuk.Kenapa kau tanya tentang dua penumpang ini?Hani langsung mengetik balasan, jarinya berg

  • Nona, Tuan Hanya Ingin Menikah Denganmu!   Bab 149. Mau Mulai Kapan?

    Begitu mobil berhenti di area drop off resort, udara asin bercampur angin hangat khas pantai langsung menyapa mereka. Bangunan utama resort tampak seperti melayang di atas air, kaca-kacanya memantulkan cahaya keemasan matahari sore. Jalur kayu yang menghubungkan lobi dan deretan villa memanjang rapi, seakan menuntun langsung ke laut biru jernih yang terus berkilauan.Risa turun lebih dulu lalu mempersilakan Kevin dan Vanya keluar. Angin Costa Mora terasa lebih lembut dari sebelumnya, seperti belaian halus yang mengusap kulit tanpa terburu-buru.“Sebelum saya meninggalkan Tuan dan Nyonya untuk beristirahat,” ucap Risa tetap sopan, “apakah ada preferensi untuk makan malam nanti? Ingin makan di restoran utama, di area pantai, atau saya aturkan untuk dikirimkan ke kamar?”Vanya sudah hendak menjawab, tetapi Kevin lebih dulu menatap Risa. Tenang. Datar. Tegas seperti biasa.“Makan malamnya, kirimkan ke kamar,” ujarnya singkat, seolah keputusan itu sudah tidak bisa dibantah.Risa langsung m

  • Nona, Tuan Hanya Ingin Menikah Denganmu!   Bab 148. Revisi Jadwalnya

    Keluar dari pintu kedatangan, Kevin dan Vanya langsung disambut hawa lembap tropis yang menampar lembut kulit mereka. Matahari di sini bersinar begitu terang, sangat berbeda dari Cavendra yang tadi pagi masih dibungkus langit kelabu. Udara di sini terasa hidup, berbaur dengan aroma laut yang terselip tipis di antara angin.“Tuan Kevin, Nyonya Vanya, selamat datang di kota Costa Mora, Solmora,” sambut seorang wanita dari jasa perjalanan dengan suara cerah, profesional, namun tetap ramah.“Perkenalkan, saya Risa, yang akan mendampingi perjalanan Tuan dan Nyonya selama berada di sini.” Rambut hitam ikalnya jatuh lembut ke bahu, senyum hangatnya membuat suasana yang terik terasa sedikit lebih bersahabat.Kevin memberi anggukan singkat seperti biasa, sementara Vanya membalas salam Risa dengan sopan sebelum bertukar basa-basi ringan. Mereka mengikuti langkahnya menuju mobil mewah yang telah menunggu di area penjemputan.Begitu pintu mobil tertutup, Kevin langsung menarik Vanya agar bersandar

  • Nona, Tuan Hanya Ingin Menikah Denganmu!   Bab 147. Tunggu Pembalasanku

    Semua mendadak membeku. Hening yang menggantung itu hanya bertahan beberapa detik sebelum salah satu pramugari muda yang berdiri di samping Hani tiba-tiba tertawa kecil, tawa yang jelas bernada meremehkan.“Nyonya mau lapor pada suami Anda?” ujarnya sambil mengangkat alis. “Apa suami Anda polisi? Polisi Solmora, mungkin?”Nada sinisnya menggema, menusuk. Hani yang masih berpura-pura lemah langsung menambahkan raut kesedihan di wajahnya. Merasa ada yang membela dia semakin memainkan perannya dengan sesempurna mungkin.Namun, tawa itu terputus mendadak ketika seseorang melangkah masuk ke lingkaran mereka.Kevin.Ia berdiri di sisi Vanya, merangkul bahunya dengan gerakan yang pelan namun tegas. Tatapannya turun pada para awak kabin itu. Terasa dingin, datar, dan cukup tajam untuk membuat udara seakan menegang.Agnes, yang sejak tadi berusaha terlihat profesional, akhirnya membuka suara meski rautnya tampak goyah. “Tuan … istri Anda sudah beberapa kali menganiaya rekan kami dan—”“Sudah s

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status