Share

* BAB IV The Beginning of a Worry*

# 12 Desember 2016, @ PT DELUXE TOWER

TAP!!!

‘’Selamat datang Presdir Zhafar Basrian Rafael! Silakan, semua PIC sudah berada di ruangan meeting,’’ Ucap Mr. Sandy tersenyum.

‘’Terima kasih banyak Mr. Sandy! Baiklah, silakan!’’ Ucap Zhafar Basrian Rafael ramah.

Terlihat sekali kewibawaan seorang Zhafar Basrian Rafael.

‘’Eh, Saya boleh ganti kemeja dahulu? Permisi!’’ Ucap Zhafar dan membungkukkan badannya.

‘’Silakan!’’ Jawab Mr. Sandy sambil tersenyum dan berlalu meninggalkan Zhafar sendiri.

‘’Terima kasih!’’ Ucap Zhafar.

@ Ruang Meeting VVIP

Semua peserta sudah duduk tenang di kursi rapat. Tampak was-was siapa gerangan pengganti Mr. Sandy. Karena tersebar gossip dan rumor bahwa pengganti Mr. Sandy adalah orang yang temperamen dan berhati dingin.

Para peserta rapat tampak membicarakan satu dengan yang lain. Akan tetapi berbeda dengan Arthur dan Erina. Mereka berdua nampak terdiam membisu. Tampak tidak bersemangat. Terlihat dari ekspresi wajah mereka berdua.

Untuk Arthur, ia sedang merisaukan untuk apa Zhafar di sini?

Apa tujuannya?

Dan untuk Erina, ia sedang gugup karena ini pertama kalinya ia menghadiri rapat Meeting Internal VVIP, apalagi dihadiri petinggi-petinggi Perusahaan alias orang penting semua. Dan sekarang jabatan Erina juga naik, menjadi bagian dari orang-orang penting itu.

KLIK!!!

Pintu utama ruang rapat VVIP terbuka, menampilkan sosok tegap tinggi dan berwajah tampan.

Sosok itu tampak dingin dari luarnya tetapi justru itulah yang membuat gadis-gadis di ruangan meeting ini terkejut karena Presdirnya setampan seperti Arthur Eryk Shaquile. Akan tetapi disaat gadis-gadis sedang mengagumi ketampanan Presdir baru, berbeda dengan yang sedang dilakukan Erina. Ia terlihat sibuk dengan dunianya sendiri. Gadis dengan kemeja putih itu terlihat sedang mengerjakan sesuatu.

Hal ini pun juga disadari oleh Zhafar dan Arthur.

Gadis itu terlihat cuek dan dingin. Zhafar pun menyunggingkan senyumannya dan ini disadari oleh Arthur.

Zhafar dan Arthur pun beradu pandang.

NGGGG!

Keduanya saling menatap tajam satu sama lain.

.

.

.

‘’Selamat Siang, Mr. Zhafar Basrian Rafael! Silakan?’’ Ucap Mr. Sandy mengawali penyambutan Presdir baru.

‘’Selamat siang semuanya! Terima kasih untuk kalian semua yang telah hadir pada rapat terbatas kali ini. Dan hari ini Saya akan memperkenalkan Presdir baru Perusahaan kita yaitu Tuan Zhafar Basrian Rafael!’’ Terang Mr. Sandy memperkenalkan Zhafar di depan peserta rapat.

Prok!!! Prok!!! Prok!!!

Semua peserta rapat berdiri dan memberikan salam penghormatan kepada Zhafar Basrian Rafael.

Zhafar Basrian Rafael pun juga memberikan balasan yang serupa kepada mereka semua.

‘’Terima kasih semuanya!’’ Ucap Zhafar dengan ramah namun tegas.

‘’Baiklah! Silakan Tuan Zhafar untuk memperkenalkan diri anda?’’ Ucap Mr. Sandy sambil mempersilakan Zhafar untuk berbicara.

‘’Terima kasih Tuan Sandy! Terima kasih semuanya. Perkenalkan, Saya Zhafar Basrian Rafael. Saya Ditugaskan di sini dengan harapan untuk lebih mengembangkan strategi bisnis perusahaan kita ke depannya. Saya memiliki visi dan misi yang besar untuk mewujudkannya di sini. Bersama kalian semua yang telah berpengalaman di sini bertahun-tahun. Dan Saya juga mohon bantuan kalian semua untuk memberikan Saya saran dan kritik kepada Saya supaya Saya bisa menjadi lebih baik lagi? Silakan katakan saja pada Saya, Knowledge Sharing sama Saya juga tidak apa-apa . . . ’’ Terang Zhafar Panjang lebar dan semakin menambah kewibawaan seorang Zhafar Basrian Rafael.

Dia seperti terlihat sudah terbiasa speak up di depan publik. Dan itu semakin membuat peserta rapat terheran-heran dan terkagum-kagum. Kecuali Arthur dan Erina. Mereka berdua menatap Zhafar dengan ekspresi datar. Dan mungkin mereka berdua sedang berada difikiran mereka masing-masing. Hal ini pun juga diketahui oleh Zhafar dari tempatnya speak up. Terlihat mereka berdua raganya di sini tapi jiwa dan fikirannya mereka tidak.

Hingga akhirnya Zhafar menegur Erina dengan sedikit dingin namun lembut.

‘’Apa ada masalah dengan anda, Nona dengan kemeja putih?’’ Tanya Zhafar dengan tatapan tajamnya mengarah tepat dimanik mata Erina.

‘’ . . . ’’ Hening seketika karena tiba-tiba Presdir baru mereka menginstrupsi seperti itu.

Terlihat jelas kalau Presdir baru itu sedang memendam emosinya.

Seketika juga peserta rapat memperhatikan sosok yang dimaksud Presdir Zhafar, yaitu Erina Eshal Mislav. Dan sosok yang ditanyai itu pun langsung kebingungan.

‘’Ahh, ne. Choesonghamnida!!’’ Ucap Erina sambil membungkukkan badannya. Dan saat ia menegakkan kembali badannya, pandangannya beradu dengan mata tajam Zhafar.

DEG!!!

Mereka berdua merasakan ada sesuatu yang aneh pada kedua jantung mereka masing-masing.

“Apa ini? Kenapa jantungku begini? Kenapa Aku menjadi agak takut saat melihat dikedua matanya yang tajam itu . . . ” Ucap Erina dalam hati sambil menundukkan kepalanya untuk menghindari tatapan tajam dari Presdir barunya.

“What??! Apa ini? Ada apa denganku? Kenapa Aku seperti ini? Ada apa dengan kedua pasang mata yang teduh itu? Seakan menyimpan sebuah rahasia dan tatapan kekecewaan ada di sana. Gadis manis itu sangat misterius,”  Ucap Zhafar diiringi senyuman tipis namun sialnya hal itu diketahui oleh Arthur Eryk Shaquile.

“Sial!! Hah!! Apa maksudnya dia tersenyum seperti itu?! Menyebalkan! Apa dia bermaksud untuk mendekati Erina?! Hishh, tidak akan kubiarkan semudah itu!!’’ Arthur menatap Zhafar dengan tajam dan menahan emosinya yang sedari tadi sudah ia tahan.

Meeting pun dilanjutkan hingga hari menjelang sore.

.

.

.

Tidak terasa meeting pun berakhir.

Hal ini membuat Erina tersenyum senang. Karena di awal-awal kedatangan Presdir barunya, ia tidak banyak pekerjaan yang harus melibatkannya dengan Presdir baru itu. Senyuman manis itu pun terlihat kembali setelah sekian lama menghilang.

Secara tidak sadar, senyuman manis itu mampu menghipnotis dua Pria tampan yang saat ini masih menatap pemilik senyum itu, Erina.

Ya, senyuman dari Erina mampu mengalihkan perhatian dua Pria tampan sekaligus mempunyai hati yang dingin.

Padahal di dalam benak Zhafar, ia sudah merencanakan Proyek jangka pendek dan jangka Panjang dengan semua Pihak yang terlibat dengan meeting hari ini. Dan otomatis Erina juga harus ikut. Hal inilah yang membuat Zhafar tersenyum tipis. Ia sudah tidak sabar menantikannya esok hari.

                                                                 💘

# 16 Desember 2016, @ Ruangan M. Pemasaran

‘’Aihh, jinjja! Bagaimana ini? Pekerjaanku belum beres dan Aku juga harus menghadap Manajer. Uhh . . . ’’ Gerutu Erina cemas karena dia belum menyelesaikan deadline kerjaannya, tapi Manajer Arthur sudah memanggilnya.

Astaga!

Saat Erina sedang sibuk menyelesaikan pekerjaannya, Jong Yo masuk dan duduk di depan gadis manis yang masih sangat sibuk.

‘’Erina! Sibuk kah?’’ Tanya Jong Yo. Dan sungguh itu pertanyaan retoris karena ia juga sudah tau jawabannya.

‘’Ne,’’ Jawab Erina singkat tanpa melihat ke arah Jong Yo.

‘’Aih, yasudahlah. Mau kubantu?’’ Tawar Jong lembut.

‘’Ah, tidak usah, Oppa. Ini tinggal sedikit lagi, kok. Oppa sendiri apa lagi free?’’ Sesekali Erina melihat ke arah Jong Yo.

‘’Yah seperti yang Kau lihat. Dan ‘kan Oppa juga berbeda denganmu sekarang. Kau sepertinya yang lebih sibuk. Apalagi saat ini jabatanmu itu sangat krusial di perusahaan ini. Belum lagi Kau akan menghadapi dua Pria dingin itu. Aihh, Oppa benar-benar khawatir padamu, Erina. Berhati-hatilah, Ne!? Dan kalau Oppa lihat, mereka berdua sepertinya ada tujuan yang ingin mereka capai, Erina.’’ Terang Jong Yo panjang lebar yang berhasil mengalihkan perhatian Erina padanya.

‘’Maksud, Oppa? Apa mereka berdua sudah saling kenal, begitu?”

‘’Sepertinya. Kau lihat saja saat mereka berdua saling menatap satu sama lain. Terlihat sekali dari tatapan mereka berdua. Sorot mata persaingan. Dan mungkin saja ingin mendekatimu. Maybe,’’

‘’What?! Tidak mungkin lah, Oppa. Siapa Aku gitu, lho. He . . . he . . . ’’ Ucap Erina dengan senyum lebarnya.

‘’ . . . ’’ Hening karena Jong Yo tidak sanggup meneruskan kata-katanya. Ia berfikir apa jadinya jikalau dua Pria dingin itu alias dua BigBoss mereka memperebutkan gadis manis di hadapannya ini. Ia tidak sanggup membayangkannya.

Tapi besar kemungkinan itu akan terjadi karena bisa terlihat dari tatapan Arthur.

‘’Erina, Apa Kau masih kecewa dengannya?’’ Tanya Jong Yo hati-hati.

‘’ . . . ’’ Erina refleks menghentikan pekerjaanya dan menatap Jong Yo datar.

Bukan!

Lebih tepatnya kosong.

‘’Erina,’’ Ulang Jong Yo karena ia menyadari kalau Erina melamun.

‘’Ah, A-Aku . . . Maksud Oppa apa, sih? Kecewa? Kecewa bagaimana dan dengan siapa, Oppa? Ada-ada saja, deh,’’ Jelas Erina sambil menghindari tatapan dengan Jong Yo.

‘’Erina, jujurlah pada perasaanmu sendiri! Oppa tahu kalau Kau masih kecewa dengannya. Dengan ARTHUR ERYK SHAQUILE!’’ Ucap Jong Yo sedikit agak kehilangan kendalinya.

‘’ARTHUR ERYK SHAQUILE! What? Untuk apa Aku kecewa dengannya, Oppa! Aku tidak ada apa-apa dengannya, Oppa. Dan lagi dia itu Atasanku. Aku juga harus menghormati dia sebagai Atasan. Dan untuk perasaan, Aku tidak ingin ada perasaan lagi saat di kantor. Aku tidak ingin melibatkan perasaan saat Aku bekerja. Apapun itu. Kumohon Oppa mengerti? Aku ingin melupakan semuanya! Sudah cukup sakit hatiku dulu saat orang yang sangat Aku cintai lebih memilih cinta lain daripada cinta dariku. Dan cukup lama bagiku untuk bangkit menata lagi hatiku. Satu Tahun lebih Aku menjadi apatis terhadap hidup ini. Dan saat Aku sudah mulai pulih, Aku melihat cahaya lain. Yang Aku harapkan Aku bisa melangkah, tapi . . . ’’ Erina tidak sanggup melanjutkan kata-katanya. Ia tidak sanggup lagi mengingatnya.

Erina terluka!

Bahkan sangat dalam hingga tidak sanggup lagi bertahan.

Jong Yo berdiri di samping Gadis rapuh dan segera merengkuhnya ke dalam pelukannya. Karena ia tahu, gadis ini akan menangis.

Dan benar saja, Erina menangis dalam pelukan Jong Yo. Bahkan tangisannya terdengar sangat memilukan.

Terdengar benar-benar rapuh.

Jong Yo yang mendengar tangisan Gadis kuat yang sekarang telah menjadi gadis rapuh itu hanya bisa diam.

‘’Erina . . . Apa yang sebenarnya terjadi? Aku sungguh tidak tahu. Kau tidak pernah cerita detail tentang hidupmu. Yang kutahu, Kau selalu ceria dan bahkan bisa dipastikan Kau orang yang tidak memiliki masalah. Terlihat dengan jelas diwajahmu. Akan tetapi kalau diperhatikan dengan seksama di kedua matamu, Kau menyimpan luka yang amat besar. Kedua matamu tidak bisa membohongiku, Erina! Aku selalu menunggumu untuk cerita padaku, tapi Kau lebih memilih menyimpan sendiri dan akhirnya Kau terjatuh terlalu dalam. Dan Kau hanya bisa menangis seperti ini. Aku tidak sanggup membayangkan bagaimana bisa seorang yang ceria dan baik hati ini bisa seterluka ini. Bisa hancur seperti ini. Hahh . . . ’’ Ucap Jong Yo dalam hati dan ia hanya bisa menerawang langit-langit ruangan Erina karena ia tidak sanggup mendengar tangisan pilu Erina.

Erina menangis cukup lama hampir setengah jam.

Dan tanpa disadari oleh keduanya, ada seseorang yang mengamati mereka dari luar jendela ruang kerja Erina. Entah bagaimana ekspresi seseorang itu. Karena ia pergi begitu saja tanpa berkata apa-apa.

#Setelah 30 menit berlalu, Erina akhirnya bisa mengendalikan dirinya.

‘’Maaf, Oppa bajumu jadi basah begitu. Nanti Aku cuci, ya?’’ Ucap Erina malu.

‘’Ha . . . ha . . . Tidak apa-apa Erina, yang terpenting Kau sudah baik-baik saja. Kalau ada apa-apa, cerita ke Oppa, Ne?’’ Pinta Jong Yo sambil mencubit pipi Erina gemas.

‘’He . . . he . . . Oke, Oppa. Terima kasih Oppa!’’ Ucap Erina lembut dan malu.

‘’Hahh, gadis ini. Ngapain juga dia malu segala dihadapanku. Dasar! He . . . he . . . Oke! Oppa balik dulu, ya ke ruangan? Kau juga segera ke ruangan Bossmu, ya. Hwaiting!’’ Jong Yo menyemangati Erina dengan gembira.

‘’Ok, Oppa. Hwaiting!’’ Jong Yo melambaikan tangan dan menutup pintu ruangan kerja Erina.

                                                               💘

@ Ruangan Arthur Eryk Shaquile

Pria tampan itu sedang duduk termangu di kursinya sambil menatap pemandangan langit melalui jendela besar di ruangannya. Ia duduk membelakangi pintu. Ia menerawang jauh ke atas.

Tatapannya kosong dan hampa.

Ia tidak tahu lagi harus bagaimana. Perasaannya tidak menentu. Ia bingung harus bersikap bagaimana setelah ini. Ia tidak tahu lagi cara untuk menyelesaikan ini semua. Karena lebih baik menyelesaikan soal tersulit dan membuat program daripada menyelesaikan soal perasaan.

Seseorang itu menjadi bodoh saat menghadapi perasaan cinta.

‘’Hahh . . . ’’ Ia menghembuskan nafasnya kasar saat beberapa saat yang lalu mengingat kejadian yang sangat membuatnya menjadikan Pria paling bodoh sedunia. Tanpa sadar ia pun memegang dada sebelah kirinya.

Hatinya sakit.

‘’Apakah sesakit ini rasanya? Kenapa?’’ Ia meremas dadanya sendiri apa sakitnya lebih dari sakit fisik.

Ternyata tidak.

Sakitnya melebihi sakit fisik. Dan ia merasakan itu.

‘’Ternyata seperti ini rasanya! Setelah bertahun-tahun lupa rasanya sakit hati, dan hari ini aku mulai merasakannya. Dan memang benar-benar sakit. Aku tidak sanggup. Apa lagi Aku harus setiap hari bertemu dengannya, membicarakan berbagai proyek-proyek besar dengannya, di ruanganku juga. Ahh, Aku tidak sanggup membayangkannya. Bagaimana ini?’’ Ucap seseorang itu, Arthur pasrah dalam menghadapi ini semua. Ia benar-benar tidak tahu harus bersikap bagaimana terhadap gadis itu.

‘’Hahh . . . Kau harus bisa, Arthur!!’’ Ia menyemangati dirinya sendiri.

TOK!!! TOK!!! TOK!!!

Suara ketukan pintu di ruangannya seakan menyadarkannya bahwa saat ini ia ada jadwal bertemu dengan gadis itu guna membahas proyek-proyeknya.

‘’Masuk!’’ Ucap Arthur tegas dan dingin.

`Erina Pov

‘’Hahh, astaga! Dingin banget kata-katanya. Aduh, bagaimana ini? Apa Aku harus masuk, ya?’’ Bimbang Erina saat masih di luar ruang kerja Bossnya.

Cekrek!

‘’Permisi, Tuan!’’ Ucap ku saat menyapa Arthur dengan agak takut-takut karena yang disapa hanya diam dan sedang sibuk dengan pekerjaannya.

Dan sampai pada akhirnya Pria tampan itu melihat ke arah diriku dengan tatapan tajamnya dan ekspresi dinginnya.

Yup, tepat sekali! Kali ini Arthur sudah kembali ke mode dinginnya bahkan bisa dikatakan tanpa ekspresi dan tanpa perasaan.

‘’Oh My God! Dia kenapa tatapannya seperti itu padaku? Salah Aku apa coba? Hish, nyebelin sekali dia. Astaga! Kenapa Aku harus jadi Asistennya, sih? Padahal banyak cewek- cewek cantik di sini. Tapi kenapa harus Aku???’’ Erina terlihat hanya diam terpaku dan berkutat dengan fikirannya sendiri sampai akhirnya . . .

`Erina End

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status