Share

* BAB VIII Mencintaimu *

                                                                        ‡♥‡

Setelah Erina menyelesaikan pekerjaannya dan mengambil tas di ruang kerjanya sebentar, ia bergegas kembali ke ruangan rapat tadi. Tapi saat menuju ke ruang rapat, handphonenya berdering.

Gadis manis ini berhenti sejenak sambil merapat ke dinding kaca di bagian Divisi Komunikasi. Ia agak ragu untuk menggeser tombol hijau di layar sentuh handphonenya karena ia tidak mengenali siapa yang menelephonenya. Dan sampai akhirnya ia beranikan diri untuk mengangkat.

‘’Yeoboseyo!’’ Sapa Erina dengan lembut dan hati-hati.

‘’ . . . '' Hening tidak ada jawaban dari seberang sana.

‘’Ehm, hallo, dengan siapa, ya? Ada perlu apa, ya?’’ Tanya Erina penasaran dan merasa kesal karena tidak ditanggapi oleh sang penelepon.

‘’ . . . '' Masih tidak ada jawaban dan sedikit membuat Erina kesal. Apalagi ia juga sudah ditunggu oleh Boss-bossnya.

‘’Hallo, ini siapa, ya? Saya akan tutup kalau tidak mau bicara? Atau Sa . . . ’’ Belum sempat Erina melanjutkan kata-katanya, suara deep voice Pria terdengar sangat begitu familiar bagi Erina.

‘’Erina Eshal Mislav?'' Hanya itu yang terdengar dan itu sudah cukup membuat Erina terdiam.

Dan sekarang giliran Erina yang diam saja.

‘’ . . . ’’ Erina masih terdiam dan tidak sanggup menjawab pertanyaan dari sang penelepon.

‘’Kau benar Erina Eshal Mislav, 'kan? Akhirnya, setelah sekian lama Aku bisa menghubungimu. Dan kurasa sebentar lagi Kau akan selalu dalam jarak pandangku, Erina!'' Suara Pria itu terdengar seperti mengintimidasi Erina dengan lembut hingga membuat Erina tidak mampu berucap hanya sekedar untuk menyangkal.

PIP!!!

Sambungan telephone terputus dari pihak seberang menyisakan Erina hanya terdiam di depan dinding kaca. Ia masih mencerna setiap kata yang diucapkan oleh Pria tadi. Ia mengingat-ingat siapa yang tadi menelephonenya.

Hingga akhirnya . . .

‘’Hah? OMOO!!?’’ Teriak Erina tertahan dan menutup mulutnya saat ia sudah mengingat siapa orang itu. Ia seperti akan menangis saat ia sudah mengingat kembali siapa yang barusan menelephonenya.

Erina tidak sanggup kembali untuk membuka masa lalu yang suram.

# Sementara itu di tempat lain, 28 Desember 2016, @ Yokohama Hotel Prefektur Kanagawa, pukul 19.00 (JST)

Terlihat seorang Pria tampan sedang menggenggam handphonenya. Ia terlihat galau untuk menghubungi seseorang. Ia duduk di sofa kamar hotelnya dengan pandangan kosong. Ia nampak ragu. Sampai akhirnya ia mencari satu nama di list kontaknya dan tersenyum tipis. Ia menekan tombol Call dan bersiap mengawali pembicaraan dengan orang yang sudah lama ia rindukan.

TUT!!! TUT!!! TUT!!!

‘’Yeoboseyo!'' Sapa suara di seberang dengan lembut dan hati-hati. Suara yang sungguh Pria ini rindukan setelah sekian lamanya.

‘’ . . . ’’ Tidak bisa menjawab sapaan dari seorang gadis di seberang sana. Ia hanya bisa diam karena ia masih tidak percaya bahwa ia bisa menemukan gadis itu.

Suara lembut itu, suara yang begitu ia rindukan.

‘’Ehm, hallo, dengan siapa, ya? Ada perlu apa, ya?'' Tanya gadis itu penasaran dan merasa kesal karena tidak ditanggapi oleh Pria ini.

‘’ . . . ’’ Pria tampan ini masih diam tidak berkata apa-apa.

‘’Hallo, ini siapa, yaa? Saya akan tutup kalau tidak mau bicara? Atau Sa . . . '' Terdengar jelas bahwa gadis itu merasa kesal dan belum sempat gadis itu melanjutkan kata-katanya, Pria ini terlebih dahulu memotong kata-kata dari gadis itu.

‘’Erina Eshal Mislav?’’ Hanya itu kata yang terucap dan itu sudah cukup membuat gadis itu terdiam.

Dan sekarang giliran gadis itu yang diam saja.

Pria ini berpindah posisi dengan bersandar pada dinding kamar dengan gugup.

‘’ . . . '' Gadis di seberang sana masih terdiam dan tidak sanggup menjawab pertanyaan dari sang penelepon.

‘’Kau benar Erina Eshal Mislav, 'kan? Akhirnya, setelah sekian lama Aku bisa menghubungimu. Dan kurasa sebentar lagi Kau akan selalu dalam jarak pandangku, Erina!’’ Kata-kata itu terdengar seperti mengintimidasi gadis itu dengan lembut hingga membuat gadis itu tidak mampu berucap hanya sekedar untuk menyangkal.

PIP!!!

Pria itu memutuskan sambungan telephone secara sepihak dan ia jatuh terduduk bersandar di dinding kamar hotelnya. Ia memejamkan kedua matanya tatkala ia mengingat semua kenangannya bersama gadis itu.

Sekelebat kenangan bermunculan di kepalanya dan sekarang hanya menyisakan luka yang amat dalam. Dan mungkin saja gadis itu tidak akan mau melihatnya kembali. Tapi sebisa mungkin ia harus menemuinya menjelaskan semuanya.

Dan meminta maaf terhadap gadis itu.

‘’私を許して Watashi o yurushite! (Maafkan Aku!) Haha o yurushitekudasai! (Maafkan Ibuku!)’’ Hanya itu yang terdengar dari bibir Pria ini. Dan terdengar sangat jelas jikalau ia benar-benar menyesal.

Pria ini terisak dalam diam menyesali kesalahan fatalnya.

@ Ruang Rapat VVIP

CEKLEK!

PIP!!!

Pintu otomatis terkunci menampilkan sosok gadis cantik yang saat ini masih berdiri mematung memandangi keadaan di hadapannya.

Erina!

Iya, benar. Ia terbengong saat di hadapannya terdapat banyak sekali Pria tampan. Ia berfikir apakah ia salah ruangan apa tidak dan menatapi datar pria-pria di hadapannya ini.

‘’OHEMJI!!? Apa ini?? Apa sedang ada pemotretan artis, ya di sini? Dan kenapa kalau foto-foto harus di sini, sih? Hishh! Eh, Tunggu . . . Kurasa itu semuanya Aku mengetahuinya. Wajah mereka ada yang familiar untukku. Tapi yang lain siapa, ya? Ahh, molla! ’’ Erina adalah gadis cantik itu yang sedang berdiri canggung karena di hadapannya ada sembilan Pria tampan yang sedang menatapnya penuh tatapan intimidasi.

Bagaimana Erina tidak canggung dan gugup jikalau ditatap langsung oleh beberapa Pria tampan. Dan mungkin tatapan membunuh dan benar-benar sorotan tajam ditujukan padanya.

Erina bergidik ngeri membayangkan.

Erina mencoba untuk bersikap tenang dan santai walaupun degupan jantungnya menggila.

''Tenanglah, Erina! Kau anggap saja mereka itu orang baru. Ok!'' Erina menyemangati dirinya sendiri sambil membuang nafas perlahan. Ia menegakkan badannya dan berjalan dengan anggunnya menuju meja rapat. Saat ia sedang berjalan tadi, ia sempat melihat senyuman tipis dari Pria tampan yang memiliki warna rambut berbeda dari yang lainnya.

Yak, BigBoss gadis itu, Mr. Zhafar.

Pria tampan itu tersenyum tipis tapi dengan tatapan tajamnya yang seakan tidak pernah lepas dari gadis itu. Sama halnya dengan Zhafar, Pria di sebelahnya juga melakukan hal yang sama. Memandang Erina penuh dengan kekaguman dan sorot mata yang mengintimidasi.

‘’Ah, sillyehamnida, Tuan-Tuan. Mianhamnida karena agak lama membuat semuanya menunggu . . . ’’ Ucap Erina sambil membungkukkan badannya dan menegakkan badannya kembali.

‘’Ahh, gwaenchanayo. Aku, Kai. He . . . he . . . ’’ Ucap Pria sexy  yang memakai suit biru.

‘’Hai, Eoseo Osipsio, Aku Kim Minseok, salam kenal . . . ’’ Ucap Pria yang memakai suit biru satunya.

‘’Hay, mannaseo pangawoyo, dangsin-eun maeu yeppeuda. Aku Kim Suho,’’ Ucap Pria tampan yang memakai suit hitam dan tampak berwibawa.

‘’Nǐ hǎo, kalau Aku Zhang Lixing. Hěn gāoxìng jiàn dào nǐ (Senang bertemu denganmu),’’ Kali ini Lixing yang bicara dengan tersenyum manis memperlihatkan kedua lesung pipitnya. Manisnya . . .

‘’Hallo, kalau Aku Kim Jong Dae,’’ Sambut Pria yang memakai suit kotak-kotak yang duduk di sebelah kanan arah pandang Erina dengan senyum cerahnya.

‘’Hai, Aku Kyungsoo,’’ Ucap Pria yang memakai celana kotak-kotak itu dengan ekspresi datar.

‘’Hay, hay, hay, Erina. Kalau Aku Byun Baekhyun panggil aja Baek. Taeumme kachi bap mokja? (Kapan-kapan kita makan bareng, ya?) He . . . He . . . ’’ Pria yang duduk di sebelah BigBoss itu menyambut kedatangan Erina dengan hangat dan Erina yang mendengar ajakan dari Baekhyun hanya bisa tersenyum ramah.

‘’Yak, apa maksudmu, Baek-Ssi?’’ Tanya Pria tampan di sebelah Baekhyun, yaitu Zhafar. Pria itu menatapi Baekhyun dengan ekspresi dinginnya.

‘’Yahh, santai, Bro! Aku ‘kan hanya mengajak makan-makan aja. Apa itu salah? Lagian dia juga tidak keberatan, kok. He . . . he . . . ’’ Ucap Baek santai dan cengingisan.

Di saat semuanya sudah memperkenalkan diri masing-masing dan bercanda bersama, terdapat satu Pria tampan yang sedari tadi hanya diam mengamati sekitarnya. Ia hanya terdiam. Sesekali ia melirik Erina yang duduk di depannya. Ia hanya sedang tidak dalam mood yang baik hari ini. Terlebih suasananya juga tidak begitu nyaman. Ia hanya diam mengamati gadis cantik itu.

Ya, dialah Arthur!

Tatapan sendu Arthur ternyata mampu mengalihkan perhatian Erina dari semuanya. Ia tertegun saat kedua manik mata Arthur menguncinya seakan sedang berbicara melalui bahasa isyarat mata.

Dan Erina mengerti.

Pria itu mengambil handphonenya dan mengetik sebuah pesan singkat.

Drrt . . . Drrt . . . 

Sebuah notif pesan masuk di handphone milik Erina. Ia membuka pesan masuk itu yang ternyata dari Pria di depannya ini.

''Neo-reul bogosipheo, Erina . . .'' Sebuah pesan singkat yang mampu membuat Erina gusar dan tidak berani menatap balik Pria di depannya ini.

Erina terlalu takut jika perasaannya pada Pria ini mulai tumbuh lagi. Ia hanya bisa menggenggam erat handphonenya ragu untuk membalas balik pesan itu. Ia hanya diam dan melamun memikirkan pesan dari Arthur. Saat ia sedang melamun, sebuah kata berhasil menyadarkan dirinya.

‘’Erina, bisa tolong kemari! Saya perlu bantuan dari Kamu,’’ Terdengar seruan deep voice yang mampu mengalihkan perhatian Erina Eshal Mislav.

Namun tidak hanya Erina saja yang menoleh pada pemilik seruan tadi, tapi seluruh Pria yang berada di ruangan pun juga langsung menoleh ke arah seruan tadi yang tidak lain adalah Zhafar.

‘’Ah, Ne,’’ Hanya kata itu yang terucap dari bibir manis Erina.

Erina pun berjalan menuju kursi BigBossnya dan berdiri di samping Pria tampan itu.

‘’Silakan duduk, Erina!’’ Perintah Zhafar dan segera mengambilkan kursi kosong di sebelahnya.

Hal yang dilakukan oleh Zhafar pun ditatapi curiga oleh kawan-kawannya. Bahkan Arthur pun hanya melirik tajam ke arah mereka berdua.

‘’Y-ya . . . Terima kasih, Tuan!’’ Ucap Erina canggung dan entah kenapa ia melirik ke arah Arthur. Ia juga tidak mengerti. Ia merasa seseorang sedang mengawasinya saat ini dalam diam.

Di saat Erina sedang melirik ke arah Arthur, Pria itu pun juga sedang melihatnya.

Terdiam tanpa ekspresi.

‘’Erina, begini, konten yang kita buat ini sepertinya akan ada sedikit perombakan dan mungkin akan lebih diperbaiki lagi. Dan ini juga, isi dari semua proposal ini. Dan mungkin Kamu juga harus tanyakan langsung kepada yang bertanggung jawab di bagian ini. Atau tanyakan langsung kepada Atasannya,’’ Zhafar mengatakan semuanya sambil melirik ke arah Arthur begitupun sebaliknya.

Arthur merasa sedang dibicarakan. Ia pun segera membalas pernyataan Zhafar dengan santai.

‘’OK! Saya yang akan bertanggung jawab! Kita akan membahas ini sekalian di sini? Saya rasa Saya tidak keberatan untuk membahasnya,’’ Suara Pria itu terdengar menahan emosinya sedari tadi.

Ya benar, Arthur memang sedang menahan rasa tidak nyamannya dengan pemandangan di seberangnya.

Mungkinkah ia cemburu?

Entahlah!

‘’Baiklah, kita mulai saja!’’ Zhafar membalas pernyataan Arthur dengan tatapan yang sulit diartikan.

Semuanya pun segera menyelesaikan tugas mereka masing-masing. Menyelesaikan deadline task yang berakhir minggu depan. Dan semuanya pun mengerjakannya dengan semangat dan canda tawa.

Dan hanya satu Pria yang hanya tersenyum tipis dengan tatapan dinginnya di saat semua orang tertawa. Entah kenapa dengan Pria itu. Tidak ada yang tahu. Yang pasti Pria itu sedang menahan gejolak semua rasa terhadap seseorang. Menahan kesal, menahan rasa cemburunya, dll yang ingin sekali ia luapkan sekarang juga.

.

.

.

‘’Baiklah, kita akhiri saja sampai di sini ya, saudara-saudara sekalian? Terima kasih atas semua kerja samanya dari kalian! Ati-ati di jalan! ’’ Zhafar mengakhiri pertemuan ini dengan tenang.

‘’OKE!!! Terima kasih semuanya, dahhh . . . ’’ Ucap Kim Jong Dae gembira

‘’Chalgayo! Dahhh . . . ’’ Ucap Kim Jongin dengan ekspresi genitnya. Ha…ha…

‘’Tto mannayo . . . ’’ Ucap Pria berwibawa, Kim Jun Myeon.

‘’Taeumme sul han jan haja, Erina . . . Chalgayo!’’ Ucap Baekhyun semangat dan diiringi canda tawa dari kawan-kawannya.

Erina hanya bisa tersenyum simpul karena mereka semuanya ternyata bisa menerimanya.

Apalagi status mereka di kantor sangatlah jauh berbeda.

Mereka semua adalah orang-orang penting di Perusahaan.

Sedangkan dirinya, ahh, molla . . .

Semuanya berpisah satu sama lain menyisakan tiga orang di depan ruangan meeting VVIP ini. Ketiganya hanya terdiam cukup lama sampai sebuah panggilan telephone mengagetkan semuanya.

Kring . . . Kring . . .

‘’Ah, Yeoboseyo, Hyung! Ada apa?’’ Zhafar segera menjawab panggilan telephone itu dengan tergesa-gesa.

'' . . . ’’

‘’Mwoo?? Kenapa bisa? Aku saat ini sedang di kantor, hyung. Aku ke sana sekarang, ya? Gomawo, Hyung!’’ Zhafar segera menutup panggilan telephonenya dan setelah berpamitan dengan Arthur dan Erina, ia segera berlari menuju tempat parkiran.

Arthur dan Erina hanya saling diam saat Zhafar mendadak pergi terburu-buru.

Keduanya hanya saling pandang.

‘’Ehem, ayuk, pulang! Kau bawa mobilkah? Atau sekalian kuantar saja, ya?’’ Ucap Arthur lembut sekaligus menanyakan kepada Erina perihal transportasi yang digunakan oleh gadis manis ini. 

Arthur menatap Erina dengan lembut.

‘’Ah, tidak. Aku tadi naik angkutan umum. Dan kaianya akan merepotkan Kamu, deh,’’ Erina menolak dengan sangat halus.

Saat Arthur akan membalas ucapan Erina, tiba-tiba hujan turun dengan derasnya. Dan petir menggelegar di luar sana.

‘’Akh! Hujan? Omo! Aku tidak bisa pulang kalau kaia gini. Astaga! Eotteohge? ’’ Erina panik sambil memandang keluar jendela besar di belakangnya sekaligus tertegun saat pantulan Arthur berada di jendela itu meskipun samar. Karena yang terlihat hanyalah pemandangan langit malam yang kelam. 

Arthur hanya memandangi Erina yang berdiri di depannya dan membelakanginya ini dalam diam.

Dan Arthur menatap Erina dengan penuh arti.

Erina memalingkan pandangannya ke atas di balik jendela besar. Ia memandangi langit yang ternyata sudah berubah menjadi kelam dan terdapat kilatan cahaya di sana.

Dan sepertinya hujan ini akan lama redanya. Erina semakin bingung bagaimana ia pulangnya. Kebingungannya dijawab langsung oleh tindakan Arthur.

SRET!!!

Arthur memeluk Erina dari belakang dengan sangat intim. Pria itu sudah tidak peduli jika Erina membencinya. Ia hanya ingin menyampaikan semua perasaan risau tadi yang sempat membuatnya gamang dan tidak karuan.

‘’Ada Aku di sini! Jangan risau, Erina! Aku akan selalu di sampingmu!’’ Gumam Arthur lembut dan ia semakin mempererat dekapannya pada gadis cantik ini seakan tidak ingin ia lepaskan.

‘’Ahh . . . ’’ Hanya itu yang terucap dari bibir mungil Erina. Ia gugup karena Arthur tiba-tiba memeluknya dari belakang. Ia semakin tidak mengerti saat Pria tampan itu bergumam di telinga kanannya. Ia juga tidak tahu harus berbuat bagaimana karena ia sendiri juga masih berupaya menormalkan detak jantungnya.

Erina memegang dada kirinya pelan. Ia merasakan debaran jantungnya semakin terasa tidak normal saat Pria itu melakukan skinship. Apalagi saat hembusan nafas hangatnya menyentuh belakang telinganya, hal itu membuat Erina merinding.

‘’Aku merindukanmu, Erina. Sungguh! Aku sudah tidak bisa menahannya lagi . . . ’’ Arthur membalikkan posisi Erina untuk menghadap dirinya dan membiarkan Pria itu mengamati dengan jelas rona merah pada wajah cantik gadis di depannya ini.

''. . . '' Erina hanya mampu menatap Arthur dengan pandangan tidak mengerti.

‘’Kau sungguh sangat cantik apapun itu, Erina! Bahkan Aku tidak sanggup melihatmu berada di dekat Pria lainnya. Aku tidak bisa, Erina! Kibuni napayo!’’ Suara Arthur terdengar serak dan pelan.

Arthur mendengus pelan saat ia mengingat kembali memori beberapa jam yang lalu yang sempat membuatnya sesak. Dan saat ia mengalihkan pandangannya tepat di kedua manik mata Erina, ia tertegun dikala kedua manik mata yang cantik itu juga menatapnya balik. Ia merasa terhanyut dalam pesona mata cantik itu.

Perasaannya kembali membaik.

Arthur menatapnya penuh dengan perasaan yang tulus pada gadis ini. Ia tersenyum tipis memandang wajah cantik gadisnya.

Eh? Gadisnya?

Sejak kapan?

Kalau ditanya bagaimana dengan Erina?

Ya, sudah jelas Erina gugup dan panik dong.

Bagaimana tidak gugup kalau ia ditatap tajam oleh Pria tampan dan sekarang sedang menahan dirinya agar tidak melarikan diri?

Erina hanya bisa berharap agar ia segera keluar dari situasi seperti ini. Akan tetapi rasanya mustahil karena di luar hujan masih sangat lebat dan mau tidak mau ia akan pulang bersama Pria ini.

‘’Ehm, apa Aku mengganggumu? Ah, tidak, apa Aku terlihat buruk? Kenapa harus Aku? Aku . . . Aku juga tidak mengerti. Aku . . . Hanya takut. Aku takut seseorang datang lagi. Aku tidak sanggup. Hikss . . . ‘’ Terlihat ambigu apa yang dikatakan oleh Erina Eshal Mislav. Sedangkan Arthur hanya terdiam menatapi Erina dan menunggunya dengan sabar.

Dan Erina pun memberanikan diri untuk bertanya pada Arthur dan menatap langsung tepat di kedua mata Arthur dengan mata berkaca-kaca. Dan Erina tidak sanggup menahan untuk tidak menangis di hadapan Arthur. Mengingat kembali saat seseorang tiba-tiba menelephonenya dan berkata bahwa orang itu akan selalu mengawasinya. Ia takut. Ia butuh bantuan sekarang.

Bukannya menjawab, Pria itu semakin mendekatkan tubuhnya pada gadis di depannya. Tangan kanannya mengusap lembut pipi Erina dan mengusap lembut air mata yang sempat jatuh di pipi cantik Erina.

Arthur, ia semakin mengerti mengapa terjadi perubahan pada mimik wajah gadis itu saat ia kembali ke ruangan rapat tadi.

‘’Nae sarang-eul uljima, Erina! Kumohon? Aku tidak sanggup melihatmu menangis . . . ‘’ Arthur tidak kuasa mengatakannya dan langsung memeluk gadis itu erat.

Bahkan Arthur sendiri pun juga tidak sanggup menahan untuk tidak menangis.

Mereka berdua sama-sama menangis dalam keheningan malam yang syahdu dan hujan masih setia menemani mereka.

Mungkin ini pertama kalinya bagi Arthur untuk menangis di depan seorang gadis selain Mamanya.

Benar! Arthur mengakui kalau gadis ini telah menarik hidupnya secara keseluruhan.

.

.

Setelah dirasakan cukup membaik, Arthur melepaskan dekapannya dan tangannya beralih menyentuh sudut bibir mungil Erina dengan lembut.

Posisi Erina masih sama, Ia masih berdiri bersandar pada dinding kaca besar di belakangnya. Ia terpojok oleh tubuh kekar Pria tampan di depannya ini. Dan ia seperti terkurung dan tidak bisa melarikan diri.

Dan saat Arthur semakin mendekatkan wajahnya, Erina juga tidak bisa menghindar.

PIP!

Jendela besar di perusahaan ini otomatis beralih fungsi. Jendela besar yang tadinya menampilkan pemandangan Kota-Kota besar kini berubah menampilkan siluet tubuh dua orang yang sedang berhadapan.

Mungkin seperti cermin besar.

Dalam artian, saat orang-orang diluar Gedung melihat ke arah jendela-jendela ini tidak akan bisa melihat pemandangan yang ada di dalam gedung melainkan pemandangan cantik awan-awan dan gedung-gedung bertingkat.

Ini merupakan sebuah proyek yang masih disembunyikan oleh Arthur.

Dan Pria itu menerapkannya di Perusahaan ini.

Dan berhasil!

Arthur tersenyum puas.

Bibir sexy Arthur mulai memberikan kecupan lembut pada bibir mungil Erina. Sebuah kecupan yang terasa seperti tersengat sesuatu untuk keduanya.

Erina terkejut dan ia masih ditahan oleh Arthur.

Arthur semakin menjadi tidak terkendali. Arthur semakin kehilangan akal fikirannya saat ia mencium gadis ini.

Seperti kecanduan pada gadis ini.

Perlahan tapi pasti Arthur membawa Erina menuju sofa besar di tengah ruangan tanpa melepaskan pagutan mereka.

BRUK!

Keduanya terjatuh bersama untuk kedua kalinya. Namun kali ini mereka sama-sama menginginkannya. Mereka menikmati waktu mereka satu sama lain. Menciptakan gairah bersama yang tidak tertahankan.

Perlahan dan pasti ciuman Arthur beralih pada leher jenjang Erina yang terekspose. Ia menjelajahi leher jenjang dan menciptakan bekas kissmark di sana. Hanya satu bekas kissmark. Ia tidak mau membuat gadis itu dilanda kesusahan nantinya.

‘’Ahh! Arthur-ah, stop, jebal!’’ Erina mendesah saat Arthur menciptakan kissmark di lehernya.

Arthur pun semakin hilang kendali. Tangan kekarnya kini beralih menuju dress Erina dan meremas kuat dress itu.

Bimbang apakah harus dilakukan apa tidak? Sampai akhirnya Erina berhasil menghentikan kegiatan mereka.

‘’Jebal, Arthur-ah! Jangan, kumohon! Hhh . . . hhh . . . hhh . . . ’’ Erina memegang tangan Arthur dan menghentikan kegiatan mereka.

Erina memandang lekat kedua manik mata Arthur dengan tatapan memohon dan Arthur hanya bisa menghela nafasnya pelan.

‘’Hhh . . . hhh . . . hhh . . .’’ Terdengar dari nafas keduanya. Mereka masih mencoba mengatur nafas masing-masing setelah permainan panas yang barusan mereka lakukan.

‘’Astaga, maaf, Erina! Aku kehilangan kendaliku. Hahh, tidak seharusnya terjadi. Baiklah, kita pulang, yuk? Saranghaeyo, Erina . . . ’’ Arthur mengatakan itu dan mengakhirinya dengan mencium kening Erina lama.

Mereka kini bersama-sama berjalan dalam keheningan malam yang semakin larut untuk menuju tempat parkiran khusus petinggi Perusahaan.

Tangan mereka saling bertaut.

Saling tersenyum bahagia dan malu-malu.

Entah apa, ya sebutannya?

Sesekali mereka saling melirik, sesekali mereka menunduk malu saat keduanya sama-sama menatap satu sama lain.

                                                                     ‡♥‡

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status