Mereka berdua masuk ke dalam Cottages dan melihat-lihat isi ruangan.
Benar-benar masih mempertahankan karakter aslinya, dinding dan langit-langitnya masih berlapis kayu.
Mereka melepas mantel, syal dan sarung tangan.
Erina masuk ke kamar untuk berganti pakaian yang lebih tipis karena udara sedikit panas dan juga mungkin di dekat pantai.
Setelah beberapa menit, Erina kembali ke ruang tamu mengenakan dress selutut motif bunga dengan bentuk kerah berkerut belahan rendah dan memperlihatkan indahnya pundak dan lekuk tubuh Erina.
Sedangkan Arthur mengganti pakaiannya dengan T-shirt hitam ketat yang memperlihatkan bentuk dada bidangnya. Ia juga memakai headset dan memegang handphonenya sepertinya telah selesai menghubungi seseorang.
Benar-benar sempurna mereka berdua.
Seperti pasangan yang sedang honeymoon. Ck... ck… ck…
Mereka menuju ke belakang Cottages dan mendapati taman tertutup d
# Kamar Cottages Seorang gadis cantik sedang duduk di sofa kamar dengan sedikit gelisah. Ia meremas dressnya dengan kuat. Ia bimbang galau karena ia belum siap sebenarnya untuk bertemu dengan Arthur namun secara tidak terduga Pria itu muncul di hadapannya. Memporakporandakan pertahanannya sekarang. Erina, gadis cantik itu beranjak dari duduknya dan berdiri memandangi pemandangan pantai di depannya lewat jendela besar di kamarnya. ''Hahh, bagaimana ini? Apa yang harus kulakukan sekarang? Aku bingung,'' Erina bermonolog dengan tatapan kosong. Ia mengamati pemandangan yang sangat Indah di luar sana, ingin rasanya ia menikmati indahnya pantai itu. Tapi ia coba tahan. Drrt… Drrt… Drrt… Sebuah pesan masuk di handphone Erina. Gadis cantik itu membuka pesan yang ternyata dari Arthur, Pria yang sedari tadi ia fikirkan.
Pria itu sepertinya juga tidak berniat mengembalikan handphone gadis itu. Ia ingin tahu saja seberapa dalam hubungan Erina dengan rivalnya. Namun tidak disangka ia mendapat perlakuan seperti itu yang membuatnya semakin kesal. Apalagi sikap dari Erina semakin memperkuat dugaannya bahwa Erina juga mempunyai perasaan khusus pada rivalnya. Hal ini membuatnya tidak tinggal diam. Arthur bergerak menjauhi Erina dan berupaya menghalau tangan mungil gadisnya yang hendak merebut kembali handphonenya itu. ''Stop, Erina! Hentikan! Aku hanya ingin melihat-lihat saja,'' ''Melihat-lihat katamu? Untuk apa, ha?? Kau curiga? Wae??'' Erina semakin emosi saat Arthur hanya menanggapinya dengan santai. ''Sebentar, saja, ne. Sebentar,'' Benar-benar Arthur mampu membuat seseorang naik darah akibat ulahnya. ''Hahhh! ARTHUR ERYK SHAQUILE! Cepat kembalikan atau Aku akan teriak!'' Erina mengancam Arthur dan itu mampu mengalihkan perhatian Arthur seketika. Bagaima
Erina hanya diam.'' … '''' … '' Masih saling pandang hingga 5 menit lamanya dan Erina berhasil menguasai keadaan. Ia memberanikan diri untuk bertanya pada Arthur.''Apa pada semua wanita Kau seperti ini, ha? Apa Kau memperlakukan semua wanita juga seperti ini? Mengancam lalu Kau berbuat sesuatu semaumu? Apa ka…'' Belum sempat Erina menyelesaikan perkataannya, bibirnya sudah lebih dulu dikunci kembali oleh bibir Arthur.Arthur terpancing emosinya saat kata-kata dari Erina menyinggung perasaannya.Arthur kesal karena seakan-akan Erina menganggap bahwa Arthur adalah Pria brengsek. Ia bahkan tidak mengerti kenapa gadis ini bisa berfikiran sampai sejauh ini.Apa yang sebenarnya terjadi saat ia tidak berada disisi gadis ini? Pertanyaan itu berputar dikepala Arthur.Arthur semakin agresif, emosi dan bertindak diluar akal sehatnya yang membuat Erina kewalahan. Bahkan tangan kekarnya juga tidak tinggal diam. Tangannya me
Fikirannya melayang saat ia berada di Taman bersama Deolinda Chalondra Zeroun, gadis gila yang tiba-tiba menciumnya itu. Ekspresi wajah Arthur seketika berubah menjadi lebih dingin saat ia menyadari bahwa di Taman itu bukan hanya dirinya dan Deolinda, melainkan Erina juga berada di sana. Tapi kenapa bisa? Bersama siapakah gadis ini di sana? Astaga!!! Arthur tiba-tiba merasakan sakit di kepalanya. Ia memijit pelipisnya, dan menggigit bibirnya tanpa sadar dan hal ini disadari penuh oleh Erina. Erina yakin bahwa Pria di depannya ini tengah gundah. Yak, tebakannya benar! Arthur frustasi. Pria ini frustasi kenapa gadisnya bisa berada di situ? Mengakibatkan salah faham semuanya. Arthur menatap tajam Erina. Pandangannya menggelap seketika dan menyisakan sedikit akal sehatnya. Arthur tidak tahan jika terus-terusan di pandang sebagai Pria brengsek oleh gadisnya ini. Ia
Sebenarnya Erina juga masih begitu penasaran siapa gadis itu yang beraninya mencium Arthur di depan matanya. Uhh… kalau mengingat waktu itu rasanya ia ingin sekali menjambak gadis itu. Hahh…''Hahhh … '' Arthur menghela nafasnya pelan, pandangannya beralih menatap pantai di depannya. Dengan nada lembut dan tenang, Arthur mulai menceritakan kisahnya.Erina, gadis ini masih setia mendengarkan semuanya dan masih setia memandangi wajah tampan Pria di sampingnya ini tanpa berkedip sama sekali.Melihat side profile Arthur yang terpahat sempurna.Daebak!!!''Ia ternyata sangat tampan sekali, siluet side profilenya benar-benar sempurna. Akhh, Aku kemana saja selama ini? Baka!'' Erina menggigit bibirnya saat ia memandangi Pria di sampingnya ini. Begitu mengagumi pahatan sempurna makhluk ciptaanNya. Tanpa sadar ia pun tersenyum malu.
# Wester Ross, Pukul 11 siang (UTC) Mereka berdua berkemas dan bersiap untuk check out. Arthur selalu memperhatikan gadisnya. Ia seakan tidak pernah bisa melepaskan tatapannya pada gadis manis di hadapannya ini. Ia selalu merasa terhipnotis dengan semua yang ada pada diri gadis ini. Entah apa yang terjadi, yang jelas ia selalu mencintai gadisnya ini. Apapun yang akan terjadi. ''Arthur-na? Kajja,'' Ajak Erina pada Arthur, namun Arthur malah terdiam saja. Arthur heran karena Erina tidak memanggilnya dengan embel-embel ''Oppa'' lagi. Hemm, anehh. ''Ah, kajja. Sudah semuakah? Tidak ada yang ketinggalan?'' Tanya Arthur sambil memperhatikan tas ransel yang sudah ditenteng oleh Erina. ''Tidak. Sudah semua, kajja!'' Ajak Erina bersemangat dan berlalu begitu saja.
# Sekitar 51 menit berlalu, sampailah mereka di tempat tujuan menakjubkan lainnya, Achmelvich Bay, Lairg, Britania Raya ke Inverness, Britania Raya ''Okeh, akhirnya sampai juga. Woahh lihatlah pemandangan di depan kita. Daebak!!! Seperti di Pulau Jeju bukan, Erina?'' Arthur menatap kagum pemandangan di depannya. Ia terkesima dengan putihnya pasir pantai ini. '' … '' Erina hanya bisa terdiam tidak sanggup berkata-kata lagi. Ia benar-benar tidak menyangka bahwa ia akan berada di tempat ini bersama Pria ini. Sesuatu yang tidak pernah Erina impikan dan tidak pernah berani ia wujudkan. Tapi nyatanya Pria tampan inilah yang mewujudkannya. Dan ia hanya bisa terdiam. Namun saat ia masih bergelut dengan fikirannya sendiri, ia dikejutkan oleh sentuhan ringan seseorang di pundaknya. ''Hahh, Oppa! Ngagetin saja! He… he … waeyo?'' Erina masih dengan ekspresi terkejutnya plus muka polosnya yang semakin membuat Arthur gemas.
Mereka berlarian bersama untuk mencapai bibir pantai duluan. ''Stoopp! Kau curang, Oppa! Huuuu … hahhh, nafaskuu … hahhh … '' Erina memprotes apa yang telah dilakukan oleh Arthur. Arthur benar-benar jahil sekali terhadap Erina. Arthur juga heran sendiri kenapa bisa ia jahil terhadap seseorang terlebih seorang gadis. Hal yang sangat mustahil ia lakukan sampai ia dewasa seperti ini. Cinta telah membuka segalanya! ''Wkahkahka … kenapa, Erina? Capek? Masa begitu saja capek, payah … ayok … '' Arthur lagi-lagi mengolok-olok Erina dengan bangganya dan ia tidak memperhatikan perubahan ekspresi jahil Erina yang sudah berdiri di belakangnya. Erina tersenyum jahil. ''Oppa, lihat sini!'' Ucap Erina tenang sambil menahan tawanya. ''Ada apa, sih, Erina? Ayok, kita ke sana saj … yakhh …'' Arthur terkejut bukan main saat di hadapannya terdapat hewan berbulu cantik. Entah karena syok atau apa, tiba-tiba keseimbangannya goyah, da