Saat pertama kali Enzo menginjakkan kakinya di Kampus elit ini, ia terkesima dengan seorang gadis cantik yang terlihat dingin itu. Yang selalu sendiri. Tidak pernah sekalipun tersenyum. Dan saat pertama kalinya ia melihat gadis itu tersenyum, dunianya seakan runtuh, pertahanannya juga runtuh.
Enzo menyukai gadis ini. Ia berjanji akan mendapatkan gadis ini dan membuatnya selalu tersenyum. Dan saat ini, gadis idamannya berada di dekatnya, di pangkuannya.
Enzo tidak pernah menyangka.
CUP!
Satu kecupan Enzo berikan pada gadis ini. Bibir sexy Pria tampan ini masih menempel pada bibir mungil Erina.
Perlakuan tiba-tiba yang dilakukan oleh Enzo sungguh diluar dugaannya.
Erina tidak siap. Ia bahkan meresponnya lambat dan pipinya merona malu.
Beberapa detik kemudian Erina tersadar dan reflek mendorong tubuh Pria itu.
''Ahh... Aku… hahh, baiklah. Aku… mau…'' Erina akhirnya menjawab juga den
Bagaikan badai di siang hari, kabar itu sungguh mengejutkan Erina. Apalagi ia sudah hampir 5 bulan ini tidak mendengar kabar dari mantannya itu karena kepadatan dan kesibukan jadwalnya. Yak, benar! Erina dan Enzo Ferdinand Xavier sudah putus. Hal ini dikarenakan Erina tidak sengaja mencuri dengar percakapan teman-teman Enzo dengan Pria itu saat berada di kantin. Yang difikiran Erina saat itu adalah bahwa Enzo memanfaatkan dirinya saja hanya untuk taruhan dan setelah itu akan mencampakkannya. Hal itulah yang membuatnya terluka terlalu dalam. Erina tanpa sadar menjatuhkan handphonenya saat mendengar kabar bahwa mantan kekasihnya sakit. Ia masih tidak percaya. Tapi ia melihat lagi berita itu, dan memang benar Pria itu sakit parah. TES! Tiba-tiba air mata tanpa sadar jatuh membasahi pipi Erina. Ia menangis sesenggukan seorang diri. Kenapa bisa? Kenapa bisa Erina tidak tahu bahwa Pria itu sedang sakit
Saat bibir Erina dan bibir Enzo bersatu, air mata Enzo mengalir. Ia memang harus mengakhirinya agar Erina tidak menderita dan juga tidak terlalu mengkhawatirkan keadaannya saat ini. Mungkin ini salam perpisahan darinya untuk gadis manis ini. Setelah 30 menit berlalu, mereka melepaskan pagutan mereka. Sama-sama masih menatap lekat, menyelami kehidupan masing-masing. Dan akhirnya kata itu terucap. ''Erina, maaf. Kita pisah saja tidak apa-apa, lebih baik begini. Aku tidak ingin Kau semakin terluka. Bukalah pintu hatimu untuk yang lainnya. Aku tahu, penggemarmu sangatlah banyak. Dan kalau pun nama dia masih ada di hatimu, silakan lanjutkan saja, Erina,'' Enzo dengan keikhlasan hatinya melepaskan gadisnya ini walaupun hatinya sangatlah sakit bahkan terluka terlalu dalam. ''Hiks… hiks…'' Hanya itu yang terdengar. &
Erina awalnya berontak agar Pria itu melepaskan dirinya, ia sebisa mungkin melepaskan diri dan ia juga seperti menolak untuk dicium oleh Pria itu, namun tenaganya tidak cukup besar untuk bisa melepaskan diri. Bahkan tangan Erina bersiap untuk menampar Pria itu namun lagi-lagi bisa ditahan. Seakan tahu kelemahan dari Erina. Dan akhirnya Erina menyerah bahkan hampir kehabisan nafasnya. Mereka berciuman cukup lama. Si Pria seolah melampiaskan kerinduannya pada sosok gadis cantik ini namun si gadis berupaya melampiaskan kekecewaannya selama hampir 7 Tahun lamanya tidak pernah bertemu dan bertanya kabar. Benar-benar sudah gila. ''Hahh… hahh… hahh… maaf Erina. Aku benar-benar minta maaf padamu. Aku pergi meninggalkan Korea karena keadaanku sedang kritis dan tahap penyembuhan penyakitku. Aku juga tidak ingin membuat Kau khawatir. Maka dari itu Aku mengajukan keluar dari Seoul University dan menetap di sini. Dan tanpa sengaja Aku melihat d
# Di sisi kanan Taman Calton Hill, St. Andrews House 2 Regent Road, Edinburgh EH1 3DG Skotlandia. Sepasang mata sedang mengawasi dua sejoli di depannya ini tanpa berkata apapun. Bahkan diamnya ini sungguh menakutkan bagi asistennya, Pak Choi dan kakak sepupunya dan bagi mantan kekasihnya. Ia terdiam cukup lama dengan pandangan yang semakin tajam dan gelap. Rahangnya mengeras seketika. Kedua tangannya mengepal dengan kuat. Arthur, Pria ini masih mencoba menahan semua perasaannya. Semua perasaan cemburu dan amarahnya. Hal ini disadari seutuhnya oleh orang-orang disekitarnya, kakak sepupunya, asisten pribadinya dan mantan kekasihnya. Sinyal bahwa Arthur berada di tahap berbahaya kalau tidak segera dihentikan. ''Arthur-Nie, ehemm, kita ke sana saja, yuk? Foto-foto di sana saja, yuk,'' Kakak sepupunya berinisiatif mengajak Arthur ke lain tempat. Ya, kakak sepupunya juga sudah tahu
Arthur menarik kerah kemeja Pria di depannya ini dan Erina reflek melerai mereka berdua. Melerai keributan dan kesalahfahaman yang terjadi. Tangan kekar Arthur pun sudah bersiap memukul wajah Enzo namun tiba-tiba dihentikan oleh seruan suara berat seseorang. ''Hei kalian! Bisakah kalian tidak membuat keonaran di sini!'' Suara berat Pria yang begitu sexy dan mampu mengalihkan perhatian mereka bertiga. Arthur, Erina dan Enzo menatapi sumber suara dan detik itu juga mampu membuat Erina dan Arthur terdiam cukup lama. Mencerna keadaan dengan baik. Menelaah bahwa rivalnya juga ada di sini. Pria tinggi tadi menatapi mereka berdua dengan pandangan kelamnya. ''Zhafar-Ssi!'' Arthur mengatakannya dengan dingin. ''Zhafar Oppa…'' Dan Erina juga tidak sadar menyebut nama itu. Keduanya bersamaan dalam memanggil orang itu dan itu cukup membuat Enzo heran. ''Erina, hahh… tidak kusangka Kau seperti itu. Baiklah.
@ Café Privat Room SINNGGHH!!! Suasananya sungguhlah menakutkan dan kecanggungan diantara mereka semua jelas terlihat. Tidak tahu lagi akan memulai darimana. Mereka semua kini hanya saling memandang dan melirik satu dengan yang lain tanpa berniat untuk berbicara. Di ruangan ini yang terdengar hanyalah suara detik jam di pergelangan tangan masing-masing. Hidangan dan minuman yang tersaji pun tidak tersentuh sedikitpun. Benar-benar kentara suasana tegang ini. Zhafar duduk sendiri di ujung meja makan. Seperti pemimpin acara. Di kedua sisinya Zhafar yaitu Erina dan Arthur. Erina duduk di sebelah kanannya sedangkan Arthur duduk di sebelah kirinya. Di sebelah kiri Arthur yaitu kakak sepupunya lalu asisten pribadinya, Pak Choi. Lalu di kursi seberang, Erina duduk dengan tenang, di sebelah kanannya Enzo Ferdinand Xavier dan sebelahnya lagi kakak Pria itu, Deolinda Chalondra Zerou
# Mercusuar Neist Point, Isle of Skye Seorang gadis cantik sedang berada di peron Stasiun. Ia terlihat sedang menunggu kereta api yang menuju daerah Isle of Skye. Ya, gadis ini sendirian dan begitu tegar. Ia terlihat membawa buku kecil dan peta tentang panduan wisata Pulau Scotland. Ia mempelajari buku kecil dan peta tersebut sedikit demi sedikit sampai akhirnya kereta yang ditunggu pun tiba. Ia memasuki kereta tersebut dan duduk di gerbong ke dua dari depan. Gadis ini duduk dengan nyaman. Ia mengecek jam dan berfikir kemungkinan perjalanan ini akan menghabiskan waktu sekitar 5 jam lebih. Erina, gadis ini sudah mempersiapkan segala sesuatunya sendiri. Ia ingin mulai dari sekarang akan berusaha mandiri sendiri tanpa membutuhkan bantuan dari laki-laki. Setidaknya untuk sekarang. ''Ahh, cantiknya... Woahh. Sepertinya akan lama ini. Ah, Aku matikan saja handphoneku, saja, ah, sekalian Aku isi dayanya.
Gadis manis ini hanya duduk terdiam. Termenung sendiri. Menelaah semua kejadian ini dengan sangat hati-hati. Maybe, raganya disini namun jiwanya seperti tidak berada ditempatnya. Entah. ''Arghhhhh!!! Hahh... Hahh... Haahh, berat rasanya semua ini bagiku. Kenapa Aku yang selalu merasa bersalah? Kenapa Aku yang selalu merasa hancur dan terluka seperti ini? Apa tidak cukup masa lalu itu saja tapi jangan masa depanku! Please! Aku hanya ingin bahagia. Aku… Aku hanya ingin merasakan cinta yang utuh dan tulus. Bukan hal lain. Aku… Aku… hiks… hiks… appayo, jinjja appayo. Sakiitt ... hiks... '' Erina berteriak kencang meluapkan rasa frustasinya. Ia menepuk-nepuk dada kirinya kuat karena rasa sakit yang begitu dalam. Entah ada apa dengan dirinya. Erina melampiaskan semuanya pada alam yang luas ini. Berteriak sekencang-kencangnya tanpa peduli yang lain. Pandangannya kini beralih pada luasnya hamparan laut yang te