Share

Bab 42 Satu Kesempatan?

"Ish," desisku, pria di depanku itu terkekeh melihatku.

"Ya, udah. Makasih ya …." Pria itu berkata masih dengan sisa tawanya.

"Untuk?"

"Untuk sebuah mimpi, yang sekarang sedang aku kejar. Sebuah mimpi yang membuat mas merasa harus tetap bersemangat untuk merengkuhnya suatu saat nanti."

Dan lagi-lagi Mas Bima mengucapkan kalimat yang tidak aku pahami. Mimpi apa, dan apa hubungannya denganku, sehingga harus berterima kasih.

"Maksudnya?"

"Em, kalau saatnya tiba. Kamu pasti akan paham, apa maksud ucapanku hari ini." Bukan sebuah jawaban yang aku dapatkan. Justru Mas Bima semakin membuatku bingung dengan kata-katanya.

"Hana bingung, dah sana … katanya mau pulang." Aku mendorong tubuh tegap di depanku itu. Mas Bima malah tertawa, entah apanya yang lucu.

"Iya … iya." Pria itu belum beranjak dan menjawab masih dengan sisa tawanya.

"Kamu masuk duluan," ucapnya kemudian.

"Iya." Aku menjawab singkat lalu, beranjak meninggalkannya. Aku menoleh saat sampai di pintu, Mas Bima belum beranjak. Dag
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status