Accueil / Romansa / OBSESI CINTA TUAN MUDA / Bab 14 Bahan Gosip

Share

Bab 14 Bahan Gosip

last update Dernière mise à jour: 2025-09-16 17:48:14

“Apa?!”

Kenapa bisa? Kenapa begitu? Apakah bau tubuhku memiliki ciri yang khas? Berbagai pertanyaan berputar di kepala.

“Aku … nggak pakai parfum. Jangan lakukan ini, tidak enak. Tubuhku juga tidak wangi!” Aku berusaha menghindar dari Galang.

Jujur, deru napas yang terhembus dari hidung Galang, membuat sekujur tubuh merinding. Selain itu, aku malu.

“Aku menyukainya,” ucapnya lirih.

Mataku membulat sempurna. Ucapannya terdengar kurang ajar.

“Kau ingat, saat kau menarik tanganku waktu itu, aku terjatuh dan menimpa tubuhmu? Aku bisa mencium bau tubuhmu. Begitu candu, dan … sampai saat ini, aku hafal dengan bau tubuh ini.”

Aku merinding dibuatnya, dia kembali mendekatkan wajahnya ke arah leherku. Hanya ingin menghirup aroma tubuhku. Aneh, satu kata yang terbesit di dalam benak tentang Galang.

“Permisi, Pak Galang, saya–”

Aku terperanjat, lalu dengan refleks tanganku mendorong kepala Galang dari leherku. Seseorang berpakaian rapi dengan rok di atas lutut tengah berdiri mematung di ambang
Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application
Chapitre verrouillé

Latest chapter

  • OBSESI CINTA TUAN MUDA   Bab 29 Syok

    Sepulang dari kantor, Galang mengajakku pulang.Tiba-tiba ponsel Galang berdering. Raut wajahnya tampak tajam dan serius. Namun, sedetik kemudian senyuman di wajahnya terukir.“Bagus!” Hanya satu kata itu yang terucap dari bibir Galang saat menerima telepon itu.Galang menyimpan kembali ponselnya, lantas menyetir.Penasaran, ada apa dengannya? Aku pun mencoba untuk bertanya.“Ada apa?” tanyaku.Galang melirik sekilas, lantas kembali menatap jalanan sambil fokus menyetir.“Kau akan tahu sendiri!” jawab Galang.Aku mengernyitkan dahi, tidak paham dengan maksud Galang. Apa yang akan aku ketahui? Aku hanya bisa membatin. Galang terlalu misterius seperti di awal.“Bisakah kita mampir dulu ke kontrakan Alea?” tanyaku.“Mau apa?” tanya Galang.“Aku … hanya ingin ketemu sama dia. Sekalian aku mau pamitan, aku pindah dari kontrakannya. Nggak enak juga datang dan pergi tanpa permisi. Alea sudah banyak membantuku selama aku di kota ini,” jawabku.“Tidak,” jawab Galang.Aku mengernyitkan dahi, k

  • OBSESI CINTA TUAN MUDA   Bab 28 Pusat Perhatian

    Aku kembali menghubungi nomor Alea. Namun, tiba-tiba nomornya tidak aktif. Seketika perasaanku menjadi tidak enak terhadapnya.Aku menghembuskan napas kasar. Mencoba berpikir positif, mungkin ponsel Alea kehabisan baterai, atau mungkin kuota Alea telah habis. Berpikir positif, mungkin cara yang lebih baik untuk mensugesti diri.Malam ini aku menonton televisi seorang diri. Berpuas-puas diri dengan fasilitas yang aku miliki. Aku tidak pernah meminta semua ini. Namun, jika takdirku harus seperti ini, aku tidak mungkin menolak.Tak terasa jam telah menunjukkan pukul 10 malam. Mataku pun mulai memberat. Aku memutuskan untuk segera tidur. Samar-samar aku mendengar suara kicauan burung yang begitu merdu. Kulit wajahku pun terasa hangat. Aku membuka pelan mataku. Ternyata hari sudah pagi, cahaya matahari menerobos masuk melalui celah gorden. Tidurku begitu nyaman dan nyenyak.Aku bangun dan menggeliat. Lantas segera turun dari ranjang. Namun, jantungku tiba-tiba berdetak kencang saat Galang

  • OBSESI CINTA TUAN MUDA   Bab 27 Diratukan

    Langkahku berhenti, saat punggungku mentok pada dinding, ruang gerakku kini terbatas. Namun, mata Galang tak hentinya menyoroti wajahku.“Katakan, Ariana. Apakah kau menerima cintaku?” tanya Galang.Aku terdiam beberapa saat, mengerjapkan mata beberapa kali. Melihat pengorbanannya, dia tampak tulus. Namun, apakah ketulusan yang ia miliki, benar adanya dari dalam hati?“Tapi aku sudah tua,” jawabku.“Sssst! Jangan katakan itu! Dari segi usia kau memang lebih dewasa dariku. Tapi cinta tidak melihat usia. Katakan Ariana, kau menerimaku?” Lagi dan lagi pertanyaan itu kembali terlontar.Aku menarik napas dalam, mengumpulkan keberanian untuk menjawab pertanyaannya.“Ya, aku terima cintamu,” jawabku akhirnya.“Aku tidak mendengar, coba katakan sekali lagi,” pinta Galang.Aku mendesis, dia selalu menguji kesabaran yang aku miliki.“Ayolah … katakan sekali lagi,” ujarnya memaksa.“Aku menerimamu,Galang!” jawabku mengulang.Keindahan kembali aku lihat. Di mana sebuah senyuman terukir manis di b

  • OBSESI CINTA TUAN MUDA   Bab 26 Cemburu

    Aku mengernyitkan dahi, menatap rumah yang begitu besar berhiaskan halaman yang luas, serta tanaman bunga yang sangat cantik dan terawat. Kupu-kupu banyak menghinggapi, menciptakan keindahan yang luar biasa.Rumput hias hijau menyejukkan mata, terhampar luas begitu rapi dan enak dipandang. Menciptakan suasana menyegarkan bagi setiap mata yang memandangnya.Tukang kebun tengah berkutat mempercantik tanaman. Seorang wanita yang aku perkirakan seumuran dengan Susan, tengah sibuk menyirami bunga-bunga berwarna warni. Serta dua ekor kucing putih saling berkejaran di rumput itu, membuatku terpana. Indah, satu kata yang refleks tercetus dalam hati.“Kenapa … kita ke sini? Rumah siapa ini? Apakah ini juga salah satu rumahmu?” tanyaku.Yang aku tahu, rumah Galang bertempat di mana aku pernah dibawa olehnya. Namun, aku sempat kabur dari tempat itu, karena mengira Galang adalah orang jahat.“Bukan, ini bukan rumahku,” jawab Galang.“Yuk, turun!” Kami berdua turun dari motor. Galang melepas helm

  • OBSESI CINTA TUAN MUDA   Bab 25 Aku Datang

    Aku terbelalak tak percaya. Harmani, ayah, Susan, Maurin dan semua para tamu undangan dan juga penjaga, mereka kompak tak sadarkan diri. Apakah mereka meninggal atau hanya pingsan? Apa yang terjadi?“Kenapa mereka?” Aku merasa ada yang janggal.Hanya aku yang masih sadar dan bisa bergerak. Namun, tidak dengan mereka. Berbagai pertanyaan berkecamuk dalam benak.“Aku datang, Ariana!”Ucapan seseorang terdengar di belakang tubuhku. Aku membalikkan badan, dan … aku melihatnya. Dia Galang, seseorang yang sangat aku rindukan, berdiri gagah dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam saku celana.“Galang!”Entah kenapa, secara refleks aku berlari ke arahnya, dan memeluk erat tubuh lelaki itu.“Kau ke mana saja? Kenapa kau pergi begitu lama? Kau tahu? Kau menyiksaku dengan rasa rindu yang begitu besar!” ujarku secara blak-blakan.Aku memukul-mukul dada lelaki itu. Sungguh, aku bahagia melihatnya. Namun, kecewa kenapa dia baru menampakkan batang hidungnya?Galang mengurai pelukanku. Meraih wajahku

  • OBSESI CINTA TUAN MUDA   Bab 24 Memilih Mati

    Samar-samar aku seperti mendengar seseorang berbicara. Aku mencoba membuka mata. Namun, sialnya mataku terlalu lengket untuk kubuka.“Bagus, sekarang bawa ke tempat itu!”Mataku tiba-tiba terbuka lebar dengan nyawa yang kupaksa kukumpulkan, degup jantung berpacu tak beraturan. Tidak, ini bukan mimpi.Aku melawan rasa kantuk yang teramat sangat ini. Kini aku bisa melihat diriku sendiri berada di tempat berbeda. Ya, sangat berbeda!Aku mendapati tubuhku berada di dalam mobil, bersama seorang lelaki asing di sampingku, serta dua yang lainnya di barisan depan.“Siapa, kau? Siapa kalian? Kenapa aku ada di sini?” Aku merasa terkejut bukan main.Aku menoleh ke arah jendela mobil. Aku mengenali tempat ini, aku masih berada di depan kontrakan Alea.“Tolong, aku mau keluar!” Lelaki itu mencekal tanganku, membuatku ketakutan setengah mati. Apa sebenarnya yang mereka inginkan dan lakukan padaku? Dan … dan siapa mereka? Aku merasa begitu cemas.“Diam, Nona!” seru lelaki yang ada di sampingku.Dari

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status