Share

Jiwa Petualang

last update Terakhir Diperbarui: 2022-02-28 19:54:30

Pernah suatu saat dalam pelajaran Bahasa Inggris, para siswa diminta membaca buku berbahasa Inggris yang bisa dipinjam dari perpustakaan atau bawa sendiri dari rumah. Di situ para siswa harus memilih sebuah buku dan menguasai satu bab sebelum kemudian memberikan penjelasan di depan kelas namun dalam Bahasa Inggris. Bukunya boleh fiksi atau non fiksi. Ini sudah dilakukan minggu lalu dan minggu ini, tepatnya hari ini, juga dilakukan pengajaran dengan cara yang sama. Apa yang dibaca siswa pada hari itu haruslah sama dengan yang dibaca minggu lalu.

Nah, di sinilah kreatifitas iseng Arjun bekerja. Ia melihat bahwa buku yang dipilih oleh Adri adalah sebuah buku dimana cover bukunya ada dua buah. Cover pertama yang menyatu dengan buku, dan cover kedua sebagai cover utama adalah yang full color dan bisa dilepas.

Hari itu, Arjun kembali mengerjai Adri. Ia rupanya sudah merancang sejak kemarin untuk melakukan aksi isengnya. Ketika guru keluar ruangan sesaat, dan semua siswa sudah mulai tekun membaca bagian bab mereka masing-masing, ia membuat Adri terdistraksi. Saat Adri teralihkan perhatiannya, Nathan diam-diam mengganti cover buku tanpa Adri sadari.

Tidak lama, pak Ian, guru Bahasa Inggris muncul dan memperhatikan siswa-siswa yang asyik menekuni bab mereka. Ia sudah meminta mereka agar membaca dengan posisi tubuh tegak sehingga ia bisa melihat cover buku yang mereka baca. Sampai tahap itu semua berjalan aman dan manis sesuai dengan yang diharapkan. Namun saat melihat cover buku yang dibaca Adri, matanya melotot.

“Adri!!!”

Semua orang langsung berhenti membaca dan menoleh ke sang guru. Semua kaget, terlebih Adri yang namanya dipanggil.

“Ada apa pak guru?”

“Kamu yang pilih buku itu?”

“Ya pak guru.”

“Kenapa pilih buku itu?”

Di sini Adri heran. Dia adalah penyuka anak anjing. Lantas kenapa koq gurunya seperti terkaget, pandang remeh, atau galak begitu? Dan sementara Adri ditanyai guru, yang lain tertawa cekikikan saat melihat dirinya.

“K-karena saya suka pak guru.”

“Suka?”

“Iya, apalagi yang kecil.”

Satu kelas terbahak. Sang guru pun demikian. Kecuali Adri tentu saja.

“Kenapa suka yang kecil?”

“Enak buat dibelai-belai pak Guru.”

Satu kelas makin heboh dan sang guru mencoba menguasai diri walau terlihat gagal menyembunyikan senyum. Adri makin heran dengan kejadian ini.

“Kamu nggak malu punya yang kecil?”

‘Ah, aneh sekali pak Ian ini’, pikirnya.

“Nyanda, eh tidak pak guru. Yang penting…”

“Yang penting apa?”

“Yang penting dia bisa bergerak lincah kesana-kemari.”

Langit-langit kelas bagai mau runtuh sepertinya ketika semua orang tertawa terbahak-bahak. Ada yang sampai menangis, ada yang sambil memukul-mukul meja. Pak Ian sendiri sudah tertawa sampai merah mukanya.

Keanehan ini terasa menjadi-jadi bagi Adri. Merasa bahwa jawabannya mungkin ada di cover buku yang ia baca, ia lantas memeriksa. Ternyata benar juga. Matanya seperti hendak copot dan jatuh menggelinding di lantai kelas. Ia kaget dan baru tersadar mengapa seisi kelas menertawai. Ia baru tahu bahwa cover bukunya telah diganti dan judulnya yang sekarang memang sangat provokatif.

Judulnya: “Living With A Small Penis.”

Di tengah deru tawa semua orang, ia bisa melihat Arjun melakukan high-five dengan Nathan, Dessy, dan yang lain-lain. Bagi mereka semua ini memang nampak lucu, tapi sebaliknya bagi Adri, momen ini membuat ia makin hidup dalam dunianya. Menyendiri dan tidak mengakrabi mereka semua, seperti jadi pilihan terbaik untuk bocah kampung nan malang seperti dirinya.

*

Itulah sebagian ulah dan pengalaman Adrianus yang biasa dipanggil Adri.

Sudah setengah tahun ia tinggal dan bersekolah di Jakarta setelah sebelumnya tinggal di sebuah pulau kecil bernama Bunaken di seberang kota Manado, ibu kota provinsi Sulawesi Utara. Orangtuanya adalah petani aren yang cukup sukses yang seiring dengan kenaikan harga aren lantas bermaksud menyekolahkan puteranya ke ibukota Jakarta. Tanpa rasa takut berlebih, tawaran itu langsung disambut Adri dengan penuh antusiasme tinggi. Ia memiliki dua dan bahkan tiga alasan mengapa bersikap sedemikian.

Pertama, ada gen avonturir alias petualangan dalam dirinya. Keputusannya untuk berani merantau bukan hal yang dianggap nyeleneh karena mayoritas pemuda di sana memang suka sekali merantau.

Kedua, sebagai orangtua yang cukup memahami pentingnya pendidikan mereka berharap Adri tak tertinggal dengan pemuda lain. Baik Adri maupun orangtuanya bermimpi agar sekembalinya ke kampung ia bisa berkontribusi untuk mengembangkan pulau imut kampung halamannya yang hanya seluas 8 kilometer persegi itu menjadi tempat yang lebih baik.

Dan alasan terakhir sebetulnya merupakan alasan utama. Ya, Adri sudah muak karena harus bolak-balik dari pulau Bunaken ke kota Manado untuk bersekolah. Sepuluh tahun sudah ia mondar-mandir dan bersekolah mulai dari SD, SMP, dan hingga memasuki kelas 1 SMA.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • OGAH MARRIED!   Sebuah Ajakan

    Dion yang baru saja bersiap pergi melihati sepasang ankle boots yang menutupi mata kaki dan bagian bawah kaki seorang wanita. Matanya menelusuri ke atas, mulai dari betisnya yang putih dan bunting padi, jins cabik, atasan model sabrina dengan bahu terbuka, dan akhirnya pemilik wajah itu. Dewi. Astaga, Dion sampai terpana. Wajah gadis itu kini berubah dewasa, lebih matang, dan amat cantik. Sangat berbeda dengan sembilan tahun lalu, Dewi kini tampil penuh pesona. Ia mengulurkan tangan ke arah Dion. “Mudah-mudahan kamu masih kenal aku.” Dion menyambut uluran tangan Dewi dan merasakan betapa lembutnya telapak tangan gadis yang kini tampil sangat matang itu. “Tentu. Bagaimana mungkin aku lupa.” Ia tidak enak juga karena mereka masih bersalaman dan adalah Dewi yang terus menggenggam tanpa melepas. Walau begitu banyak berubah, sikap kenesnya ternyata tidak. &nb

  • OGAH MARRIED!   Pertemuan Tak Terduga

    Hubungan dirinya dengan kekasihnya makin manis pasca menyusulnya Dion ke Jakarta. Bahagia itu mengharu-biru dan Dion sepertinya menjadi orang yang terpapar bahagia luar biasa. Di bandara Jakarta, ia bertemu kembali dengan orangtua Dessy yang menantinya di pintu keluar usai tuntas urusan di pengambilan bagasi. Pelukan Pak Aldo begitu hangat bak seorang ayah yang kehilangan anaknya sekian lama. Sebuah kejutan manis Dion dapatkan. Ia terpana melihat ibunda Dessy tengah menggandeng seorang bocah laki-laki berumur sekitar lima tahunan. Setelah memeluk bahu wanita itu yang masih tetap segar dibanding sembilan tahun sebelumnya, barulah Adri diberitahu bahwa bocah itu tak lain adalah adik kandung Dessy. Sempat tidak percaya, Adri lantas membalik badan dan menanyai Pak Aldo. “Betul, oom?” Pak Aldo tersenyum. “Akibat metode S-mu itu.” Seketika keduanya terbahak. Sepertinya ada sesuatu di masa lalu yang membuat keduanya tertawa terpingkal-pingkal ketika mendengar ‘metode S’ yang tentu saja D

  • OGAH MARRIED!   Another Kiss

    “Iya. See? Aku menghargai pemberianmu. Kecuali kipas angin ponsel yang sudah lama aku buang karena sudah tak lagi berfungsi.” “Seperti syair lagumu, begitulah aku saat ini. Lelah didera rindu yang mencabik tanpa henti.” Sebuah sentuhan kecil terasakan. Dion menoleh dan melihat jemari Dessy menyentuh telapak tangannya. Betapa besar keinginan Dion untuk membalas. Namun pikiran lain menghalangi usahanya “Terima kasih untuk perhatianmu. Tapi aku tetap yakin tidak banyak yang bisa aku berikan untuk membahagiakanmu.” “Dengan kuatnya kemauan kamu pikir perbedaan tidak mampu teratasi?” “Kamu pernah punya pacar dari rakyat jelata?” “Jadi menurutmu uang adalah standar kebahagiaanku?” “Memangnya apa yang bisa kuberikan untukmu?” “Kamu tak merasa memiliki banyak nilai kemanusiaan yang bagus untuk dibagikan?” “Kamu tahu atau tidak sadar sih bahwa dirimu itu super nekad?” “Tidak jadi masalah bagimu kalau punya pacar seperti itu kan?” “Kenapa kalau kutanya kamu selalu balik bertanya?” Des

  • OGAH MARRIED!   Bebi Co Cwit

    Tapi, ternyata ada gunanya juga Dessy selama ini suka menikmati tayangan Crime Scene Investigation. Berbagai seri yang ditonton ternyata membuatnya kritis menyikapi kasus ini yang melibatkan dirinya sendiri. Bantahan dari Jason yang coba didukung oleh Astrid jadi mentah seketika saat Dessy menunjukan rekaman CCTV yang tersimpan di ponselnya. Jason pun luluh. Kebusukannya terbongkar. * “Lagu yang tadi kamu nyanyiin di cafe, indah lho.” Kalimat itu memecah keheningan di dalam kabin taksi yang mengantar kepergian Dessy ke bandara dengan ditemani Dion. Di bangku belakang keduanya memang hanya diam sejak lima menit lalu taksi yang mereka tumpangi meninggalkan lobby hotel. “Lagu itu menurutmu indah?” “Iya. Indahnya pake banget. Judulnya apa sih?” Dion menoleh ke arah Dessy dan tersenyum lebar. “Thank God You’re Mine.” Dessy tersipu. “Lagu yang indah lebih mudah terci

  • OGAH MARRIED!   Rahasia Yang Terungkap

    Gimme your heart. Be with me forever. I’m gonna thank God when you’re mine. Penonton bertempik sorak akibat permainan musik dan vokal yang memanjakan telinga. Lengking siulan terdengar dari beberapa orang. Para pengunjung yang menonton pertunjukan Dion serentak melakukan penghormatan sembari berdiri, standing ovation. Dion kini turun panggung sambil menyerahkan gitar yang tadi dimainkan ke pemandu acara. Dengan canggung karena disalami serta ditepuki pundaknya oleh beberapa dari para pengunjung, Dion mendekati meja di mana Dessy sebelumnya duduk di sana. Helaan nafasnya terhenti seketika saat melihat tempat itu telah kosong. Tak ada lagi Dessy di sana. * Taksi air yang dikemudikan oom Allo membelah permukaan laut yang membiru. Hatinya riang karena sejauh ini pemasukan yang ia dapat melebihi daripada biasanya. Kegembiraan itu ia bagikan pada pa

  • OGAH MARRIED!   Pujangga Pelantun Cinta

    Dessy terpekur. Apa yang hendak laki-laki itu lakukan dengan membuatnya pingsan? Ia bergidik memikirkan kemungkinan buruk yang bisa terjadi seandainya ia tidak pergi dari café dan terbawa ke kampung tempat Dion. Kampung itu bukan tempat ideal memang. Tapi tanpa sadar peristiwa terdamparnya ia ke tempat itu justeru menyelamatkan dirinya dari cengkeraman dan rencana licik dari orang yang selama ini ia pikir adalah pendamping setianya. Dan siapa yang akan menyangka bahwa selain itu ia pun masih menelikung dirinya dengan menjalin hubungan dengan Astrid? Seusai dari kantor manajer café, Dessy kembali ke mejanya. Kue pesanannya masih utuh. Bedanya semua pesanan di atas meja itu kini tak lagi membangkitkan seleranya. Begitu pun live music di café yang tak lagi mampu memupus kegalauan. Dessy menyandarkan tubuh di bangkunya. Mendadak kelopak matanya memberat. Matanya sembab. Tak tahan dan tak menduga akan adanya pengkhianatan yang

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status