Terjerat Pesona Kakak Tiriku

Terjerat Pesona Kakak Tiriku

last updateLast Updated : 2025-04-13
By:  Scorpio_GirlCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
1 rating. 1 review
95Chapters
3.3Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Saat ibunya menikah lagi, Adnessa Aisy, 22 tahun, dihadapkan pada pesona kakak tirinya, Axelio Hansel. Ketika perasaan terlarang mulai tumbuh, haruskah Adnessa menjauh demi keutuhan keluarga atau mengikuti cinta terlarang yang mengancam segalanya?

View More

Chapter 1

Chapter 1 (First meet)

Gadis cantik dengan penampilan sedikit tomboy itu menatap dingin ke arah pria yang duduk bersebelahan dengan ibunya, Margaretha Moore. Adnessa Aisy, seorang mahasiswi di salah satu universitas bergengsi di kotanya itu terang-terangan memperlihatkan ketidak sukaannya dengan pria yang sekarang sudah bersetatus sebagai ayahnya. Matanya menyipit, meneliti setiap gerak-gerik pria itu, seolah mencari celah atau kekurangan yang bisa ia gunakan untuk membenarkan prasangkanya.

"Ckkk, ini konyol," gerutu Adnessa pelan, namun cukup jelas untuk didengar oleh ibunya.

Adnessa menyilangkan kedua tangannya di depan dada, ekspresinya menunjukkan penolakan mentah-mentah. Pantas saja wanita yang selalu sibuk dengan pekerjaannya itu rela menyempatkan waktu untuk mengajaknya pergi keluar seperti ini. Biasanya, Margaretha lebih sering mengirim pesan singkat atau menelepon daripada meluangkan waktu untuk bertemu langsung. Ternyata, ada alasan lain di balik itu semua.

Ya, memang benar, tujuan Margaretha kali ini khusus untuk memberitahukan pernikahannya kepada Adnessa, putri tunggalnya. Selain itu, juga untuk memperkenalkan anggota keluarga baru kepada putri tunggalnya itu. Sebuah senyum tipis sempat terukir di bibir Margaretha saat membayangkan reaksi bahagia putrinya. Tapi, sepertinya semua tidak sesuai dengan apa yang dia harapkan. Adnessa sama sekali tidak menyambut berita ini dengan baik. Bahkan, aura dingin dan penolakan yang dipancarkan Adnessa membuat senyum Margaretha memudar.

"Nessa, jangan menatapnya seperti itu! Om Jhonatan sekarang adalah ayah kamu!" tegur Margaretha, melihat bagaimana cara putrinya menatap ke arah Jonathan.

Dengan mata menyipit, Adnessa tersenyum miring menatap ke arah ibunya, "Kemana saja? Kenapa baru sekarang memberitahu aku? Setelah semuanya sudah terjadi, Ma."

Pantas saja Adnessa tidak menyukai pernikahan baru ibunya, ternyata semua itu terjadi tanpa meminta pendapat dari Adnessa, dan lagi dirinya mengetahui semua ini setelah pernikahan itu berlangsung. 'Sebenarnya, apa mama masih menganggap aku sebagai putrinya?'

"Maafkan mama, Ness. mama melakukan semua ini bukan tanpa alasan. Lagi pula, jika mama memberitahu kamu lebih dulu, apa kamu akan memberikan restu kepada kami?" perlahan, Margaretha mencoba untuk menjelaskan kepada putrinya tentang situasinya sekarang.

Restu? Hah, sepertinya ini benar-benar tidak masuk akal. Jika pria yang akan menikahi ibunya benar-benar baik dan pantas untuk ibunya, tidak mungkin Adnessa tidak memberi restu. Walaupun dirinya terlihat sangat cuek dengan kehidupan ibunya, bukan berarti Adnessa tidak memperhatikan kebahagiaan ibunya.

Adnessa menghela nafas beratnya, berusaha meredam emosi yang bergejolak di dadanya. Setelah mendengar penjelasan dari Margaretha, yang terdengar seperti pembelaan diri daripada penjelasan yang tulus, Adnessa merasa semakin kecewa.

"Sudahlah. Lagi pula, tanpa restu dariku, kalian juga sudah menikah!" ucapnya dengan nada dingin dan datar, menyiratkan kekecewaan yang mendalam. Kalimat itu bagaikan tamparan keras bagi Margaretha, yang menatap putrinya dengan mata berkaca-kaca. 

Tanpa banyak berbicara lagi, Adnessa beranjak dari kursi yang ia tempati dan meninggalkan tempat itu. Ia tidak tahan lagi berada di sana

"ADNESSA?" panggil Margaretha dengan suara bergetar.

Melihat putrinya pergi dalam keadaan seperti itu, tentu saja Margaretha cemas. Bahkan, beberapa kali Margareth mencoba untuk memanggil putrinya. Namun, gadis itu tidak menghiraukan sama sekali panggilannya dan terus melangkahkan kakinya tanpa menoleh sedikit pun.

"Hahhh, sungguh memuakkan," gerutu Adnessa, langkah kakinya semakin cepat meninggalkan restoran. Ia tidak peduli lagi dengan panggilan ibunya. Baginya, percakapan ini sudah berakhir.

Melihat kecemasan Margaretha yang semakin menjadi, Jhonatan tidak tinggal diam. Dengan sabar, pria itu mencoba untuk menenangkan istrinya, menggenggam tangannya dengan lembut. "Biarkan dia pergi, Sayang. Mungkin Adnessa masih terkejut mendengar berita mendadak ini, dan membutuhkan waktu untuk menenangkan diri," ucapnya dengan nada menenangkan.

Jhonatan mengerti situasi ini. Ia sadar, dirinya tidak pernah muncul atau bahkan sekadar memperkenalkan diri kepada putri tunggal Margaretha, dan tiba-tiba saja dirinya muncul dengan status sebagai ayahnya. Wajar jika Adnessa terkejut dan sulit untuk menerimanya. Ia sendiri pun merasa bersalah karena situasi ini.

"Tapi, seharusnya hari ini kita memperkenalkan mereka dengan baik!" gumam Margaretha dengan raut wajah yang terlihat sedih dan kecewa. Matanya berkaca-kaca, menatap ke arah pintu yang baru saja dilewati Adnessa. Ia merasa gagal sebagai seorang ibu. Ia ingin putrinya menerima keluarga baru ini, tapi sepertinya harapannya pupus.

"Tidak apa-apa, kita bisa mengatur ulang acaranya nanti!" sahut Jhonatan lembut, seraya mencium kening Margareth sekilas.

"Baiklah!"

Beberapa saat setelah kepergian Adnessa, suasana di meja itu masih terasa kaku dan dipenuhi kekecewaan. Margaretha masih terlihat sedih dan Jhonatan berusaha menenangkannya dengan sentuhan lembut. Tiba-tiba, seorang laki-laki yang memiliki garis wajah hampir mirip dengan Jhonatan tiba dan duduk di meja yang sama. Tidak lain adalah putra semata wayang Jhonatan, Axelio Hansel.

"Maaf, aku terlambat, Ma, Pa!" ucap Axelio dengan nada menyesal, sembari memberikan senyum sopan kepada Margaretha dan ayahnya. Ia kemudian melirik ke sekeliling, seolah mencari seseorang. "Bukankah seharusnya ada orang lain di sini?" tanyanya dengan sedikit mengerutkan kening.

Axelio, CEO muda yang memimpin salah satu perusahaan di bawah naungan Hansel Group. Di usianya yang baru saja menginjak 26 tahun, Axelio sudah berhasil mengembangkan Hansel Publishing hingga meraup keuntungan ratusan triliun. Tak heran, Axelio banyak disegani dan dikagumi banyak orang, terutama kaum hawa. Ia memiliki karisma yang kuat dan aura kepemimpinan yang terpancar kuat.

Jhonatan dan Margareth yang tadinya sudah bersiap untuk pergi menyusul Adnessa, akhirnya mengurungkan niatnya setelah melihat kedatangan Axelio.

Axelio yang baru saja pulang dari luar negeri tentu saja tidak begitu mengetahui tentang kehidupan ayahnya. Satu-satunya yang Axelio tau, Ayahnya telah menikah dengan sekertarisnya, dan untuk hal detail lainnya, memang Axelio tidak mau terlalu ikut campur. Bahkan bagaimana wajah dari seorang yang akan menjadi ibu tirinya, baru kali ini Axelio mengetahuinya.

"Tidak apa-apa! Oh, iya, Axel, perkenalkan ini Margaretha, wanita yang baru saja Papah nikahi!" ucap Jhonatan, berusaha mencairkan suasana yang masih terasa canggung. Ia merangkul bahu Margaretha dengan sayang.

Margaretha tersenyum hangat kepada Axelio, mencoba bersikap ramah dan terbuka. "Panggil saja Mama, seperti Nessa memanggil saya!" ujarnya dengan nada lembut.

"Nessa?" Axelio mengerutkan kening, menatap ayahnya dan Margaretha secara bergantian. 

"Ahh, iya," Margaretha menghela nafas pelan, raut wajahnya kembali terlihat sedih. "Sayang sekali adik tirimu baru saja pergi beberapa menit lalu. Jadi, kami belum bisa memperkenalkan kalian!"

Adik tiri? Untuk hal ini, Axelio tidak pernah menduganya. Pasalnya, dilihat dari wajah wanita yang kini menjadi ibu tirinya, Margaretha, sama sekali tidak terlihat jika ia telah memiliki anak. Namun, Axelio tidak terlalu memikirkannya. Ia hanya memberikan respon berupa anggukan kecil, tanda ia menerima informasi tersebut tanpa mempermasalahkannya.

"Baiklah, kalau begitu, Axel juga mau pergi. Masih banyak pekerjaan yang belum Axel selesaikan!" ucap Axelio, beranjak dari duduknya. Walaupun ia baru beberapa hari kembali ke Indonesia setelah menyelesaikan urusan bisnis di luar negeri, ia sudah aktif kembali di perusahaan yang ayahnya kelola. Dedikasinya pada pekerjaan memang luar biasa.

Belum sempat Axelio melangkah pergi, seorang gadis dengan penampilan yang cukup unik—perpaduan antara feminin dan tomboy—menghampiri meja yang ia dan orang tuanya tempati. Raut wajahnya tampak kesal dan khawatir.

"Ma, apa rumah kita sudah berpindah tangan?" tanya Adnessa dengan nada suara yang meninggi, menunjukkan kekesalannya. Ia baru saja menerima telepon dari seseorang yang mengaku sebagai pemilik baru rumah yang telah bertahun-tahun ia dan ibunya tempati. Kabar ini tentu saja membuatnya panik dan marah.

Mendengar pertanyaan putrinya, Margaretha terdiam, tidak bisa berkata-kata. Ia menunduk, merasa bersalah. Ia tahu, hanya dengan cara itulah—menjual rumah mereka—ia bisa membujuk Adnessa yang keras kepala untuk pindah ke kota bersamanya dan memulai hidup baru dengan Jhonatan.

Adnesaa menghela nafasnya, "Jadi, ini semua benar, ma?"

Akhirnya Margaretha mengangguk, "Ini demi kebaikan kamu, sayang!"

Tidak habis fikir, kenapa banyak sekali kejutan yang dia dapatkah hari ini? Mulai dari pernikahan ibunya, rumah yang baru beberapa jam dia tinggalkan telah terjual, dan kini dirinya harus menuruti permintaan ibunya yang mengajaknya untuk pindah ke kota. Ke tempat asing yang belum pernah dia kunjungi, bahkan dirinya juga harus meninggalkan universitas yang telah memberikan banyak kenangan itu.

'Menjengkelkan sekali,' dengan wajah cemberut, di dalam hati, Adnessa sudah mengumpat menahan amarahnya.

"Hmmm. Kenapa mama bisa semudah itu melakukan ini? Bagaimana dengan kuliah ku, ma?" tanya Adnessa.

Margaretha menarik tangan putrinya dengan lembut, "Sayang, dengarkan mama! Apa kamu tidak ingin menghabiskan banyak waktu bersama mama? Dan masalah kuliah kamu nanti, mama dan papa sudah menyiapkan universitas terbaik untuk kamu di sana!"

Jhonatan tersenyum lembut dan mengangguk, ketika Adnessa menatap ke arahnya.

"Tapi, tetap saja, Ma. Tidak mudah untuk memulai semuanya dari awal!" sahut Adnessa yang masih keberatan dengan keputusan Margaretha.

"Memulai apa? Di sana kamu hanya tinggal masuk, semuanya sudah mama dan papa persiapkan untuk kamu!" jelas Margaretha.

"Aku tidak ingin menerima sesuatu dari orang asing!" ketus Adnessa.

Melihat sikap Adnessa, Axelio yang sedari tadi memperhatikan gadis itu tanpa sadar tersenyum tipis, sepertinya sedikit tertarik dengan Adnessa.

"Dia bukan orang asing, Nessa. Dia sekarang suami mama! Mama tidak ingin lagi mendengar bantahan dari kamu, sayang! Sebenarnya, apa yang membuat kamu keberatan untuk ikut dengan mama? Apakah itu karena Geovan?" sahut Margaretha dengan suara yang semakin melembut, seraya memegang bahu putrinya.

Adnessa terdiam, tidak ada gunanya lagi berdebat dengan Margaretha. Setelah di pikir-pikir, di dunia ini dia hanya memiliki ibunya, tidak ada salahnya juga jika mengalah, 'Masalah rindu, mungkin aku bisa menemuinya di akhir pekan!'

"Baiklah!" singkat Adnessa dengan ekspresi wajah yang terlihat pasrah.

"Teimakasih, sayang!" Margaretha tidak bisa lagi menyembunyikan kebahagiaannya, mendengar Adnessa yang akhirnya bersedia untuk ikut bersamanya.

"Baiklah, aku ingin segera beristirahat. Kemana aku harus pulang?" tanya Adnessa dengan wajah malas.

"Kebetulan sekali, kakak kamu juga akan keluar. Sepertinya, kalian akan searah!" sahut Jhonatan.

"Ohh, iya. Bagaimana kalau Adnessa di antar oleh kakak dulu?" timpal Margaretha.

Margaretha dan Jhonatan sengaja memberikan ruang untuk putra dan putrinya agar saling mengenal. Berharap, tidak ada lagi kecanggungan di antara mereka, karena impian Jhonatan kedepannya adalah membuat keluarga kecil yang di penuhi dengan kebahagiaan. Melihat putra dan putrinya akur, sepertinya itu sangat membahagiakan.

"Kakak?" mendengar apa yang di katakan oleh mereka, tentu saja Adnessa bertanya-tanya. Dan baru menyadari jika di sampingnya ada seoraang anak laki-laki.

Tatapan mata Adnessa dan Axelio tidak sengaja saling beradu. Tapi, beberapa saat kemudian Adnessa segera mengalihkan pandangannya ketika melihat Axelio tersenyum kecil dengan tatapan aneh ke arahnya, 'Iyuhh, apa-apaan dia?'

Jhonatan tersenyum, melihat bagaimana reaksi putranya yang begitu tenang mengetahui gadis di sampingnya adalah adik tirinya, 'Syukurlah, ini harapan terakhir saya. Semoga keluarga ini benar-benar menjadi keluarga paling bahagia!'

Rupanya, kegagalan yang pernah Jhonatan alami dulu, meninggalkan trauma tersendiri di hidupnya. Bahkan, selama bertahun-tahun Jhonatan sengaja untuk memilih hidup menyendiri tanpa adanya pendamping hidup. Namun, kedatangan Margaretha di dalam hidupnya, mampu mengubah pemikirannya itu.

"Jadi, bagaimana? Apa adik masih bersedia jika aku yang mengantar pulang?" tanya Axelio yang sudah beranjak dari kursinya, seraya merapikan jas yang ia kenakan. Tatapannya tertuju pada Adnessa, mencoba bersikap ramah namun tetap mempertahankan aura profesionalnya.

Apa? Pulang bersamanya? batin Adnessa dengan perasaan tidak nyaman. Melihat dari bagaimana cara pria ini melihatnya saja sudah cukup untuk membuatnya ragu. Apakah ia akan pulang dengan selamat? Pria ini terlalu percaya diri dan tatapannya... entahlah, sulit dijelaskan, tapi membuat Adnessa merasa risih.

"Ah, sepertinya itu sangat merepotkan!" dengan senyum paksa yang terlihat jelas di wajahnya, Adnessa mencoba menolak permintaan kedua orang tuanya dengan halus. Ia berharap mereka mengerti dan tidak memaksanya.

Sedangkan di sisi lain, Axelio sebenarnya merasa lega jika Adnessa menolak. Mengingat ia harus segera pergi untuk menghadiri sebuah pesta penting, dan jika ia harus mengantar Adnessa, sudah dipastikan itu akan memakan banyak waktu dan bisa membuatnya terlambat. "Kalau begitu, Axel pamit dulu, Ma, Pa!" ucapnya, berbalik untuk benar-benar pergi.

Namun, belum sampai Axelio melangkah jauh, Jhonatan berseru, "Tunggu! Kamu harus tetap mengantar adik kamu pulang, Xel. Kalau tidak—"

"Baiklah-baiklah, Pa!" potong Axelio dengan nada pasrah, menghela nafas pelan. Ia mengerti ayahnya tidak akan menyerah begitu saja.

Apa? Apa mereka sedang bercanda membiarkan ku pulang bersama pria ini?! batin Adnessa dengan panik dan kesal. Ia menatap ibunya dengan tatapan memohon, berharap ada pembelaan. Namun, margaretha hanya tersenyum seolah menyetujuinya.

***

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

default avatar
Niken Dya
favorit ...
2025-01-11 23:25:31
0
95 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status