3 cake sudah selesai kami buat. Lumayan melelahkan juga, cuy!Saat ini kami sedang bergoler goler ria di atas kasurku. Menunggu jam 23.30 kemudian kami akan meluncur ke apartemen pacar si Shabina.Ya ... seperti biasa, setiap ulang tahun pacar Shabina atau Mentari, kami bertiga akan saling menemani memberikan surprise dini hari macam ini. "Tiga bulan lagi Mas Gibran ulang tahun," ujarku sumringah. "Kalian bisa dong nemenin gue kasih surprise kayak ke pacar-pacar kalian selama ini?""Tentu saja!" balas Mentari. "Apalagi ini perdana. Ya gak, cuy?" imbuhnya yang diikuti anggukan kepala Shabina.Akhirnya tahun ini aku tidak sekedar jadi figuran. Tahun ini aku juga berkesempatan jadi pemeran utama. Secara biasanya aku hanya menemani Shabina atau Mentari, tapi tahun ini mereka juga akan menemaniku memberi surprise untuk kekasihku, hehehe."BTW ya, first kiss Lo keren banget, Audery. Bayangin, cuy! Gibran Maharsa Adinata!" gumam Mentari."First kiss gue memang si Om Tampan, tapi kalau first
Tepat pukul 07.30 pagi tampak sebuah range rove* hitam berhenti di depan rumah. Dari sisi kursi penumpang keluar seorang pria tampan yang tampak gagah dengan setelan jas berwarna navy tanpa dasi, dipadukan dengan kemeja berwarna putih dengan dua kancing teratas yang dibiarkan terbuka. Kesan maskulin sangat terlihat di penampilannya. Mama menyambut pria tampan itu dengan senyum hangatnya. Mengajak pria tampan berkulit cerah itu menuju meja makan rumah kami. Mempersilahkan pria itu memulai sarapannya bersama mama seraya menungguku yang masih bersiap di dalam kamar. "Maaf ya, Nak Gibran. Jadi merepotkan harus jemput Mama dan Audrey sepagi ini," ucap mama sambil menikmati sarapan paginya. "Tidak sama sekali, Ma. Saya memang ingin sarapan bersama Mama Aline dan Audrey. Jadi sekalian Kita bisa berangkat ke kantor bersama," balas Mas Gibran. Hari ini aku dan mama akan melihat langsung spot untuk Alina Gump di cafetaria kantor pusat Adinata Group. Sesuai ajak
"Audrey ... duduk sini!" lirih Mas Gibran seraya menepuk kedua pahanya.Astaga! Dia menyuruhku duduk di pangkuannya?"Ogah ah! Nanti dilihat Mama!" tolakku.Namun sepertinya penolakanku tidak bermakna. Tiba-tiba saja aku sudah dia angkat dan didudukkan di pangkuannya."Mas!" pekikku. Entah apa yang ada di otak Mas Gibran. Bisa-bisanya dia memangkuku di saat mama juga masih di rumah. Gimana kalau mama lihat?"Nanti dilihat Mama loh!" kesalku.Namun, Mas Gibran ya tetaplah Mas Gibran. Dia tidak peduli dengan protesku. Malah dengan santai dia menyuapiku."A ... " Mas Gibran menyuruhku membuka mulut. Akupun mendengus kesal melihat tingkahnya pagi ini."Kenapa? Gak mau disuapin pakai tangan? Ok!" Tak lama dia menggigit rotiku kemudian mengarahkannya ke mulutku."Mas!" geramku. Namun ... sudah bisa ditebak, Mas Gibran tetap kekeh menyuruhku memakan roti yang dia arahkan padaku dengan mulutnya. "Gak mau!" ketusku. Aku ber
"Selamat pagi, Pak Gibran," sapa Diana, asisten Tian. Entahlah kenapa Tian harus memiliki asisten?Em ... mungkin pekerjaannya sebagai sekertaris kesayangan Mas Gibran membuat pria yang tidak kalah tampan dengan Jay itu mengemban banyak tugas, jadi dia butuh bantuan orang lain untuk menghandle, sehingga dipilihlah Diana sebagai asistennya."Pagi, Diana," balas Mas Gibran. "Jadwal Saya hanya meeting selepas makan siang 'kan?"Wanita 29 tahun itu masih terpaku. Pandangannya sedari tadi tertuju pada genggaman tangan Mas Gibran di tanganku. Tampaknya dia terkejut melihat kedatanganku bersama boss besarnya."Diana!" Suara bariton Mas Gibran mulai mengintimidasi."I-iya, Pak. Jadwal Bapak hanya ada meeting selepas makan siang nanti.""Ok, bawakan semua dokumen yang harus Saya periksa dan letakkan di meja Saya!" titah Mas Gibran yang kemudian menarik lembut tanganku untuk berjalan masuk ke ruang kerjanya. Disusul oleh Diana dan setumpuk dokumen.Wah ... mewvaah sekali ruang kerjanya. Ruangan
"Yaudah besok kita nikah, yuk!" ajak Mas Gibran dengan senyum jahil yang tiba-tiba terbit di wajah tampannya. "Gila!" "Kamu yang buat Aku gila, Audrey." Suara serak khas pria yang sedang menuju 'pengen' mulai terdengar dari mulutnya. Tak lama kecupan hangat mulai aku rasakan di sepanjang garis rahangku. Perlahan naik ke arah pipi dan bermuara di bibir ranumku. Kini bibir kami mulai saling bertaut. Kami mulai saling mencumbu mesra. Saling memainkan lidah, menciptakan suara-suara kecupan yang renyah. Tanpa aba-aba Mas Gibran menggangkat kedua kakiku, menggendongku seperti anak koala. "Mas!" pekikku. Om Tampanku hanya tersenyum. Kemudian bibirnya kembali meraih bibirku. Dia kembali melahap bibirku dengan sangat intim. Perlahan dia berjalan, membawaku ke meja kerjanya tanpa melepas sedetikpun tautan bibir kami. Mas Gibran mendudukkanku di atas meja kerjanya, tepat di sebelah tumpukan dokumen yang baru selesai dia periksa. "Apa bisa Aku menaikkan levelku?" tanya Mas Gibran dengan waja
"Mas ... " lirihku lagi untuk kesekian kalinya. Aktivitas panas ini berlangsung tak terlalu lama. Tampaknya Mas Gibran takut kami tidak kuasa menahan diri untuk menuju ke level kenikmatan yang lebih lagi. CEO tampan itu mencium keningku cukup lama. Kemudian dia membantuku untuk duduk, membantuku memasang kembali penutup dadaku, sebuah benda berenda berwarna hitam yang tadi dia singkirkan dari tubuhku. Seraya memasangkan kaitan penutup dadaku, Mas Gibran sesekali mengecup punggungku, sontak membuat hasrat kami berdua kembali muncul. Namun seketika Mas Gibran menghentikannya. Dia bergegas membantu memakai kemejaku. Menutup akses yang membuat hasrat kami kembali bergejolak. "Rapikan dulu penampilanmu," pinta Mas Gibran sambil menunjuk cermin besar di sudut kamar istirahat ini dengan dagunya. "Aku mau menenangkan si dedek dulu." "Menenangkan si dedek?" tanyaku kebingungan. "Ya." Mas Gibran mengarahkan matanya ke sesuatu di antara kedua pangkal pahanya yang tampak mencuat. Astaga ...
Sesampainya di cafetaria kantor pusat Adinata Group, semua mata tertuju pada kami bertiga. Mungkin para pengunjung cafetaria itu bingung melihat Mas Gibran menggandeng tanganku padahal di sebelah kami ada sosok penyanyi hits, Clara Pambudi.Pasti mereka bertanya-tanya, siapa wanita berwajah blasteran yang digandeng CEO tampan mereka? Dan ... kenapa bukan menggandeng Clara yang konon adalah kekasihnya? Eh ... malah Mas Gibran menggandengku, si gadis blasteran."Gibran ... " terdengar suara manja-manja lenyeh Clara. Sesekali dia mendekatkan badannnya ke Mas Gibran, berbisik-bisik, entah apa yang dibisikkan. Namun tetap saja genggaman Mas Gibran di tanganku tidak mengendur sedikitpun.2 - 0 ya Mbak Clara, hehehe."1 salad sayur dan 1 teh tawar." Ooo ... eat clean seperti artis pada umumnya yang selalu menjaga body. "Kamu pesan apa, Audrey?""Soto ayam dan 1 teh manis," jawabku. "Mas apa?""Nasi padang dengan lauk rendang, otak, dan telur dadar.""Minum apa?""Hot lemon tea," timpal Clara
Setelah seharian menemani Mas Gibran dan bonus makan siang bersama Clara, akhirnya kini aku sudah di dalam mobil berdua bersama Mas Gibran menuju rumahku. "Mas ... ""Hem ... "Aku memberanikan diri menanyakan apa Mas Gibran masih sering bertemu Clara sampai-sampai dia tau bahwa Mas Gibran akan pergi ke London dalam minggu ini?"Mungkin dia tau dari Revan. Aku akan ke London bersamanya.""Revan sepupu Kalian?"Mas Gibran menjawab dengan sebuah anggukan."Mas ... ""Hem ... ""Apa aku boleh tanya sesuatu yg sifatnya sangat pribadi?""Apa?" Mas Gibran langsung melirikku.Aku sebenarnya sangat penasaran dengan perkataan Clara tadi ketika makan siang. Penyanyi semok itu bilang, bulan lalu Mas Gibran masih menginap di apartemennya, em ... apa mereka memang seintim itu? Tapi aku takut Mas Gibran tersinggung. Lagipula kejadian terakhir juga bulan lalu, artinya di saat Mas Gibran belum menjadi kekasihku."Kok malah diam? Katanya mau tanya sesuatu yang pribadi?""Ah, tidak. Aku hanya ingin ta