Share

Bab 8 Hasil Otopsi

Aku duduk di ruang interogasi bersama seorang pelaku pembunuhan. Namun, mirisnya ia masih seorang anak kecil di mataku. Saat pertama kali mendengar kasus ini, aku bertanya-tanya. Kehidupan sekeras apa yang sudah di jalani remaja itu. Tapi, sekarang aku tau. Mereka hanya mencoba bertahan hidup.

"Nak, kamu pasti tau akibat dari tindakanmu," ucap Suga dengan suara yang mengalun lembut tanpa tekanan sedikit pun.

Theo yang duduk di hadapan pria itu, perlahan mengangkat wajahnya hanya untuk sekedar menatap wajah pucat detektif itu. Theo mengangguk dengan ekspresi penuh penyesalan.

Suga menatap anak itu dengan lekat, "Tapi aku tidak menyalahkan tindakanmu. Apa yang kamu lakukan untuk adikmu lebih berarti dari pada nyawa manusia yang tidak lebih baik dari bintang," ucap Suga yang sukses membuat Theo terperangah.

Ucapan pria itu berbeda dari apa yang telah di lontarkan, oleh beberapa detektif lain yang memeriksanya.

"Aku tidak akan membuatmu kembali menceritakan pengalaman buruk mu itu. Tapi, sebagai formalitas, tolong jawab pertanyaanku dengan jujur," ucap Suga.

"Kemana kamu pergi setelah pulang sekolah? Dan, apa yang kamu lakukan?"

"Aku, bekerja paruh waktu sebagai pengangkut barang," ucap Theo dengan suara serak.

"Dimana?"

Theo menelan ludahnya susah payah, seakan menelan batu kerikil seukuran jempol tangan, saat Suga menatapnya dengan sorot mata yang tajam.

"Di pelabuhan. Meskipun sedikit berat, tapi upah di sana sangat besar," ujar Theo dengan jantung yang berdetak kencang.

Suga menganggukkan kepala dan terlihat mencatat sesuatu, pada note kecil yang selalu di bawanya. Hening, untuk sesaat tak ada yang bersuara. Theo yang melihat Suga hanya diam membolak-balik kertas yang ia tak tau apa isinya, membuat perasaan resah terus bergelayut di hatinya semakin membludak.

"Apa kamu tau, apa yang selalu di lakukan ayahmu. Selain mabuk dan berjudi?" tanya Suga setelah sekian menit di isi oleh keheningan.

"Aku tidak tau," ucap Theo sambil melirik ke arah sudut meja.

Sudut bibir Suga terangkat mendengar jawaban singkat dari remaja itu. Ia mengangguk lalu kembali berkata, "Hukuman untukmu sudah di putuskan. Namun, karena korban juga memiliki catatan kriminal yang cukup berat. Maka, penahanan mu akan di tunda."

Theo sontak menatap Suga dengan ekspresi terkejut, tapi tak lama sorot matanya berubah gelisah. Hal itu sedikit membuat Suga bertanya-tanya.

'Ia terkejut dan gelisah karena hukuman untuknya, atau karena ayahnya memiliki catatan kriminal parah?'

.....

Suga memasuki sebuah ruangan yang cukup berantakan, dan membuat mata sakit saat melihat tumpukan barang dan kertas di mana-mana. Melihat kekacauan itu Suga hanya bisa menghela nafas, saat melihat rekan-rekannya yang begitu sibuk dengan tugasnya masing-masing.

"Yo! Detektif Su, kau dari mana saja," seru Detektif Jonie. "Hasil otopsi sudah keluar, tolong segera ambil!"

Suga yang mendengar seruan dari seniornya segera bergegas, tanpa bertanya atau protes ia berangkat ke rumah sakit.

"Astaga, lihatlah dia. Kerjanya begitu cepat," ucap Detektif Jonie sambil tertawa kecil.

"Kalian para tikus, lihat dan contoh junior kalian itu."

Tiga orang detektif yang berada di ketua oleh Detektif Jonie itu, mendecih sebal dan saling menggerutu. Namun, meski begitu mereka mengakui apa yang di katakan oleh ketua mereka. Suga meskipun terlihat malas dan tak banyak bicara, ia selalu mengerjakan tugasnya dengan cepat dan tepat. Patut di jadikan teladan.

"Ah, andai saja rekan-rekanku semuanya seperti anak itu. Pasti kasus ini cepat selesai," celetuk Detektif Jonie yang di sambut dengungan protes dari para rekannya.

"Baik, baik. Aku berhenti. Jadi bagaimana hasil dari pengamatan cctv di sekitar tempat tinggal korban? Apa yang sudah kau temukan, Detektif Yang?," tanya Detektif Jonie sambil berjalan mendekat ke arah detektif berkepala botak bernama Yang Cuan.

"Dari cctv tak ada yang aneh, hanya menampilkan korban yang pulang pergi dalam keadaan kacau. Tapi, ini membuatku sedikit merinding. Dia setiap hari mabuk, apa kabar dengan organ dalamnya?"

Detektif Jonie menghela nafas berat, "Bagaimana dengan informasi dari kepolisian?," tanya Detektif Jonie.

"Itu, pihak sana belum menghubungi. Sepertinya keadaan sedikit kacau, mereka kecolongan dan kasus ini di ketahui oleh para reporter."

"Astaga, kalau begitu minta surat izin penyelidikan untuk memeriksa langsung TKP," ucap Detektif Jonie sambil mengurut keningnya yang tiba-tiba berdenyut nyeri.

"Siap!," seru Detektif Yang.

"Ah, iya! Jika sudah mendapat surat izinnya, langsung pergi ke TKP, bawa anak itu juga. Pelakunya!" teriak Detektif Jonie pada Detektif Yang.

Tak berapa lama setelah Detektif Yang pergi, Suga berlari memasuki ruangan dengan terburu-buru. Detektif Jonie yang melihat kedatangan Suga, melotot terkejut.

"Wah, kau sudah kembali? Berapa jarak dari sini ke rumah sakit, aku jadi lupa."

"Ketua, hasil otopsi sudah keluar. Dan seperti yang di duga, selain mabuk dan judi. Dia juga seorang pemakai. Bahkan kandungan zat narkotika dalam darahnya begitu tinggi," ucap Suga sambil menyerahkan berkas hasil dari otopsi jasad korban.

Detektif Jonie begitu serius membaca hasil pemeriksaan itu, alisnya mengerut dan sesekali ia menganggukkan kepalanya.

"Kita akan mulai mencari, minta rekan detektif dari divisi lain untuk membantu. Cari jejak korban mendapatkan barang itu. Ini akan sedikit merepotkan, tapi cukup sepadan dengan apa yang mungkin kita dapat."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status