Share

Bab 9 TKP

Penulis: BabyKucing
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-02 08:49:58

Seorang pria botak berlari masuk dengan tergesa-gesa, ke sebuah kantor detektif khusus swasta. Detektif Yang Cuan baru saja kembali dari kantor kepolisian pusat, guna meminta surat pengajuan penyelidikan lapangan atas nama detektif swasta.

"Ketua! Aku kembali. Surat pengajuannya di terima," ucap Detektif Yang sambil mengeluarkan secarik kertas.

"Bagus! Langsung berangkat," timpal Detektif Jonie.

"Panggil Detektif Suga, dan juga si pelaku."

Detektif Jonie bangkit dari duduknya, dan menyambar jaket kulit yang teronggok di meja kerjanya. Detektif Yang untuk sesaat menghela nafas berat, ia tak menyangka jika ketuanya akan langsung ke TKP begitu surat pengajuannya di terima.

"Kita tidak rapat dulu, ketua?," tanya Detektif Yang Cuan, yang sedikit kesulitan mengikuti langkah Detektif Jonie yang lebar.

"Tak usah, kita membutuhkan bukti bukan diskusi yang tak membuahkan hasil seperti itu."

....

Suasana perumahan di distrik Ss begitu sunyi, apalagi semenjak garis kuning polisi menghiasi salah satu rumah di sana. Detektif Jonie menyibak garis polisi sambil mengenakan sarung tangan karet.

"Ketua, apa kau yakin kita akan melakukan penyelidikan sekarang?," tanya Detektif Yang.

"Jika bukan sekarang, lalu kapan?," jawab Detektif Jonie sambil membuka pintu rumah dimana kasus pembunuhan itu terjadi.

"Tapi, ini sudah malam ketua! Kenapa tidak besok pagi?," tanya Detektif Yang lagi, dengan nada jengkel yang tak dapat ia sembunyikan dari suaranya.

Detektif Jonie berhenti dan menatap Detektif Yang, "Apa kau tak lihat berita? Kasus ini sudah muncul di televisi. Apa kau tau artinya? Ini bisa menjadi hal baik dan juga buruk," ucap Detektif Jonie.

"Meskipun anak itu menjadi pembunuh, tapi pikirkan juga perasaannya. Ini tak sepenuhnya menjadi kesalahan di pelaku."

Setelah mendengar perkataan ketuanya yang begitu dalam, Detektif Yang Cuan merasa tertampar dengan kenyataan bahwa dirinya sedikit merasa sangsi pada si pelaku. Matanya yang seringkali bersinggungan dengan masalah benar dan salah, tampaknya juga mengaburkan rasa empati dan nuraninya. Ia terlalu fokus pada hukum dan keadilan.

"Hukum saat ini terlalu adil, hingga rasanya menjadi tak adil," ucap Detektif Jonie.

Clak!

Suara pintu yang di buka, mengalihkan perhatian kedua pria yang sedang dalam suasana canggung itu. Sosok Suga muncul dari balik pintu dengan beberapa orang rekan detektif lainnya, juga tak lupa Theo di pelaku.

"Maaf, kami sedikit terlambat ketua," ucap Detektif Suga.

"Tak apa, kalau begitu cepat periksa. Kumpulkan dan catat apapun yang di rasa mencurigakan dan perlu di selidiki," seru Detektif Jonie kepada rekan detektif lainnya.

Suga memandang keadaan rumah yang tak terlalu besar itu, dengan mata sayu yang terlihat malas. Kondisinya begitu buruk, pecahan kaca dan perabotan yang entah bagaimana bisa hancur berserakan tak menentu.

"Kau kemari," ucap Suga pada Theo.

"Kita reka adegan, anggap aku adalah ayahmu. Bagaimana kamu menghampirinya dan menusuknya dengan botol," ucap Suga.

Untuk beberapa saat Theo kembali mengulang adegan itu, saat ia menghabisi ayahnya. Semua di lakukan Theo tanpa kurang atau lebih, ia melakukannya sama seperti terakhir kali. Semua masih berjalan lancar saat Suga menanyakan beberapa pertanyaan mengenai adegan itu. Namun, saat semua adegan selesai Theo terlihat tidak baik-baik saja.

"Hei, kau kenapa? Nak?," tanya Suga sambil memegang pundak Theo.

Theo meringis kecil sambil memegangi ulu hatinya, wajahnya pun mendadak pucat. Lalu sedetik kemudian remaja itu lari keluar.

"Hei! Cepat susul anak itu!,"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Obsesi Gila Si Pembuat Boneka Mayat    21. Awal yang Baru

    Setelah beberapa saat, Kanaya berhenti menangis dan memisahkan dirinya dari Theo. Ia memandang Theo dengan mata yang masih basah. "Kakak... kenapa kamu datang?" tanya Kanaya dengan suara yang lembut. Theo merasa sedikit gugup, tapi ia berusaha untuk tetap tenang. "Kakak ingin melihatmu, Kanaya," jawab Theo. "Kakak ingin membantumu pulih." Kanaya memandang Theo dengan mata yang penuh keraguan. "Apakah kakak bisa membantuku?" tanya Kanaya. Theo mengangguk dengan percaya diri. "Kakak bisa, Kanaya," jawab Theo. "Kakak akan membantumu pulih dan melupakan masa lalumu." Kanaya memandang Theo dengan mata yang penuh harapan. "Terima kasih, kakak," gumam Kanaya. Theo tersenyum dan memeluk Kanaya lagi. "Kakak akan selalu ada untukmu, Kanaya," jawab Theo. Saat itu, Suga memasuki kamar dan memandang Theo dan Kanaya dengan senyum. "Bagaimana kabar, Kanaya?" tanya Suga. Kanaya memandang Suga dengan mata yang penuh rasa terima kasih. "Terima kasih, Suga-san," jawab Kanay

  • Obsesi Gila Si Pembuat Boneka Mayat    20. Dibalik Jeruji Besi

    Saat Suga dan rekan Detektif lainnya selalu di sibukkan oleh berbagai kasus,waktu terus berlalu dengan cepat. Delapan tahun telah berlalu sejak Theo dipenjara. Ia telah mengalami banyak hal di balik jeruji besi, dari pertarungan dengan narapidana lain hingga pertobatan dan perubahan diri. Theo telah menjadi orang yang berbeda dari yang dulu. Ia telah memikirkan kesalahannya dan memutuskan untuk mengubah hidupnya. Ia telah mengikuti program rehabilitasi dan telah belajar banyak hal baru. Tapi meskipun ia telah berubah, Theo masih merasa bahwa ia memiliki hutang budi kepada Suga. Ia masih ingat janji yang Suga buat kepadanya, dan ia berharap bahwa Suga masih menungguinya. Suatu hari, Theo dipanggil oleh petugas penjara untuk menerima tamu. Ia tidak tahu siapa tamu itu, tapi ia berharap bahwa itu adalah Suga... Apakah tamu itu benar-benar Suga? Apakah Theo akan dapat memenuhi janjinya kepada Suga? Semua itu masih menjadi misteri... Theo berjalan menuju ruang tamu, hatinya ber

  • Obsesi Gila Si Pembuat Boneka Mayat    19. Keraguan dan Keyakinan

    Suga langsung merasa bahwa ada sesuatu yang tidak biasa tentang kasus ini. Pembunuh berantai satu dekade lalu tidak meninggalkan pesan seperti itu. "Apa yang membuat pembunuh ini berbeda dari pembunuh berantai satu dekade lalu?" tanya Suga kepada Detektif Jonie. Detektif Jonie menggelengkan kepala. "Saya tidak tahu," kata Detektif Jonie. "Tapi saya pikir kita harus mencari tahu." Suga mengangguk setuju. "Saya akan memeriksa profil psikologis pembunuh berantai satu dekade lalu dan membandingkannya dengan profil psikologis pembunuh ini," kata Suga. Setelah beberapa saat, Suga menemukan sesuatu yang mencolok. "Pembunuh berantai satu dekade lalu memiliki motif yang jelas, yaitu untuk mencapai keseimbangan," kata Suga. "Tapi pembunuh ini memiliki motif yang tidak jelas. Ia meninggalkan pesan yang berbeda dari pembunuh berantai satu dekade lalu." Detektif Jonie mengangguk dengan serius. "Saya pikir kita harus mencari tahu apa yang membuat pembunuh ini berbeda dari pembunuh beranta

  • Obsesi Gila Si Pembuat Boneka Mayat    18. Pola Pembunuh

    Setelah 2 hari lalu mendapat pecuil petunjuk aneh dari orang misterius dalam telpon, dan juga teror yang mendadak di alami oleh Detektif Jonie. Kini pria itu kembali bekerja bersama rekan timnya lain. Saat ini Detektif Jonie terus memeriksa data para korban, mencari pola atau kesamaan yang dapat membantu mengungkap identitas pembunuh. Suga, yang sedari tadi duduk diam, tiba-tiba berbicara. "Detektif, saya pikir saya tahu apa yang sedang terjadi," kata Suga. Detektif Jonie menoleh ke Suga dengan rasa penasaran. "Apa yang Anda maksud?" tanya Detektif Jonie. Suga mengambil napas dalam-dalam sebelum menjawab. "Saya pikir pembunuh ini sedang mencoba mengirimkan pesan," kata Suga. "Pesan yang terkait dengan anggota tubuh yang hilang." Detektif Jonie merasa bahwa Suga mungkin benar. "Apa yang Anda pikir pesan itu?" tanya Detektif Jonie. Suga menggelengkan kepala. "Saya tidak tahu," kata Suga. "Tapi saya pikir kita harus mencari tahu." Detektif Jonie mengangguk setuju. "Baik, kit

  • Obsesi Gila Si Pembuat Boneka Mayat    17. Bisnis Gelap

    Detektif Jonie dan polisi itu mendengar suara langkah kaki yang semakin dekat. Mereka berdua mempersiapkan diri untuk menghadapi apa pun yang akan terjadi. Tiba-tiba, seorang bayangan muncul di tangga. Bayangan itu terlihat seperti seorang wanita dengan rambut panjang dan gaun hitam. "Siapa Anda?" tanya Detektif Jonie, mencoba untuk tidak menunjukkan rasa takut. Bayangan itu tidak menjawab. Ia terus berjalan menuju Detektif Jonie dan polisi itu. Detektif Jonie dapat merasakan adrenalin yang meningkat dalam tubuhnya. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya... Tiba-tiba, bayangan itu berhenti di depan Detektif Jonie. Ia menatap Detektif Jonie dengan mata yang kosong. "Selamat datang, Detektif Jonie," kata bayangan itu dengan suara yang pelan. "Saya telah menunggu Anda." Pertemuan misterius dengan seorang pria aneh, pada awalnya Detektif Jonie merasa skeptis. Akan tetapi, saat ia mulai membuka suara. Entah itu sebuah fakta atau bukan, itu cukup membuat Detektif itu tercen

  • Obsesi Gila Si Pembuat Boneka Mayat    16. Apartemen Kosong dan Rumah Kaca

    Detektif Jonie memandang pria itu dengan curiga. Ia tidak tahu apa motif pria itu untuk membantu. "Apa yang Anda maksud dengan 'Luna sedang dalam bahaya'?" tanya Detektif Jonie. Pria itu mengambil napas dalam-dalam sebelum menjawab. "Luna telah menerima ancaman dari seseorang yang tidak dikenal," kata pria itu. "Dan saya pikir ancaman itu terkait dengan kasus orang hilang yang sedang Anda selidiki." Detektif Jonie langsung meminta pria itu untuk memberikan lebih banyak informasi tentang ancaman itu. Saat pria itu sedang menjelaskan, polisi yang sedang mencari alamat rumah Luna datang menghampiri Detektif Jonie. "Detektif, kami telah menemukan alamat rumah Luna," kata polisi itu. "Apa itu?" tanya Detektif Jonie. "Alamat rumah Luna adalah di sebuah apartemen di kota," jawab polisi itu. "Tapi, ada sesuatu yang aneh. Apartemen itu telah dikosongkan." Detektif Jonie langsung meminta polisi untuk menyelidiki apartemen itu lebih lanjut. Detektif Jonie dan polisi yang men

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status