Marvel beristirahat 30 menit di kantornya lalu kembali ke parkiran untuk menjemput Grace.Grace yabg tengah membaca bukunya itu terkejut dengan getaran ponselnya dan menampilkan foto Marvel. Ya, Marvel tengah memanggilkan Grace ke panggilan video call di aplikasi hijau.Grace terkejut, Xella yang melihat guratan wajah kusut Grace tersenyum jahil. Ia menyandarkan ponselnya di buku milik Xella yang ia kumpulkan di atas meja belajar mereka lalu memberikan pada Grace headset bluetooth setelah terhubung dan menekan tombol hijau.Grace cukup terjeut dengan wajah Marvel yang tiba-tiba saja muncul dan Xella cekikan lalu kembali terdiam melanjutkan meringkas bukunya."Apa?" tanya Grace pelan. Marvel yang melihat Grace tengah berada di dalam kelasnya mengerutkan keningnya dan memasang wajah datar setelah ia mengetahui bahwa ini belum jam pulang kuliah."Lagi apa?" tanya Marvel menatap Grace.Grace memperlihatkan bukunya yang berisi tulisan dan pena di tangan kidalnya. Marvel manggut-manggut men
Marvel membalikkan tubuh mungil Grace lalu menatap gadis itu dengan napas terengah-engah dan mata yang terbuka. Jujur saja, Grace sudah menikmati sentuhan Marvel yang membuatnya mabuk kepayang dan takut jika Marvel akan berbuat diluar batas pada dirinya.Grace menatap dada bidang milik Marvel lalu ia menoleh ke arah lain. Malu jika ia harus berhadapan di depan Marvel dengan keadaan Marvel yang bertelanjang dada seperti ini. Melihat sikap dari Grace yang menoleh ke arah lain, Marvel seketika menatap tubuhnya. Oh, pantas saja singa kecilnya itu beralih tatapan dari dirinya.Marvel tersenyum jahil. Ia membungkukkan tubuhnya lalu mengangkat tubuh mungil Grace."Eh, Om!" pekik Grace."Turunin Om," pinta Grace seraya memukul bahunya.Marvel terkekeh melihat Grace yang ketakutan seperti itu."Sayang, gimana kalo kita mandi bersama?" usul Marvel sambil menaik turunkan alisnya. Mendengar usulan dari Marvel tersebut membuat Grace memberontak di gendongan Marvel bukan main. Ia menendang kakinya
Grace tahu ke mana arah jalan pembicaraan Marvel. Tetapi, di dalam kepala Marvel, pria itu secara halus tidak boleh Grace melakukan hal seperti ini bersama dengan pria lain selain dirinya. Marvel tidak sudi dan tidak akan pernah ikhlas walau itu hanya seujung kuku.Melihat gelagat Grace yang ketakutan, Marvel membopong tubuh Grace menuju area shower di mana tempat pemandian itu dilapisi dengan kaca buram. Marvel menggeser kaca tersebut setelah mereka berdua masuk, lalu ia menyalakan shower dan air dari atas ke bawah menyiram tubuh mereka berdua.Marvel menatap Grace yang terkena air shower itu, Grace yang menatap ke depan, menatap ke dada bidang Marvel yang basah dan juga itu terlihat sangat menggoda di mata Grace.Setelah di rasa pas, Marvel mematikan shower tersebut lalu ia mengambil sabun mandi beraroma mawar yang sengaja ia brli terlebih dahuli sebelum Grace menginap untuk kedua kali di rumahnya."Apa kamu gak ada niatan buat buka seluruh pakaian kamu, gitu?" tanya Marvel. Dengan
Grace terdiam, ia tak tahu harus menjawab apa."Om, aku masih semester 1.""I don't care, Grace. Saya suka sama kamu apa adanya. Saya gak mikir kamu masih sekolah atau enggak. Apa kamu suka sama saya?"Dengan malu-malu, Grace menganggukkan kepalanya. Jujur saja, ia menyukai Marvel. Marvel yang mempesona dan tampan di matanya itu, siapa yang tidak tertarik?Marvel tersenyum melihat Grace yang menganggukkan kepalanya. Lucu sekali. Marvel mengangkat dagu Grace lalu menyatukan birai mereka berdua. Menyalurkan rasa cinta di sana.Marvel mengangkat tubuh mungil Grace lalu ia mendudukkan tubuh Grace di pangkuannya. Marvel juga menuntun tangan Grace agar memeluk lehernya dan Marvel memperdalam ciuman mereka.2 menit kemudian, Marvel menyudahi ciuman mereka. Wajah Grace yang memerah itu sangat menggoda untuk tidak dicium pipinya.Cup!Grace terpaku saat Marvel mengecup pipinya."Ih ... Om!" pekik Grace. Marvel tertawa, ia menyuruh Grace untuk segera masuk ke dalam rumah karena apu unggun juga
Grace memilih untuk duduk di depan cermin meja rias. Ia menyisir rambutnya lalu kembali mengenakan handuk kecil di atas kepalanya karena rambutnya yang hitam itu masih basah. Grace menunggu kedatangan Marvel. Ia ingin segera meminta naaf karena dirinya melakukan hal kekerasan pada Marvel.***Setelah Marvel menyelesaikan ritual penandiannya, Marvel mengeringkan rambutnya tebalnya menggunakan hair dryer yang disimpan di laci kabinet dekat wastafel lalu ia mengenakan cologne di tubuhnya yang dibaluti handuk kecil di pinggang hingga lututnya.Ceklek!Marvel membuka pintu kamar mandi dan melihat Grace yang tengah termenung di meja rias. Ia tengah menatap kosong keluar jendela kamar Marvel yang menjulang tinggi itu.Marvel tersenyum lalu ia melangkahkan kakinya perlahan mendekati Grace. Ia memeluk tubuh mungil Grace dari belakang, memeluk erat pinggang Grace dengan kedua tangan kekarnya lalu meletakkan dagunya di pundak Grace. Aroma shampoo dari rambut Grace yang dibaluti handuk itu mengua
Marvel tersenyum saat Grace menerima suapannya. Selanjutnya Grace kembali mengerjakan soal-soal yang ia buat sendiri. Sementara Marvel sesekali fokus untuk menyuapi Grace yang tengah mengerjakan soal-soal angka di sana."Om, kalo hasil ini berapa, ya?" tanya Grace mendongak menatap Marvel yang tengah menatap televisi sambil memakan cemilannya yang berada di pangkuan pria itu.Marvel menoleh ke arah Grace lalu ia mengambil buku tulis gadis itu beserta pena di sana lalu ia mengerjakan soal-soal yang Grace buat sendiri. Sebenarnya, Grace ingin melihat kinerja otak pria itu. Apakah masih berfungsi untuk mengerjakan soal kalkulus itu atau bukan? Atau mungkin saja ia telah lupa mengenai hitung-hitungan karena mengurus kantor bisnisnya itu.Tap!Marvel meletakkan pena dan buku tulis di depan Grace. Gadis itu terpukau akan otak Marvel yang sangat cerdas dan mampu mengerjakan soal sepuluh buah itu 4 menit. Biasanya, Grace akan mengerjakan soal-soal tersebut sampai 12 menit atau lebih cepat 8 m
"Jantung kamu sedang berdisko ya, Sayang?" tanya Marvel jahil."Ini juga gara-gara Om. Kalau gak Om giniin, pasti juga di gak kayak gini.""Tapi, kamu suka 'kan saya giniin?"Grace memalingkan wajahnya ke arah lain. Wajahnya memerah menahan malu akibat perkataan Marvel yang benar itu. Jujur saja, Grace menikmati sentuhan Marvel yang pertama kali ia rasakan. Sangat nikmat. Grace tidak berbohong.Kruk!Bunyi di perut mungil milik Grace berbunyi. Cacing di perutnya itu memberitahu pada Grace agar ia memakan sesuatu untuk mengisi perutnya."Hahahaha." Marvel tertawa ngakak, sungguh Grace sangat lucu sekarang. Dari wajahnya yang tengang menjadi menahan malu karena perutnya yang keroncongan minta diisi.Camilan tadi tidak membuat perut Grace menjadi kenyang. Hanya sebagai pengganjal saja."Ya udah, yuk makan siang."Marvel menarik tangan Grace menuju dapur. Di sana sudah terhidang makan siang mereka yang masih hangat oleh Bi Tuti."Selamat makan Tuan, Non Grace.""Makasih banyak ya, Bi," ja
Saat Marvel ingin menjauhkan tubuhnya dari Grace, tubuh Grace seketika menjadi lemah. Marvel terkejut dan dengan sigap ia menahan tubuh Grace agar tak terjatuh walaupun mereka duduk di atas sofa sekarang.Grace tertidur dengan pulas setelah sekian lama ia menangis, melihat hal itu Marvel berinisiatif untuk mengangkat tubuh Grace menuju kamarnya ala bridal style. Setelag sampai di dalam kamar, Marvel menutup pintu kamarnya menggunakan kaki lalu meletakkan Grace dengan lembut di atas ranjang empuknya agar gadis itu tak terbangun.Marvel perlahan-lahan, menaiki ranjang lalu ia menatap wajah Grace yang kusut. Di sana masih tertinggal jejak air matanya. Marvel menghapusnya dengan tissue basah dengan lembut tanpa ingin membangun Grace. Semoga saja dia tak bangun, pikir Marvel.Setelahnya, barulah Marvel kembali menaiki ranjang setelah ia membuang tissue basah itu di dalam tong sampah. Marvel mengelus rambut Grace yang hitam itu, rambutnya sangat cantik, hitam, lebat dan wangi.Marvel mendek