Pria yang menemukan seorang gadis di tempat tertutup dan dia ingin memiliki gadis yang terpaut jauh dari umurnya. Dia menginginkan gadis itu dengan cara apapun, untuk mendapatkan dirinya. Dia rela dan bahkan melakukan hal yang dianggap sangat kurang ajar agar dia bisa melihat gadis tersebut setiap harinya, menemani aktivitasnya dan melakukan hal-hal lain. Apakah gadis itu akan menerima pria yang arrogan itu? Bahkan cinta sekalipun? Apa saja yang diberikan pria itu terhadap hidup sang gadis?
View More"Acara peresmian akan dimulai sebentar lagi. Tuan Retirado dan beberapa petinggi sudah bersiap, sebaiknya anda segera mengambil tempat juga," ujar wanita itu menjelaskan maksud kehadirannya."Baik, aku akan segera ke sana." Marvel mengafirmasi diiringi anggukan kecil."Ah-Sayang, ini Rebleza, sekretaris baruku."Sesuai dengan apa yang Marvel katakan, Rebleza Dale, atau yang lebih akrab dipanggil Leza ini merupakan sekretaris baru Marvel yang menggantikan jabatan sekretaris lama di perusahaan. Perangainya cantik dan menawan, terlihat begitu dewasa di usianya yang baru menginjak kepala tiga. Rebleza kemudian memperkenalkan dirinya secara pribadi kepada Grace dengan sedikit membungkukkan badan, tersenyum ramah, lalu berkata, "Saya Rebleza Dale, Nyonya. Saya harap kita bisa segera akrab."Grace mengindahkan Rebleza dengan anggukan, ia tak perlu repot-repot memperkenalkan dirinya juga, toh semua orang di sini juga sudah tahu kalau dia adalah Nyonya Marvel Zeroun Monte
"Kenapa? Kau takut mencintainya?""Daripada itu, aku jauh lebih takut jika dia akan mencintaiku lebih dulu.""Bukannya itu bagus?""Aku tidak mau dia bernasib sama sepertiku di masa depan. Diting-""Ssstt! Bicaramu melantur, apa kau sedang mabuk sekarang?"Marvel tersenyum pahit."Ya, anggap saja begitu.""Omong-omong, bolehkah aku mandi di sini?" Carro mengubah topik pembicaraan selagi menciumi ketiaknya sendiri."Jujur saja, dari semalam aku belum mandi karena tidak sempat.""Silahkan," ujar Marvel."Aku akan mengantarmu pulang setelah mandi.""Setelah itu, apa kau akan kembali ke kantor?"Marvel menggeleng."Hari ini libur setengah hari karena akan ada persiapanperesmian.""Kalau begitu, boleh minta tolong antarkan aku mampir ke rumah sakit? Ada sesuatu yang harus kulakukan sebentar," tanya Carro setengah malu-malu, takut merepotkan."Oke, santai saja," timpa Marvel.Baru kemudian Carro membawa
"lya, tapi bukan ke aku. Tapi ke Yvan.""Kok ngomongnya begitu?" Jujur saja, Grace bingung."Boneka di kamar kamu ... Yvan yang ngasih kan?" tanya Marvel memastikan."lya.""Kalian pacaran?"Grace melongos."Heh, astaga! Kamu jangan salah paham dulu. Itu kemarin kita berantem, makanya Yva-""Tadi Yvan ngirim pesan ke kamu waktu kamu masih tidur. Aku baca. Dia ngajak kamu jalan-jalan besok, katanya sebagai ganti karena kamu sudah datang ngasih semangat ke dia," Marvel mendongakkan kembali kepalanya, kemudian menatap Grace sambil cemberut."Jangan jalan-jalan sama Yvan.""Suami aku kan lagi sakit, masak aku tinggal jalan-jalan sama cowok lain?" Grace tersenyum hangat, jari-jarinya tergerak untuk mengusap lembut surai hitam Marvel, berharap pria itu tidak tenang. Sebab dari caranya menatap, Marvel tampak sekali sedang menahan sesuatu yang tidak ia suka."Jadi maksudnya kalau aku tidak sakit, kamu mau jalan-jalan sama Yvan?" tanya Marvel
Lagi-lagi, Grace memilih untuk diam. Lebih baik ia segera menutup pintu dan pergi dari kamar laki-laki mabuk itu. la tidak ingin mendengar apapun dari mulut Marvel yang akan menyakiti hatinya lebih jauh. Marvel tidak sedang melantur, ia sedang berkata jujur. Setidaknya itu yang bisa ia simpulkan sekarang. Saat ini, Grace sudah kembali ke kamarnya. la berusaha memejamkan matanya supaya bisa segera tidur, tapi agaknya usahanya itu sia-sia. Terhitung hampir satu jam ia terus bergerak gelisah di atas ranjangnya-miring ke kanan, miring ke kiri, terlentang, tengkurap, dan bahkan sempat kayang sebentar. Tapi tetap saja, bukannya capek dan membuatnya mengantuk, hal itu justru membuatnya semakin melek. Sejujurnya, hati kecil itu sedang berkecamuk. Pikirannya terbang ke mana-mana. Overthinking. Sampai akhirnya suara pintu yang dibuka mengejutkannya, membuyarkan lamunan sesaatnya. Tak disangka, Marvel kini memasuki kamarnya dan mulai menaiki ranjangnya."Kamu, ada apa?" tanya Grace lirih,
"Aku tidak akan menyerahkan PrimeVenture ke tanganmu, kecuali kau memiliki setidaknya satu orang anak."Retirado, pria yang usianya nyaris menyentuh angka tiga perempat abad itu tengah menyidekapkan tangannya di atas meja, menatap Marvel yang kini duduk di hadapannya dengan wajah kecewa."Tapi, Pa.""Tolong bersikap profesional, kita sedang berada di kantor, itu artinya aku adalah atasanmu, bukan ayahmu," koreksi Retirado dengan suara tegas dan berwibawa.Marvel sempat menghela napas gusar, sebelum akhirnya mengangguk dengan penuh keterpaksaan."Sebelumnya, saya minta maaf. Tapi, Tuan Presdir sudah berjanji kepada saya, bahwa Tuan akan menyerahkan PrimeVenture kepada saya sepenuhnya setelah proyek pembangunan proyek kantor cabang yang saya ketuai selesai. Peresmian akan dilaksanakan dalam waktu dekat dan saya mohon dengan sangat untuk Anda menepati janji Anda.""Aku berubah pikiran," ujar Retirado sontak membuat Marvel terperangah tak percaya."Ken
"Pengantin baru itu tidak bisa jauh-jauh, bawaannya nempel terus," Zuke berujar seolah berpengalaman."Aku maklumi.""Tapi setelah kupikir-pikir, kau ini maruk sekali Marvel," imbuh Zuke setelahnya. Marvel yang merasa bingung kontan mengangkat sebelah alisnya tinggi."Maruk?"Zuke mengangguk."Setelah dengan Abriel dan ditinggal pergi selamanya, kau menikahi musuhnya yang tak kalah cantiknya. Sepertinya pelet keluarga Sansan sangat kuat hingga kau tak mau mencari wanita lain yang lebih dewasa alih-alih perempuan S2.""Bukan seperti itu, kau salah paham. Aku menikahi Grace juga karena alasan, tidak sembarangan." Marvel buru-buru menyangkal."Lagipula jika disuruh memilih, aku juga akan mencari wanita yang sepantaran untuk diajak berumah tangga.""Kalau kau tidak mau, berikan saja padaku. Tipe idealku gadis-gadis imut seperti istrimu," kelakar Zuke spontan membuat Marvel menatapnya tajam. Pria berkulit putih itu tentu kelabakan."Bercanda,
Tok! Tok! Tok!"Om Marvel sudah tidur?" Grace berseru selagi mengetuk pintu, menunggu jawaban dari sosok manusia yang berada di dalam sana.Omong-omong ini sudah hampir jam sembilan malam, ia tak sepenuhnya yakin bahwa si pemilik kamar ini masih terjaga."Belum, ada apa?"Oh, ternyata dugaannya salah. Dia lantas melirik sekilas sebuah kotak berukuran sedang yang tengah ia bawa, kemudian kembali menyeru."Marvel, ini ada paket. Aku taruh depan pintu atau bagaimana?""Bawa masuk saja, pintunya tidak di kunci," titah Marvel dari balik sana.Grace hanya menurut, dengan gerakan perlahan ia mulai mengayunkan gagang pintu, kemudian mendorongnya masuk hingga terbuka setengah dan ..."Wow ..." Gadis itu langsung melongo, matanya melotot lebar dan napasnya tertahan di tenggorokan.Rasanya Grace seperti kena serangan jantung saat kedatangannya disambut dengan pemandangan kurang ajar bikin jiwa dan raganya gonjang-ganjing tak karuan. Bagaimana tidak?
"Ya, tapikan kamu sudah besar. Menyesuaikan lah," tandas Marvel."Kalau masih balita nontonnya Coco Melon, TK sampai SMP-Frozen 2 masih ok, tapi kalau sudah hampir lulus S2 begini cocoknya nonton The Avanger, Fast and Furious dan sejenisnya."Grace mengangguk-angguk."Oh ... menyesuaikan umur ya, Marvel? Jadi kalau sudah lansia nontonnya film malam pertama di alam kubur sama azab kubur ya? Soalnya 'kan mau meninggal.""Ya-mm--gimana, ya? Benar juga, sih." Marvel menggaruk tengkuknya yang tak gatal, ingin membantah Grace tapi yang gadis itu ucapkan tidak sepenuhnya salah."Sayang, kita nonton Squid Game saja, yuk? Nanti setiap ada yang mati ketembak, aku cium bibir kamu. Mau, ya?" tanya Marvel menawarkan.Mencari kesempatan dengan gaya."Mati ketembak? Jangan ah, seram. Maunya Frozen 2 yang ada manusia salju tonggos sama kadal gurun berapi itu," elak Grace tidak mau tahu.la bahkan dengan sengaja mencebikkan bibir bawahnya, pura-pura ngambek, b
"Bukan," sahut Yvan memberi sedikit kode.Grace lantas mengetuk-ngetukkan jemarinya di dagu, sedang berpikir keras."Sepantaran kita? Atau lebih tua?""Pikir saja sendiri." Percayalah, telinga Yvan mulai terlihat memerah."Satu organisasi sama kamu? Cassie?" tebak Grace, namun langsung disangkal dengan gelengan kepala oleh Yvan."Sekelas sama kita?" Yvan mengingat-ingat siapa wanita yang berpotensi disukai Grace, laki-laki tersebut susah ditebak dan tidak mudah bergaul dengan sembarang wanita, jadinya ia berasumsi kalau mungkin yang ditaksir Grace adalah yang seringberinteraksi dengannya."Biasanya anak pintar naksir anak pintar juga. Mmm ... kamu naksir Sarrah yang semester kemarin dapat IPK 4?""Bukan," kata Yvan datar."Sarrah 'kan sudah punya pacar, mantan presma itu.""lya juga." Grace mengangguk sadar."Oh! Atau jangan-jangan kamu naksir Elsa si tukang caper itu, ya? Kan dia kayak pick me girl gitu, seksi manja montok, ti
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.