"Om, kayaknya kita gak perlu makan di sini, deh. Gimana kalo aku masakin?" tawar Grace.Marvel yang mendengarnya pun menaikkan satu alisnya. Oh, oke. Kita akan lihat apakah gadis itu bisa memasak atau bukan. Marvel menganggukkan kepalanya lalu mereka berbalik menuju lift dan masuk ke dalam sana."Kamu yakin, Sayang?" tanya Marvel tak percaya."Ya iyalah, Om. Gak percaya amat sih.""Kalo nanti keasinan, gimana?"Grace terdiam. Ia menatap ke arah dapat, bingung melanda dirinya. Benar juga apa kata Marvel. Bagaimana masakannya itu tak sesuai di lidah pria itu, sementara Marvel benar-benar jago dalam memasak."Kalo keasinan, saya yang akan hukum kamu."Grace mendongak menatap pria bertubuh tinggi tegap di depannya. Ia hanya bisa diam sambil melipat bibirnya ke dalam. Huh, dia yang menawar dia juga yang grogi dan gemeteran sekarang. Sampai pintu lift itu terbuka, mereka langsung menuju kamar dan menuju dapur yang memang sebenarnya tak dipakai. Tapi, pihak hotel menyiapkan semua keperluan s
Hingga ke mamakanan terakhir ia cicipi, Marvel meletakkan sendok di atas meja makan lalu menatap ke arah Grace. Gadis itu yang tadinya menunduk, kini mengangkat kepalanya untuk meminta jawaban dari pria itu. Ia telah menduga bahwa masakannya sangat-sangat tidak enak. Mungkin saja di pikirannya itu sudah pas karena takaran bumbu yang dimasukkan oleh Grace itu tidak berlebih dan tidak kekurangan.Marvel mengulurkan tangannya lalu pria itu menarik pinggang Grace dan otomatis tubuh Grae bergerak ke depan dan jatuh di atas pangkuan pria itu. Marvel menatap dalam manik mata gadis itu. Manik matanya yang cerah dan bersinar, Marvel mencondongkan wajahnya mendekati wajah gadisnya yang cantik itu dan Grace yang mengetahui dirinya akan dicium oleh pria itu langsung memejamkan matanya. Belum saat birai Marvel menyentuh bibirnya itu, Grace sudah memejamkan matanya sehingga pria itu menatapnya heran dan diam-diam ia tersenyum gemas melihat tingkah lucu gadisnya itu.Marvel menjulurkan lidahnya untu
Marvel melepaskan cengkaram di kedua pergelangan tangan Grace dan ia menangkupkan bagian milik Grace yang tak sempat ia cumbui, sementara Grace. Gadis itu meremas bagian rambut belakang Marvel yang awalnya ia ingin menarik kepala Marvel yang telah menyusu pada dirinya itu, tetapi malah respon tubuhnya berkata lain. Hal itu membuat Marvel bertambah bergairah. Suara desisan dari gadis itu perlahan-lahan mulai terdengar dan sangat merdu di telinga Marvel."Om!"Grace berteriak karena Marvel menghisap ujung miliknya itu dengan kuat sehingga Grace berteriak. Bagian inti tubuh gadis itu mulai mengeluarkan sesuatu di sana.***Lin kini telah berada di rumahnya. Wanita itu berjalan sempoyong, dia mabuk. Frustasi karena Marvel tak ingin bersama dirinya lagi. Sungguh, Lin dahulunya benar-benar kejam pada pria itu dan sekarang semuanya berbanding terbalik. Apakah seperti ini dulu yang Marvel rasakan? Pikir Lin.Wanita itu kini telah sampai di kamarnya yang berada di lantai atas. Di perjalanan sa
"Ada apa lagi?" tanya Marvel sambil berjalan berlalu dari hadapan Lin yang baru saja berdiri.Wanita itu yang tadinya tersenyum lalu dia mengerucutkan bibirnya tak suka dengan tindakan Marvel yang terlalu dan sangat cuek pada dirinya."Sayang, yuk lah kamu tinggal di rumah aku. Aku mau kita ulang lagi, maafin kelakuan aku yang dulu-dulu ya, sama kamu. Aku mau kita hidupin bahtera rumah tangga lagi dengan kamu."Marvel yang berdiri menghadap jendela ruangannya itu, mengerutkan keningnya. Dia melihat kedua tangan kekarnya itu di depan dada bidangnya dan membalikkan tubuhnya menghadap Lin."Lin Reganne Alceriah, saya gak cinta sama kamu. Saya akan memberikanmu map hijau yang harus kamu tanda tangani."Jdar!Lin seketika membeku di hadapan Marvel. Wanita itu melebarkan matanya tak percaya dengan kata-kata Marvel barudan. Menandatangani map hijau sama saja dengan Marvel akan memberikan surat cerai padanya dan harus ditanda tangani Lin. Wanita itu memegang dahinya tak percaya, dia menggelen
"Jika aku kedapatan bahwa Marvel bersama wanita lain bagaimana?" ancam Lin seraya menunjuk Gerland dengan jarinya dan kuku-kukunya yang berwarna mengkilat itu."Sa-saya gak tahu Nyonya. Boss gak ada bilang-bilang sama saya. Buat apa juga saya kepo dengan urusannya? Saya yang akan dikeluarkan dari perusahannya ini," kata Gerland dengan sedikit takut, tapi terlihat dari suaranya yang sedikit gemetaran itu.Lin mengembuskan napasnya. Ia berjalan keluar dari ruangan Gerland, membuat pria itu bernapas lega. Ia meminum minuman kalengnya yang telah tak ada rasa dingin lagi di sana."Huh, untung nih mulut bisa di jaga. Kalo enggak? Boss pasti marah dan minta balikin 2 triliun. Mana ada lagi, tinggal 1 triliun. Udah beli rumah, tanah buat Ibu sama Ayah di kampung. Udah kasih mereka 500 juta buat pegangang beberapa tahun. Beli rumah lagi dekat kantor. Habis dong nanti. Gak ada gantinya," gerutu Gerland seraya duduk di kursinya lalu mengambil ponsel untuk memberitahukan bahwa surat-surat itu tel
"Ah, boleh sekali Presdir. Silahkan saja," jawab Marvel dengan senda guraunya. Dan pada pukul 6 sore, Grace dan Marvel pun langsung menuju hotel Marvel yang bernama Oxford Yoo."Om, 41 triliun itu banyak lho. Tapi, ya emang sih fasilitas di sana lengkap. Tapi, kenapa ya Om mau beli hotel?" tanya Grace.Gadis itu telah lama ingin menyakan hal ini. Entahl kenapa rasanya begitu tidak sopan saja dan pada detik inilah Grace mengeluarkan pertanyaannya dan meminta jawaban dari pria tampan yang tengah membawa mobil sportnya itu. Marvel tersenyum mendengar pertanyaan gadisnya itu. Ia menyugarkan rambutnya dan memberhentikan mobilnya di jalan raya saat lampu merah menyala."Saya mau menabung aja, Sayang. Sekalian buat nanam saham di setiap gedung jadi saya gak kehabisan uang, bukan? Ini juga untuk masa depan kita."Marvel tersenyum sambil menatap lembut ke arah manik mata Grace. Gadis itu cukup terpaku mendengar jawaban lria itu pada dirinya."Apaan sih, Om.""Oh iya, sebentar lagi juga saya ak
Grace bersembunyi di balik selimut tebal bermotif merpati putih di sana senada dengan alas kasur dan bantal. Marvel yang melihat ada yang menggembung di sana, sudah dia pastikan singa kecilnya itu bersembunyi. Marvel membuka pakaian atasnya lalu ia perlahan naik ke atas kasur dan terlihat pergerakan di bawah selimut, Marvel pun masuk ke dalam selimut lalu mengukung Grace di sana. Grace terkejut setengah mati saat Marvel berusaha untuk memperbaiki posisi tubuhnya yang menelungkup menjadi terlentang dan kedua sisi tangannya pun juga ditahan oleh Marvel."Ampun, Om. Besok aku sekolah. Tidur aja yuk.""Kamu udah ngegoda saya lho, tadi. Kita bersenang-senang dulu sayang."Setelah mengatakan hal itu, Marvel menyatukan bibir mereka. Mengecupnya beberapa kali sebelum melumatnya dan juga meraupnya sesuai dengan keinginan hati Marvel. Grace hanya bisa pasrah dikungkung dan diciumi pria tampan itu. Sejujurnya Grace juga kecanduan akan ciuman Marvel pada bibirnya itu. Dia juga tak bisa menolak. T
"Kamu kok sampe gak tahu sih, mobil saya udah di depan?" tanya Marvel saat mereka kini telah sampai di cafe."Gara-gara baca ini, hehehehe."Grace memperlihatkan buku itu di hadapan Marvel yang berjudul Ketos Tampan Pacarku itu. Marvel menggelekan kepalanya seraya mencubit pipi Grace dengan gemas sehingga gadis itu kesakitan dan memukul tangan Marvel yang menjahilinya."Tapi, kamu gak boleh lupa sama pelajaran di sekolah gara-gara baca novel begituan. Paham?""Paham, Pak.""Eh!""Apa?""Saya berasa tua tahu.""Om 'kan emang tua.""Sekarang ganti nama panggilan saya aja. Saya 'kan manggil kamu 'Sayang' juga. Masa kamu masih manggil saya dengan sebutan 'Om', sih?""Terus mau dipanggil apa?"Marvel pun memikirkan sejenak."Panggil Honey, Bunny, Baby, My Sun, Dear, Beb, Sayangku, Sweetie, Bee, Cutie, Oppa, Anae, Yeobo, Chagia, Darling, Love, Sweetheart, Beloved, Pumpkin, Lamb chop, Muffin, Precious, Baby doll, Snookums, Smootchie atau smootchie poo. Atau panggilan lucunya Sunshine, Boo bo