"Aku harus datang ke sana."Lin masuk ke dalam kamarnya dengan langkah yang sangat tergesa-gesa. Wanita itu lebih dahulu merias wajahnya dengan lipstik nude di bibirnya, mascara yang membuat bulu matanya tebal, sedikit sentuhan concelear, sedikit blush on di tulang pipinya dan setting spray agar wajahnya segar. Wanita utu menyambar tas branded di lemari khusus tas miliknya, kunci mobil dan ponsel yang tergeletak di atas ranjang. Wanita itu pun tak mengganti pakaiannya karena ia hanya mengenakan blouse pink setinggi lututnya itu.Wanita itu beberapa kali menelpon Marvel tetapi, nomor Marvel tidak aktif. Lin geram, apakah Marvel mengganti nomor ponselnya setelah ia beralih jabatannya dari kantor milik ayahnya itu dan sekarang menjadi Presdir di sebuah hotel berbintang 5 itu? Pikir Lin dan jawabannya adalah benar. Lin beberapa kali membunyikan klakson mobilnya karena dia terjebak macet. Dilihatnya dari kaca spion, tak bisa lagi mobilnya berjalan mundur ke belakang untuk menyalip macet it
"Aku ke sini mau liat kamu, Marvel. Aku 'kan udah bilang kalo aku mau buka lembar baru lagi sama kamu."Lin menatap Marvel yang kini tinggi mereka sejajar karena Lin mengenakan sepatu hak tinggi di kakinya itu. Sementara Marvel yang mendengarkan ucapan Lin itu tersenyum miring."Aku juga udah bilang buat jangan ganggu hidupku lagi. Terserah kalo kamu cari pria lain, aku gak peduli dan gak mau tahu. Aku punya kehidupanku sendiri, Lin.""Apa karena perempuan itu?""Kalo iya, emangnya kenapa? Itu bukan urusanmu. Urus dirimu sendiri."Marvel membalikkan tubuhnya lalu melangkahkan kakinya meninggalkan Lin. Sebelum hal itu terjadi, Lin lebuh dahulu menangkap pergelangan tangan Marvel dan membuat langkah pria itu terhenti. Dengan cepat Lin memeluk tubuh kekar Marvel, menghirup aroma mint yang menguar di tubuh pria itu dan menelusupkan kedua tangannya di pinggang Marvel hingga ke punggung. Melihat perlakuan Lin itu pada dirinya, dengan kasar Marvel melepaskan pelukan Lin dengan cepat. Tetapi,
Marvel mencoba untuk mengirim pesan melalu nomor telepon Grace terlebih dahulu. Sudah terkirim, tetapi belum tahu apakah gadis itu sudah membacanya atau tidak karena pesan biasa hanya bisa mendapat balasan atau tertunda karena mungkin saja nomor telepon dituju itu sedang tidak aktif. 5 menit, tak kunjung mendapat balasan dari Grace. Marvel kembali menatap pesan mereka dan Grace belum kunjung online jua."Apa kamu sama sahabat-sahabatmu di sana?" gumama Marvel.Pria itu terlihat gelisah sekali. Marvel masuk ke dalam kamarnya, dia terlebih dahulu meminta staff hotelnya untuk membelikannya beberapa masker hitam untuk ia kenakan saat keluar. Setelah pria itu mendapatinya, Marvel kini berusaha untuk menelepon gadis itu.Tut!Panggilannya masuk, setelah itu operator mengatakan bahwa ponsel Grace tengah sibuk karena gadis itu mematikannya. Mungkin saja dia tak ingin mendengar apa-apa dari Marvel. Tapi, perbuatan Grace itu membuat darah Marvel mendidih. Bisa-bisanya gadis itu mematikan telepo
Kini Marvel dan Grace berada di dalam mobil milik Marvel. Pria itu mengunci pintu mobil yang tak ia hidupkan sementara Grace sedari tadi menyuruh dirinya untuk membuka pintu mobil itu pada Marvel."Sayang, tadi itu-""Gue gak mau dengar apa-apa lagi dari lo!"Grace menutup kedua telinganya dengan telapak tangannya itu. Marvel yang melihat gadis itu hanya bisa mengembuskan napasnya. Dengan cara apa lagi pria itu menjelaskannya? Ah, Marvel punya ide. Pria itu mengukung gadis itu yang berada di samping kursi kemudinya. Dan sekarang Grace sudah ketakutan dengan Marvel yang berada di depannya. Perlahan, Marvel menurunkan kursi penumpang yang diduduki Grace segara perlahana seiring wajah pria itu mendekat ingin menyambar bibir gadis itu.Setelah merasa tempat itu setengah membaringkan tubuh gadis itu, barulah Marvel mempertemukan birai mereka. Pria itu menyesapnya dengan perlahan, ada perasaan rindu di lubuk hatinya dalam mereka berciuman ini. Marvel menahan kepala Grace dengan memegang bag
Grace mengembuskan napasnya dan ia turun dari motor matic Bryan seraya membuka helm yang membungkus kepalanya itu, memberikan pada Bryan sementara Marvel tersenyum menatap Bryan sambil mengucapkan hati-hati pada pria yang lebih muda darinya itu. Bryan pun pergi dari hadapan Grace dan Marvel. Beberapa detik kemudian, mereka saling diam dan akhirnya Marvel berbicara."Ya udah, ayo naik."Grace mengikuti pria itu dari belakang dan duduk di bangku depan. Grace masih diam saat Marvel sudah naik ke mobilnya dan menjalankan mobilnya itu hingga ke sekolah. Ya, Marvel tak ingin mood gadis itu rusak jika ia mengeluarkan suara entahlah itu dia menanyakan 'tidurmu nyenyak semalam?' 'Apa hari ini tak ada PR?' 'Oh iya, tadi sarapan apa?'.Ingin sekali rasanya Marvel mengetahui semua tentang gadis itu. Apakah tidurnya nyenyak semalam, seperti dia yang harus melamunkan hingga dia tertidur atau Grace langsung tidur karena sudah kecapaian. Lalu sarapannya tadi itu apa mmbuat perut kecilnya itu kenyang
Di jam istirahat, Anggi membawa Grace untuk makan di kantin bersama. Mereka berdua sahaja karena Xella tak datang ke kampus karena berhalangan sakit. Anggi pergi ke kampus dengan diantar dan dijemput oleh sopirnya karena gadis itu belum berani untuk menyetir sendiri."Oh, iya. Lo ada hubungan apa dengan Yeager?" tanya Anggi seraya menopang dagunya dengan satu tangan, sementara mulutnya itu mengunyah makanan. Dirinya menatap gadis cantik yang berada di depannya yang sedang menyuapi dirinya dengan beberapa sayur hijau dan juga sesuap nasi.Hari ini menu di kantin mereka adalah, sayur bayam, ikan tuna, beberapa potong ayam, cabe merah, nasi dan juga ada beberapa kacang-kacangan. Grace mendongak menatap Anggi yang menatap dirinya, menunggu jawaban dari dirinya. Grace meletakkan sendok dan garpu pada tempatnya lalu mengikuti gaya gadis itu yang berada duduk di seberangnya."Gue gak tahu juga."Anggi mencebikkan bibirnya mendengar jawaban dari gadis itu. Bisa-bisanya Grace tak mengatakan ya
Yeager yang berada di dalam kamar elitnya itu tersenyum melihat wallpaper Grace. Gadis itu sangatlah cantik, alisnya yang rapi, matanya yang berkilau dan hitam legam namun memancarkan kesan lembut dan hangat di sana dan juga kulit wajahnya yang bersih itu."Grace, kamu cantik banget," kata Yeager sambil tersenyum nelihat foto profil Grace melalui WhatsApp itu.Yeager mendapatkan nomor Grace melalui Anggi, dia mengirim pesan WhatsApp pada Anggi, bahwa dia sangat memerlukan Grace sekarang dan terpaksa Anggi memberinya. Yeager tak langsung mengirim pesan itu dari WhatsApp melainkan pesan ke nomor biasa dan ternyata nomor itu juga dipakai dengan akun WhatsApp oleh Grace. Yeager lalu berdiri di depan balkon kamarnya, udara malam ini sangatlah sejuk tetapi entah kenapa hatinya begitu hangat dan ingin sekali bertemu dengan gadis yang dia tumpangi tadi di hari esok. Rasanya tak sabar sekali."Pertama kali gue ngerasain perasaan hangat ini. Rasanya betul-betul bahagia dan gak sabar oengen kete
"Gue kira kayak gitu.""Entahlah.""Lo mau gak nanti ditembak sama Yeager.""Gak tahu."Xella mencomot donat yang dia pesan dan juga untuk Anggi dan juga Grace. Miliknya itu berperisa anggur, sementara Grace strawberri jam dan Anggi rasa honey. Berdebat dengan Grace, tak akan pernah bisa baginya. Grace langsung mematahkan ucapan Xella itu dan gadis itu terkekeh melihat Xella yang mulai cemberut."Cepatan, 5 menit lagi."***Di saat pelajaran kalkulus yang dikuasai oleh seorang guru pria yang berperawakan bertubuh gempal, berkumis, berkacamata dan wajahnya garang itu membuat siapa saja, siswa di dalam kelas yang dia masuki akan takut. Termasuk juga Grace. Walaupun gadis itu selalu juara kelas semenjak dia duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama hingga Sekolah Menengah Atas di kelas sebelas IPA ini, masih ada rasa grogi. Melihat wajah sangar pria itu dan juga dirinya takut salah dalam menjawab soal yang dia berikan."PR kalian udah siap?" tanyanya dengan suaranya yang lantang itu."Sud