Sophia menyiapkan dua buah piring berisi sarapan dengan dua minuman berbeda: susu untuk dirinya dan jus untuk Edmund. Setelah siap, Sophia menatap jam yang menempel di dinding. Dia berniat untuk melihat Edmund di atas, tetapi dia sudah melihat suaminya berjalan menuruni tangga. Pria itu terlihat tampan dengan jas berwarna blue baby, terlihat sangat cocok dengan matanya yang indah.
Sophia mengerjapkan mata begitu sinar matahari masuk ke celah-celah gorden. Suara debur ombak terdengar jelas membuat kelopak matanya semakin terangkat. Dia melihat jam kemudian kembali menyelimuti dirinya hingga batas leher dan memejamkan mata.Semalam dia tidak bisa tidur, Sophia hanya diam sendirian sementara Edmund pergi ke Moscow karena tuntutan pekerjaan. Wanita mana yang tidak kesal ditinggalkan suaminya ketika keduanya selesai berciuman. Edmund tidak ingin Sophia kelelahan, dia memaksa istrinya untuk menginap satu hari di hotel.Sebelum pergi, Edmund memeluknya erat dan memberikan ciuman pada perutnya. Edmund benar-benar mengkhawatirkan keadaan Sophia, apalagi akhir-akhir ini istrinya sering kali merasa mual.Awalnya Edmund berniat menyuruh Rose untuk menemani Sophia, tetapi la
"Itu pekerjaan yang ringan, Mom. Sophie hanya melayani pembeli."Rose menyipitkan mata. "Sebenarnya apa alasanmu ingin bekerja, Sayang? Uang yang Edmund berikan pasti cukup memenuhi kebutuhanmu."Kepala Sophia menggeleng. "Bukan karena itu, Sophie tidak terbiasa hanya diam di apartemen.""Kalau begitu akan Mommy masukan kau ke kelas melukis atau menjahit, bagaimana?" tawar Rose kemudian meminum minumannya."Sophie tidak ingin hal seperti itu. Lagi pula bekerja bukanlah hal yang buruk," ucap Sophia dengan bibir mengerucut, membuat Rose gemas dan mencubit pipi menantunya."Memang bukan hal yang buruk, tapi kau akan kelelahan.""Sophie
"Aku sungguh minta maaf, Sophie," ucap Clara teman satu pekerjaan Sophia."Tidak apa-apa. Aku akan menontonnya sendiri." Sophia tidak mengalihkan pandangan dari layar komputer."Bagaimana kalau kita menontonnya besok saja?" Tangan Clara menghentikan Sophia yang sedang mengetik. Dengan malas, Sophia menatap Clara yang ada di sampingnya."Kita sudah membeli tiketnya, sayang kalau dilewatkan, Clara."Tadinya mereka berdua akan menonton film bersama. Namun, rencana itu harus gagal karena Clara akan berkencan dengan pacarnya."Baiklah." Clara kembali ke mejanya yang ada di belakang Sophia. "Apa kau sudah selesai, Sophie?""Tentu saja." S
"Bagaimana hasilnya?"Perempuan itu membalikkan badan saat mendengar suara Clara."Cukup baik," ucap Sophia kembali memasukan barang-barangnya ke dalam dus. "Bagaimana denganmu, Clara?""Tidak begitu baik, klien yang aku temui itu sangat cerewet. Dia membuatku melewatkan makan siang," ucap Clara duduk di kursi milik Sophia."Tapi, Sophie, kenapa kau mengemasi barang-barangmu?""Ini waktunya jam pulang.""Aku tahu, tapi kau membereskan barang-barangmu seolah akan berhenti bekerja." Clara menyangga dagunya dengan tangan."Aku memang berhenti bekerja dari sini."
"Bagaimana penampilanku, Ed?" Sophia membolak-balik tubuhnya di hadapan cermin.Edmund sedang memakai kemeja menatap istrinya heran. Sedari tadi Sophia terus saja menanyakan pertanyaan yang sama."Kau terlihat cantik, Sophie.""Terima kasih, biar aku yang pilihkan," ucap Sophia saat Edmund hendak memilih dasi.Piliham Sophia jatuh pada dasi berwarna abu-abu dengan motif garis. Dia segera memakaikannya pada Edmund saat selesai mengancingkan lengan kemejanya."Jas mana yang akan kau pakai?""Itu," ucap Edmund menujuk jas berwarna abu yang menggantung rapi dengan jas lainnya."Jadi, p
Malam yang gelap kini harus mengalah membiarkan matahari mengambil bagiannya, dia mengintip perlahan di ufuk timur untuk membangunkan seseorang yang masih tertidur. Belum juga cahaya matahari menerobos masuk ke gorden, perempuan yang sedang tertidur itu lebih dulu membuka matanya.Dia mengedarkan pandangan mencari suaminya, tapi suara gemercik air membuat Sophia yakin kalau Edmund ada di kamar mandi. Dia mengangkat kepalanya untuk melihat jam yang sudah menunjukan pukul setengah tujuh pagi, yang artinya dia baru tertidur selama 4 jam.Tidak tahan dengan rasa kantuk yang terus menggoda, akhirnya Sophia kembali menjatuhkan kepalanya di atas bantal. Menaikan selimut untuk menutupi tubuh polosnya, mata Sophia kembali terpejam.Sophia tidak menyesal membiarkan Edmund menyentuhnya, dia
Sarapan kali ini Sophia sangat bahagia, dia ditemani dua orang yang disayanginya. Malam tadi Edmund ikut menginap dengannya karena mengkhawatirkan Sophia.Setelah insiden semalam Edmund tidak berhenti mengejeknya. Bahkan ketika hendak tidur, Edmund terus saja menggodanya hingga Sophia hampir menangis. Perempuan itu berakhir tidur dalam dekapan suaminya yang tidak berhenti minta maaf karena menggodanya.Namun, saat bangun di pagi hari Sophia mendengar suara tawa Edmund dan Martina. Dia mendengar apa yang mereka bicarakan, tentang kebodohannya semalam. Mereka tertawa lepas dan membuat Sophia mengerucutkan bibir sepanjang pagi."Berhenti mengejekku," ucap Sophia dengan kesal."Maaf, Sophie, tapi kau sangat lucu." Martina mengusap air mat
"Mau bicara apa?"Gunner mendesah pelan, dia tidak suka Sophia yang langsung bertanya pada intinya begitu mereka duduk di kursi yang ada di caffe. Dengan berbagai upaya, akhirnya Sophia bersedia bicara dengannya."Bagaimana kabarmu, Sophie?""Jika kau ingin menagih hutang-hutangku padamu, aku sedang berusaha mengumpulkannya. Jadi jangan khawatir, aku pasti akan melunasinya," ucap Sophia membuat Gunner sedikit kesal."Aku menanyakan kabarmu, Sophia.""Bisa kau lihat, 'kan? Aku baik-baik saja.""Bagaimana dengan pernikahanmu?"Sophia terdiam seketika, dia memperlihatkan ekspresi tida