"Bagaimana penampilanku, Ed?" Sophia membolak-balik tubuhnya di hadapan cermin.
Edmund sedang memakai kemeja menatap istrinya heran. Sedari tadi Sophia terus saja menanyakan pertanyaan yang sama.
"Kau terlihat cantik, Sophie."
"Terima kasih, biar aku yang pilihkan," ucap Sophia saat Edmund hendak memilih dasi.
Piliham Sophia jatuh pada dasi berwarna abu-abu dengan motif garis. Dia segera memakaikannya pada Edmund saat selesai mengancingkan lengan kemejanya.
"Jas mana yang akan kau pakai?"
"Itu," ucap Edmund menujuk jas berwarna abu yang menggantung rapi dengan jas lainnya.
"Jadi, p
Malam yang gelap kini harus mengalah membiarkan matahari mengambil bagiannya, dia mengintip perlahan di ufuk timur untuk membangunkan seseorang yang masih tertidur. Belum juga cahaya matahari menerobos masuk ke gorden, perempuan yang sedang tertidur itu lebih dulu membuka matanya.Dia mengedarkan pandangan mencari suaminya, tapi suara gemercik air membuat Sophia yakin kalau Edmund ada di kamar mandi. Dia mengangkat kepalanya untuk melihat jam yang sudah menunjukan pukul setengah tujuh pagi, yang artinya dia baru tertidur selama 4 jam.Tidak tahan dengan rasa kantuk yang terus menggoda, akhirnya Sophia kembali menjatuhkan kepalanya di atas bantal. Menaikan selimut untuk menutupi tubuh polosnya, mata Sophia kembali terpejam.Sophia tidak menyesal membiarkan Edmund menyentuhnya, dia
Sarapan kali ini Sophia sangat bahagia, dia ditemani dua orang yang disayanginya. Malam tadi Edmund ikut menginap dengannya karena mengkhawatirkan Sophia.Setelah insiden semalam Edmund tidak berhenti mengejeknya. Bahkan ketika hendak tidur, Edmund terus saja menggodanya hingga Sophia hampir menangis. Perempuan itu berakhir tidur dalam dekapan suaminya yang tidak berhenti minta maaf karena menggodanya.Namun, saat bangun di pagi hari Sophia mendengar suara tawa Edmund dan Martina. Dia mendengar apa yang mereka bicarakan, tentang kebodohannya semalam. Mereka tertawa lepas dan membuat Sophia mengerucutkan bibir sepanjang pagi."Berhenti mengejekku," ucap Sophia dengan kesal."Maaf, Sophie, tapi kau sangat lucu." Martina mengusap air mat
"Mau bicara apa?"Gunner mendesah pelan, dia tidak suka Sophia yang langsung bertanya pada intinya begitu mereka duduk di kursi yang ada di caffe. Dengan berbagai upaya, akhirnya Sophia bersedia bicara dengannya."Bagaimana kabarmu, Sophie?""Jika kau ingin menagih hutang-hutangku padamu, aku sedang berusaha mengumpulkannya. Jadi jangan khawatir, aku pasti akan melunasinya," ucap Sophia membuat Gunner sedikit kesal."Aku menanyakan kabarmu, Sophia.""Bisa kau lihat, 'kan? Aku baik-baik saja.""Bagaimana dengan pernikahanmu?"Sophia terdiam seketika, dia memperlihatkan ekspresi tida
Edmund membaringkan tubuh istrinya dengan perlahan di atas kasur. Dia mengusap kepala Sophia saat perempuan itu mengerutkan keningnya merasakan empuknya bantal yang menyangga kepalanya, dia nampak tidak suka dilepaskan dari pelukan suaminya.Sophia mencari posisi yang nyaman. Dengan mata yang masih terpejam, dia membalikan badan membelakangi Edmund yang duduk di samping ranjang sambil tersenyum menatap punggung istrinya. Dia memberikan kecupan pada telinga istrinya sebelum keliar dari kamar itu dan melanjutkan pekerjaannya yang masih menumpuk.Ditinggalkan sarapan oleh Sophia membuat Edmund kesal hingga dia menyadari betapa menyebalkannya dirinya semalam. Sulit untuknya untuk sarapan seorang diri, sementara dirinya sudah terbiasa dengan keberadaan Sophia. Dia juga sudah terbiasa membuatkan susu untuk istrinya. Namun, pagi tadi dia hanya
Kenyamanan terbaik yang dimiliki Sophia adalah keluarga suaminya. Dia selalu nyaman duduk di dekat Rose, Sophia merasa ibunya yang telah meninggal kembali hadir dalam sosok yang berbeda. Apalagi Sergío terlihat begitu menyayanginya, dari tatapannya saja Sophis sudah tahu. Keluarga Edmund begitu menyayanginya.Setelah selesai bekerja, Edmund langsung membawa istrinya ke rumah Sergío. Rose sudah menelpon berpuluh-puluh kali pada Edmund dan Sophia. Dia terus mengirim pesan suara menanyakan keberadaan mereka dan menyuruhnya datang lebih awal.Beberapa jam sebelum makan malam, Rose mengajak Sophia duduk di dekat perapian sambil melihat-lihat album yang dipenuhi dengan foto-foto keluarga D'allesandro. Yang paling menarik perhatian Sophia adalah foto remaja Edmund. Wajahnya masih tetap sama sekarang, hanya saja rambutnya pa
Edmund yang sedang mengagumi pada pemandangan kota Los Angeles di depannya itu harus terhenti saat telponnya berdering. Dia menatap jam yang menempel di dinding, seingatnya tidak ada rapat atau pun jadwal penting setelah makan siang. Jadi Edmund mengabaikan panggilan itu tanpa melihat siapa pemanggilnya terlebih dahulu, dia lebih tertarik dengan pemandangan di bawahnya dan secangkir kopi yang ada di tangannya.Dia melihat seorang pria di dekat jalan raya sedang menuntun anak kecil yang Edmund yakini itu adalah anaknya. Keduanya berinteraksi dengan dihiasi senyuman. Itu menarik perhatiannya, dia memikirkan bagaimana jika anaknya sudah lahir. Banyak hal yang sudah Edmund rencanakan dalam otaknya, dia ingin menjadi ayah terbaik yang membuat anaknya bangga.Namun, telpon yang berdering membuat Edmund kesal juga. Dia mengambil gagang telpom
"Dia tidak seperti orang yang sudah sembuh.""Edmund." Sergío menatap anaknya yang sedari tadi menatap tajam pada Lexi dengan ucapan yang penuh dengan penekanan."Dia belum sembuh, Dad.""Tidak, aku sembuh. Kau bisa tanyakan itu pada dr.Dan," ucap Lexi tidak menerima tuduhan yang diberikan Edmund. "Kau percaya padakku 'kan, Papa?" Lexi mengalihkan pandangannya pada pria tua yang rambutnya sudah memutih. Dia hanya memijat kepalanya yang terasa pusing.Kini kedua orangtua Edmund berada ke apartemennya, disusul oleh Marxel beberapa menit yang lalu. Mereka datang setelah tahu keberadaan Lexi. Siapa pun tidak ingin wanita itu berulah kembali, apalagi sampai mempertaruhkan nyawa dirinya sendiri atau pun orang lain. Keluarga inti D'al
"Menurutmu ke mana Lexi pergi?"Edmund menengok ke arah Sophia sesaat sebelum kembali menatap ke depan, menyetir dengan penuh konsentrasi. "Aku tidak peduli dia pergi ke mana pun," ucap Edmund tepat saat lampu merah.Mereka baru berangkat menuju kantor saat jam sudah menunjukan pukul 10 siang. Sophia dan Edmund harus mandi dua kali karena kegiatan yang dilakukan sepasang suami istri itu. Edmund tidak menjelaskan apa pun tentang obat perangsang yang di minum Sophia, dia bahkan tidak menjawab saat istrinya bertanya apa alasan dirinya merasa kepanasan dengan libidonya yang tinggi.Lexi tidak ada di apartemen saat Edmund dan Sophia selesai, dia tidak ditemukan di ruangan mana pun. Edmund tidak mempedulikannya, dia hanya memikirkan cara agar wanita itu pergi dari sana dengan perintah Marxel