“Toni, aku sudah memaafkanmu. Itu sebabnya tidak melaporkanmu ke polisi. Tapi mengapa kamu ada di sini sekarang? Bagaimana dengan adik-adikmu?” Ya, Bayu tidak melaporkan Toni karena memikirkan dampaknya bagi adik-adiknya. Dia malah akan mendekati Toni setelah urusan dengan perusahaan selesai.
“Aku yang melaporkan diri. Selalu seperti dikejar-kejar dosa. Untuk adik-adik aku meminta pihak kepolisian untuk mebawa mereka ke panti asuhan atau dinas sosial. Aku benar-benar minta maaf, Bayu. Aku ....” Toni menangis tersedu-sedu sehingga Bayu merasakan sangat iba.
“Ya sudah, Ton. Kamu tahu di mana mereka?” Toni mengangguk. Bayu juga mengangguk. Bayu berjanji akan sesering dia bisa untuk menjadi donatur bagi panti yang menampung adik-adik Toni.
“Bayu, aku tidak menyangka bahwa hatimu selembut malaikat. Aku mungkin sekitar lima tahun di sini. Tolong jaga adikku.” Bayu mengangguk. Lel
Bayu membelokkan stirnya ke panti asuhan yang dituju. Maka lelaki itu memarkirkan mobilnya di Panti Asuhan Kasih Bunda setelah menjangkaunya. Dia keluar dari mobil, mengenakan kaca mata warna hitam untuk menghindari silau mata hari. Terlihat anak-anak ceria sedang bermain. Di pojok, ada lima anak yang hanya duduk menyaksikan teman-temannya bermain.Bayu langsung menuju ke pengurus. Tujuannya hanya ingin melihat bahwa adik-adik Toni baik-baik saja. Selebihnya hanya memberikan donatur khusus untuk adik-adik Toni. Bayu memang seorang malaikat, walau sebenarnya tidak sebaik itu. Dia juga sama seperti manusia lain yang kadang merasa ingin membalas perbuatan jahat seseorang. Tapi kondisi Toni berbeda. Sehingga dia tidak tega membalasnya. Apalagi dia sudah bertaubat.“Bunda, bagaimana anak-anak?” tanya Bayu setelah ketemu dengan pengurus dan bersalaman. Dia dipersilakan untuk duduk di sebuah kursi kayu yang belum di plitur. 
Bayu dan Eliana terlihat canggung. Tidak sepatah kata pun terdengar ketika Eliana mulai memasuki mobil. Dia sangat sensitif hari ini. Entah untuk urusan apa wanita cantik itu maeah kepada sang suami. “Sayang dari tadi kok diam? Mau sekalian makan malam atau di rumah saja?” Eliana menoleh malas.“Aku minta maaf sudah membuatmu menunggu. Tadi, Mas dari panti asuhan menengok anak-anak panti sekaligus menepati janji dengan Toni.” Eliana menoleh kembali, kali ini bereaksi dengan mengerutkan keningnya.“Siapa Toni? Dia adalah orang yang menusukku tempo hari. Sayang, lelaki itu sudah berjuang membesarkan sang adik sendirian. Aku tidak tega utnuk lepas tanggung jawab setelah dia masuk ke rutan.” Eliana mengedipkan matanya. Ternyata dia salah sangka dan mencurigai sang suami.“Apakah anak itu baik-baik saja?” Eliana memandang ke arah Bayu untuk emmastikan bahwa anak yang Bayu maksud
Siang ini begitu terik. Bayu akan mengintrogasi Miranda apa maksudnya dengan mengatakan hal-hal aneh pada istrinya Eliana. Bayu memanggilnya ke ruangannya, namun sebagai antisipasi dia juga memanggil Eliana.“Bay, kau kangen aku ya? Makanya memanggilku?” Miranda tanpa tahu malu mengatakan itu.“Jangan bicara hal yang aneh-aneh. Yang pertama, di mana Stefan? Yang ke dua, apa tujuanmu mengatakan hal-hal yang menjijikkan kemarin kepada istriku?” Miranda tertawa mendengarnya.“Kalau tanya satu-satu dong, Beb. Jangan keroyokan. Aku jawab, ya? Yang pertama,aku tidak tahu Stefan di mana. Yang kedua itu kenyataan ‘kan,Sayang. Kau tidak maukah mengulang kembali kisah kita yang sangat romantis? Bibirku masih siap kok menerima sentuhanmu. Bahkan kalau pun kamu meminta lebih.” Bayu tersenyum sinis.“Maksudmu seperti ini?” Bayu mencium Eliana sangat rakus. Dia
Sementara itu sejak kepergian Miranda dari ruangannya, Eliana yang terangsang juga menjadi ingin. Dia yang memimpin penyerangan kepada suaminya. “Hai kau ingin? Kayaknya asik juga melakukannya di atas meja.” Bayu menyingkirkan berkas-berkas agar dapat lebih leluasa untuk bercinta.“Aku suka kau yang mulai nakal, Sayang.” Bayu memasrahkan diri dimonopoli oleh istrinya. Eliana duduk di pangkuan Bayu dengan mengapit tubuh Bayu menggunakan kedua kakinya. Eliana bertingkah liar dengan melepaskan kemeja Bayu bahkan sekali sentak. Dia menyusuri leher jenjang Bayu yang sudah terbuka lebar siap sedia untuk dia sesap. Eliana memberikan kis marc berlebihan di sana. Namun Bayu sangat menyukainya walau terasa sedikit perih yang menggigit.Ada yang berusaha menerobos di bawah sana. Eliana menyadarinya, milik suaminya sudah mengeras. Wanita itu turun dari pangkuannya dan berusaha mengeluarkan singa jantan tersebut yang sudah on maks
Setelah sesi bercintanya, Bayu memiliki banyak tenaga untuk melanjutkan aktivitasnya. Masalah yang dibuat Stefan membuat dia harus bekerja lebih untuk mengatasinya. Walau tidak begitu besar pengaruhnya, jika tidak ditanggulangi dengan baik akan mengakibatkan masalah yang lebih besar. “Sayang sudah sore. Ayo pulang. Sepertinya hari ini keluarga Irwan mau bertandang ke rumah. Kayaknya mereka mau menentukan tanggal pernikahan deh. Kau tidak penasaran siapa Irwan?”“Mari kita pulang! Kau bisa cerita saat sudah sampai di rumah oke?” Bayu mengecup kening istrinya kemudian mematikan lampu ruangannya. Sekarang sudah setengah tujuh senja. Bayu mengajak untuk salat dulu sebelum beranjak pulang. mahrib sudah menjelang dari tadi. Untung saja malam ini tidak terlalu macet jalanan sehingga mereka dapat sampai rumah setengah delapan.“Ya Tuhan, Mama sudah takut nunggu kalian datang. Cepatlah bersih-bersih. Mereka sudah di jala
Semua orang sedang bincang-bincang setelah acara inti selesai. Serdangkan Irwan dengan Nilam mojok sendiri di taman belakang. Mereka butuh privasi untuk berbicara berdua karena setelah ini Nilam akan dipingit. Maka dari itu, Irwan akan mengatakan segela hal yang perlu dikatakan sebelum mereka benar-benar berpisah untuk sementara.“Sayang, kau bahagia?” tanya Irwan. Dia meraih tangan Nilam. Kemudian menciumnya dengan sangat dalam.“Apa perlu aku jawab, Mas boleh aku bertanya?” Irwan mengubah dari hanya memegang menjadi saling mengaitkan jemari. Tidak hanya satu tapi kedua tangannya.“Semua milikmu, mau tanya apa?” Nilam menarik napasnya sangat dalam.“Apa hubungannya Mas sama Kak Eliana?” Irwan tersenyum. Memang dulu dia sangat mencintai Eliana lebih dari siapa pun. Dia sangat terobsesi dengannya. Bahkan dekatnya Irwan dengan Nilam juga tidak luput dari
Setelah Irwan pergi, Nilam masuk ke kamarnya. Dia memegang bibirnya yang masih terasa bergetar bekas ciuman dengan irwan. Dia juga memegang dada kembarnya yang masih terasa remasan itu. Senikmat itukah disentuh sang kekasih? Nilam menutup wajahnya dengan bantal. Tidak berapa lama Irwan menelponnya. Nilam memejamkan mata, kemudian menggeser tombol warna hijau. “Ada apa? ‘Kan baru aja ketemu.” Nilam pura-pura.“Aku sudah sampai rumah. Anak kecilku nggak mau tidur ini. Kamu tanggung jawab!” Nilam membelalakan matanya.“Ih, salah aku gitu? Siapa tadi yang ... ah, kamu ih.” Nilam terlihat merajuk.“Aku harus bermain solo ini. Kalau tidak semalaman tidak bisa tidur karena si dia merajuk. Boleh nggak aku lihat kamu tanpa busana? Kalau kamu malu, foto aja nggak apa-apa. Sumpah aku nggak tahan banget.” Nilam membelalakan matanya.“Ogah, ah malu
Hari ini Irwan datang ke rumah sakit dengan ceria. Sahabatnya Risa sampai bingung melihatnya. Lelaki itu belum pernah seceria ini, dari pertama kali mengenalnya. “Kenapa, Lo? kesambet?” Irwan tertawa mendengar pertanyaannya.“Gue lagi bahagia. Minggu depan gue kawin.” Risa hanya beroh ria. Tapi tersimpan luka di dalam hatinya.“Selamat, Wan. Tapi hatiku sakit. Kenapa kamu tidak pernah menganggapku ada. Aku mencintaimu dari dulu, Wan. Apakah pesona anak ingusan itu sangat besar hingga kamu melupakanku?” Batin Risa bergejolak, dia menunduk.“Sudah sono pergi ke ruanganmu! Gue bentar lagi ada praktek!” Risa mengusir Irwan dari ruangannya. Lelaki itu tertawa didorong paksa oleh sahabatnya itu tanpa tahu jika Risa terluka. Setelah Irwan keluar, Risa menutup pintunya dan bersandar di sana. “Kenapa rasanya sesakit ini? aku sduah tahu bahwa Irwan hanya menganggapku sebagai te