“Lihatlah Davin melongo,” bisik Rania. Apa ada yang salah? Apakah dia tahu jika belakang gaun ini terdapat banyak peneliti aku tiba-tiba tidak percaya diri.POV Davin“Ada apa?” tanyaku. Penasaran masih juga menggerayangi jiwaku. Aku tahu kekasihku itu hanya meggodaku. Ia memang membuat aku sangat gemas kepadanya. “Dilarang bertanya,” katanya. “Biar aku yang menyetir. Matamu begitu merah, kamu boleh tidur,” ucapnya. Aku tahu ia adalah kekasihku yang super pengertian. Jika tidak begitu, mana mungkin aku tergila-gila padanya. Biar aku lihat lagi, ada apa sebenarnya di matanya? Ia selalu membuatku tidak dapat berpaling darinya.“Tidak,” ucapku. Aku laki-laki, kalau hanya bertahan sebenatar sampai kantor, masa tidak bisa? Ah, Dia keras kepala. Punggungku didorong ke arah kursi penumpang di samping kemudi. Setelah itu ia segera berlari memutar untuk masuk ke ruang kemudi.“Hari ini aku yang akan menjadi sopirmu. Itu kejutan pertamanya.” Ia tersenyum sambil mengenakan sabuk pengaman. Bib
Seorang pemuda dengan tinggi rata-rata orang Indonesia, ah tidak. Sebenarnya, dia tergolong tinggi bagi orang Indonesia. Tingginya seratus tujuh puluh delapan senti meter. Dengan lingkar pinggang proporsional sekitar tujuh puluhan. Kulitnya sawo matang dengan wajah oval dan rambut cepak khas lelaki Idonesia. Dia sangat manis dan memukau. Senyum menawan dengan lesung pipi di sebelah kiri membuat dirinya menjadi idola dari kalangan penumpang, terutama wanita. Namun, tidak demikian hari ini.“Pak, maaf. Saya mau menemui ibu Eliana Calandra Callista,” ijin pemuda itu. Ah, lupa memperkenalkan diri. Pemuda itu bernama Bayu Siswanto. Mungkin namanya kedengaran sangat “ndeso” kalau anak sekarang bilang. Tapi, di balik nama itu mengandung hoki. Dengan nama itu pula,
“Kali ini, aku memaafkanmu, karena perintah suamiku. Jika lain kali kamu berulah. Habis kamu!” Eliana menggandeng tangan suaminya, kemudian menuju ke motor yang di parkir di depan.“Beb, sebenarnya bu Eliana itu siapa? Terus, kalau yang dia cari ibu Eliana, jadi? Itu ibu Eliana, Beb.” Miranda menganalisa.“Dia adalah direktur di sini. Apa? Itu ibu Eliana? Mati aku!” Stefan menepuk jidadnya sendiri. Jika wanita itu adalah ibu Eliana, akan sangat gawat untuk dirinya.“ Lagian, aku juga tidak tahu kalau bu Eliana suka naik ojol. Baru kali ini dia naik ojol. Kalau
Bayu menerobos jalanan dengan sangat lincah. Dia penyetir yang handal. Maka dari itu, para pelanggannya selalu setia padanya. Cepat, tapi mengutamakan keselamatan pelanggan. Bayu sudah mengantarkan istrinya ke kantor. Setelah mengedrop istrinya, dia kembali pulang ke rumah menyusuri kerasnya jalanan ibu kota. Sesekali dia membuka kaca depannya, karena kurang jelas melihat kedepan akibat debu yang menempel di kaca helmnya.Dia sudah sampai di rumahnya. Dia membuka sepatunya, kemudian masuk ke ruang studioanya. Dia membuka rating sahamnya mengenai aplikasi besutannya. O-Tra ojek online mitra keluarga begitu dia memberi nama aplikasinya. Lelaki itu tersenyum setelah melihat ratingnya naik. Harga saham juga pasti akan naik pula.Dia mengotak-atik lagi beberapa fitur unt
Bayu membereskan jaketnya untuk di pakai kembali. Setelah itu, dia berpamitan dengan teman-temannya untuk pulang. Dia akan mencari tahu siapa saja pelanggan Toni yang beralih kepadanya. Apa sebabnya, dan mengapa?“Mau kemana?” tanya teman-temannya.“Pulang. Aku sudah lapar. Dari pada makan makanan di warung, mending makan masakan rumah yang lebih nikmat.” Mereka saling menatap. Selain baik hati, ternyata dia juga sayang kelauarga. Dia bahkan sempat-sempatnya makan siang dirumah, walau sebenarnya berada jauh dari rumah.Bayu menyusuri jalanan ibu kota yang ramai dan penuh sesak. Padahal anjuran untuk aktivitas di dalam rumah s
Mereka akhirnya mandi berdua. Untung saja, sudah sangat sore, sehingga adegan baru saja tidak akan terulang di kamar mandi. Mereka mandi dengan tenang, saling menggosok punggung dan saling memandikan. Merupakan kegiatan yang sangat mengasyikan bagi sepasang suami istri. Terlihat sederhana, tapi mengeratkan hubungan.“Mas, kita menjemput papa dan mama di bandara ahri ini. Mereka akan mengunjungi kita dan hotel. Katanya, akan bertemu dengan partner bisnis baru.” Eliana berjinjit mengambilkan baju untuk suaminya. Karena melihat istrinya kesusahan, maka Bayu mengangkat tubuh istrinya untuk mengambilnya. Akan tetapi, rupanya dia melilitkan handuk kurang kencang, sehingga handuk tersebut melorot dan memperlihatkan barang antik milik Bayu.
“Gila, ini ngasih makan orang apa beruang? Porsinya ajib gile. Tapi bikin puas sih?” Agung mengacungkan jempolnya.“Eh, ini yang mau kau kenalkan padaku? Ini mantumu?” Mereka saling menatap. Begitu juga dengan bayu yang tersenyum kepada lelaki paruh baya itu.“Iya. Kenalin mantu kesayang gue. Karena Cuma satu-satunya. Namanya Bayu. Bayu, ini sahabat papa. Dia gila, dari dulu sangat gila.” Bayu menyalami lelaki paruh baya itu, kemudian lelaki itu memeluknya erat.“Apa kamu tahu, mantumu ini jadi pelangganku. Dia senantiasa bolak-balik membeli makanan di sini. Aku baru tahu sekarang, ternyata mas Bayu itu menantumu.” Lelaki paruh baya itu memeluk
“Sudah tenang? Sekarang duduk di sini, dengarkan aku bicara.” Bayu memegang pundak istrinya dan mendudukkan Eliana di bangku panjang yang ada di taman itu.Bayu berjongkok di depan istrinya yang terduduk di bangku panjang. Dia berlutut, kemudian memandang lekat wajah istrinya yang muram. Sedangkan Eliana berudah membuang wajahnya ke manapun karena dia tidak ingin melihat wajah suaminya. Dia sangat kesal memandnag wajah itu. Wajah yang selalu mengalah dengan siapa pun yang menghujatnya.“Sayang, kau lihat? Semua orang memperhatikanmu dan menontonmu berantem sama wanita itu. Aku tidak ingin istriku yang sangat cantik ini, menjadi konsumsi publik. Aku tahu kamu marah. Tapi, tidak harus meluapkan ‘kan