Sedangkan Amel, ia berada di toilet. Ia terus muntah, tetapi hanya cairan putih yang keluar. Setelah merasa lebih baik, dia langsung bersandar."Kenapa gue jadi mual banget, biasanya kan enggak. Itu kan wangi buah kesukaan gue," lirih Amel.Wanita itu kelelahan karena terus muntah. Kini mukanya terlihat pucat, ia segera mencuci wajah dan mengembuskan napas kasar. "Jangan sakit, Mel! Sekarang pelajaran dosen killer, ayo kamu kuat." Dia menyemangat diri sendiri, lalu melangkah dengan lunglai menuju kantin kembali. Tetapi, mencium bau durian membuat mual lagi. Bergegas ke toilet, karena takut muntah di sini."Gue kenapa sih," keluh Amel. Wanita itu segera merogoh ponsel, lalu menelepon nomor adik iparnya. Kala nada sambung terdengar, ia langsung mengatakan tujuannya. "La, tolong singkirin durian itu, gue mendadak mual cium baunya," pinta Amel. Shilla mendengar itu mengeryitkan alis, ia melost spaker handphone-nya. "Emang kenapa, bukannya lo suka banget ya sama durian?" tanya peremp
Amel terkejut karena suaminya tau dia muntah, ia langsung menoleh ke arah adik iparnya yang tersenyum memamerkan deretan gigi. Teguran Raffa membuat ia tersentak, apalagi nada dingin keluar dari bibir lelaki tersebut."Aku tanya sekali lagi! Itu mie ayam punya siapa yang banyak saos dan sambelnya," geram Raffa. Wanita itu langsung melirik Gala, ia langsung mengarahkan kamera handphone ke lelaki tersebut."Ini punya Gala, Mas! Kami tadi main games dan Gala kalah, jadi dia harus habisin mie ayam yang udah semua yang disini masukin," balas Amel. Dia langsung mengalihkan kamera ke wajahnya lagi. Sedangkan lelaki itu melotot, ia hendak protes tetapi dilarang Diana. Melihat hal tersebut, Amel bersyukur dalam hati. "Kalau gitu, suruh diam makan. Sampe habis! Jangan matiin video call, sebelum mie ayam itu berpindah ke perut cowok itu," tutur Raffa. Semua terkejut mendengar perintah Raffa, mereka kini saling pandang. Dan Amel memandang Diana dengan wajah memohon, melihat riak wajah temanny
Raffa langsung mengajak pulang istrinya setelah mendapatkan izin. Ia memerintahkan adiknya untuk mengambil tas Amel. Sedangkan kini Amel tengah menunggu di mobil."Mas tuh apaan sih, kan bisa ambil tas sendiri. Gak perlu minta ambilin sama Shilla, lagi bentar lagi jam pelajaran lho," ucap Amel gemas. Lelaki itu tidak menanggapi sang istri, ia malah sibuk menelepon. Sedangkan di kursi kemudi, Dimas yang berada di sana. Raffa pamit keluar dulu untuk mengangkat telepon dari seseorang, membuat Amel memicingkan mata curiga. "Dim, emang suami gue kagak ada kerjaan apa! Sampe segala nyamperin ke sini," seru wanita itu. Dimas yang ditanya melirik sekilas lalu fokus memainkan ponsel lagi. Lelaki itu mengangguk sebagai jawaban, membuat Amel mendengkus. "Kalau ngomong sama gue coba handphone-nya taro dulu!" sentak perempuan tersebut.Pria tersebut kaget hampir saja handphone terjatuh. Ia mengelus dada, suara Amel sangat menggelegar. "Iya maaf, Bu Bos. Ini handphone-nya saya taro," sahut Di
Waktu pulang tiba, Amel sangat kerena sedari tadi diabaikan. Ia terus menggerutu, kalau di diamkan kenapa dia dibawa ke kantor. Lelaki tersebut malah sangat sibuk mengerjakan pekerjaannya dan melupakan sang istri yang sedangkan geram."Ayo kita pulang," ajak lelaki itu.Amel memutarkan bola matanya kesal, ia bangkit dan meraih tas."Kalau gue dibawa ke kantor cuma diginiin mendingan tadi anter ke rumah aja! Atau gak usah jemput dari kampus," gerundel Amel.Raffa yang mengikuti dari belakang hanya menyeringai mendengar keluhan sang istri. Tetapi, ia masih terus diam. Sesampai di mobil, lelaki itu langsung masuk. Dia yang bisanya membukakan pintu, beberapa hari seperti tidak peduli. "Apa Mas Raffa punya cewek selain aku ya, apa dia punya yang baru," batin Amel menerka. Rasa sakit hati menikam dirinya, ia memegang dada lalu meremas. Air mata bahkan langsung jatuh, membuat dia segera berpaling. "Padahal baru menerka, tapi kenapa sesakit ini. Apalagi kalau ini benar dan di depan mata."
Amel langsung mendorong Raffa agar tidak mendekap dan mengelusnya. Emosi sangat tidak stabil, kini dada kekesalan rasanya memburu ingin segera diluapkan."Tadi kamu ngatain aku nuduh, tapi kamu ternyata nanti ada rencana mau duain aku. Mendingan kalau mau niat gitu bilang dari awal sebelum nikah! Aku gak akan nerima lamaran kamu," hardik wanita itu. "Lagian kalau cuma manja sama kamu aku juga bisa, kenapa harus cari yang lain," lanjutnya. Sangat terdengar nada kecemburuaan di sana. Lelaki itu langsung tertawa, membuat Amel mendengkus. "Cewek yang manja itu maksudnya anak kita, aku mau anak cewek. Pasti gemesin kaya kamu," lontar Raffa.Amel langsung menyerang suaminya mendengar lanjutan ucapan lelaki tersebut. Sedangkan Raffa tertawa, karena berhasil membuat Amel seperti itu."Jahat banget sih, Mas! Rese deh," geram wanita tersebut.Raffa menahan tangan sang istri, membuat mereka saling menatap. Lalu mereka tertawa dan saling mendekap. Lelaki itu berdecak membuat Amel mendongak. "
Amel mulai menangis karena tidak menemukan suaminya. Tubuh wanita itu bergetar ketakutan, apalagi kini suara jangkrik menemani. "Mas ... kamu di mana sih, aku takut! Tolong kamu cepet ke sini," jerit wanita itu meminta. Raffa hendak keluar, tetapi dirinya ditahan oleh sang Mama. Wulan menggeleng sebagai tanda tidak boleh ke sana. "Tapi, Mah ... kasian dia sampe nangis gitu," ucap Raffa pelan. Sekar yang mendengar itu memegang pundak sang menantu, ia mengulas senyum. Wanita tersebut sangat bahagia, karena lelaki yang menjadi suami anaknya terus berusaha membahagiakan Amel. "Tenang aja, pasti dia ke sini. Sabar sedikit ya," tutur wanita itu pelan.Raffa akhirnya mengangguk, ia berusaha menenangkan hati. Agar tidak terlalu cemas pada sang istri. Kala mendengar teriakan Amel semakin mendekat, mereka lekas bersembunyi. "Mas ... kamu sebenernya dimana sih! Rese banget deh. Aku marah nih, jahat banget sih. Udah lupa hari aniversy sekarang malah ninggalin aku sendiri di rumah," teriak A
"Yang!" Raffa memekik, ia menepuk pipi sang istri. Semua orang sangat terkejut, mereka langsung mengerumi Amel. Wulan melihat menantu seperti ini, ia segera menyuruh Raffa membawa ke kamar dan dia menelepon dokter pribadi. "Makasih, Mah. Raffa bawa Amel ke kamar dulu," ucap lelaki itu gemetar.Lelaki itu sangat ketakutan, dia tergesa-gesa membawa istrinya. Sedangkan Sekar segera menyusul menantu dan anaknya. Kala sampai di pintu kamar, ibu mertua pria tersebut membantu untuk membuka benda tersebut. "Ayo cepat letakan hati-hati di kasur, Raf," perintah Sekar. Raffa mengangguk, ia dengan perlahan membaringkan sang istri ke kasur. Lalu Sekar segera menyelimuti perempuan itu, ia ikut naik ke ranjang dan membelai sayang kening anaknya. "Raf, ada minyak kayu putih gak?" tanya Sekar. Lelaki itu terdiam, lalu mengangguk dan segera mencari benda tersebut. Setelah ketemu, dia memberikan pada Sekar. "Ayo Nak, bangun! Jangan buat kami cemas," ujar wanita itu. Aroma minyak kayu putih, memb
"Kenapa sekarang gak nyoba di cek, kali aja sesuatu harapan. Yang penting kalian sudah berusaha kan, kalau belum waktunya gak papa, kalian bisa terus berdua dan meminta pada sang maha kuasa," lontar dokter tersebut."Aku bawa nih, aku juga lagi mau nyecek, tapi di telepon Nyonya Wulan jadi ke sini dibawa-bawa deh," lanjutnya. Semua langsung memandang Amel, mereka mengangguk menyakinkan wanita itu. "Ya udah," kata Amel pelan. Mereka langsung tersenyum, dokter itu segera merogoh tespack dan memberikan pada Amel. "Ayo bantu Amel, ke kamar mandi, Raf. Kenapa malah diem aja," cecar Wulan. Mendengar perintah Mamanya, lelaki itu langsung mengangguk. Lalu membantu memapah sang istri menuju bilik mandi. Kala sampai dia disuruh keluar oleh Amel. Dia mengangguk paham dan memegang bahu wanita tersebut terlebih dulu. "Kalau hasilnya negatif gak papa, kok. Jangan sedih, kalau udah waktunya di kasih kok," tutur sang suami. Amel mengangguk kepala, Raffa langsung mengelus sayang puncuk kepala s