Membuat Raffa mendongak bersamaan dengan Kayla yang langsung tersenyum. "Kalau gak pengen sama pernikahan ini, aku bahkan gak sudi untuk repot-repot fitting baju segala. Tapi lihat, kan, aku datang berarti aku sangat menginginkan pernikahan ini," balas Raffa.Lelaki itu langsung bangkit dari duduknya. Mengulas senyum ke samping Mila, yang ternyata Amel tengah mendekat."Kamu sangat cantik, Sayang. Memakai itu," ucap Raffa. Mila dan Kayla langsung menoleh ke mana arah pandangan Raffa."Om Duda, sama mereka lagi ngobrol apa?" tanya Amel saat berhenti di samping Raffa. Raffa menggeleng lalu tersenyum, lelaki itu membenarkan rambut yang menghalangi wajah Amel. "Bukan apa-apa, ayo! Ganti pakaianmu lagi, kita harus cari mahar buat kamu," tutur Raffa. Amel sedikit bersemu dengan perilaku Raffa tadi. Ia bagai terhipnotis langsung menganggukan kepalanya lalu mulai melangkah ke ruangan ganti. "Apa kamu mencari istri yang penurut? Kalau gitu Kayla juga bisa lho. Kalau dia pantasnya jadi
"Om Duda, sangat mengerikan," lontar Amel. Raffa terkekeh sebentar lalu menampilkan raut wajah datar. Amel terkejut dengan perubahan itu, ia memandang heran sang calon suami."Menakutkan gimana, kan, bagus buat badan lho," seru Raffa."Sudahlah! Kita sekarang mau kemana?" tanya Amel seraya menggibaskan tangannya di depan wajah."Kamu padahal masih muda, tapi kok sudah pikun," ejek Raffa. Mata Amel langsung membulat dan menoleh memandang Raffa kala lelaki itu mengucapkan kata tersebut."Namanya juga manusia, pasti kadang lupa," seru Amel dengan menggebu."Oh gitu, yah." Nada bicara Raffa masih terdengar mengejek. Membuat Amel geram dan dengan spontan memcubit paha calon suaminya itu."Awhhh ... kok kamu cubit aku sih," keluh Raffa.Lelaki itu mengusap pahanya, lalu menatap sendu ke arah Amel."Om Duda, nyebelin!" Kata itu yang keluar dari bibir Amel. Wanita tersebut langsung bersidekap dan memandang lurus ke depan."Ayo kita berangkat," ucap Raffa. Lelaki itu memilih tidak memperp
Amel langsung membuka mata dan menoleh memandang Raffa. Terlihat lelaki itu memamerkan seringai. "Omnya awas dong, aku mau keluar nih," ucap Amel.Gadis itu berkata seraya memegang pintu yang jendelanya memang sudah terbuka."Oke, aku mundur. Sekarang silahkan tuan putri keluar," kata Raffa."Apaan sih, ayo cepat kita masuk dan pilih-pilih," ajak Amel.Gadis itu langsung menggenggam tangan Raffa kala keluar mobil. Lalu menarik lelaki tersebut agar mengikutinya."Eh, iya. Tapi janji ya jangan ingkar kalau Om Duda, bakal traktir aku," ujar Amel.Dia menghentikan langkahnya lalu menoleh memandang Raffa. Pria tersebut terkekeh lalu merogoh dompet dan memberikan pada Amel."Eh, iya. Tapi janji ya jangan ingkar kalau Om Duda, bakal traktir aku," ujar Amel.Dia menghentikan langkahnya lalu menoleh memandang Raffa. Pria tersebut terkekeh lalu merogoh dompet dan memberikan pada Amel."Ini, pegang aja dompet aku agar kamu percaya jika saya meneraktir kamu," ungkap Raffa.Tiba-tiba pipi Amel la
Lelaki itu lekas membuka jaketnya lalu mengikat di pinggang Amel. Gadis tersebut terkejut, belum bisa mencerna apa yang dilakukan sang calon suami. Raffa lekas berlari meninggalkan Amel, membuat kasir juga kebingungan."Om Duda, kenapa sih," gumam Amel. Lalu terlihat Raffa berlari mendekatinya sambil membawa pembalut. Amel membulatkan mata melihat benda keramat itu. "Cepat scan dulu," perintah Raffa. Lelaki itu menyodorkan pembalut ke kasir, awal-awal perempuan tersebut mematung. Tetapi lekas mengerjakan apa perintah Raffa kala tegur lagi."Kenapa diam aja, ayo cepat!" tegur Raffa. "Udah di scan, kan. Ini kamu cepet ke toilet," bisik Raffa pelan. "Buat apa, Om. Ihh Om Duda mesum deh," balas Amel.Perempuan itu ikut mengucapkan dengan nada pelan. Raffa mendengkus kesal, ia mendekati bibir ke telinga Amel. "Aishhh ... coba ingat-ingat jadwal tamu bulanan kamu, tapi nanti setelah kamu pergi ke toilet. Cepet gih!" tutur Raffa. "Diam aja di toilet, nanti kasih tau kamu di mana. Tung
"Ayo pergi!" ajak Amel. Raffa menuruti perkataan Amel, lelaki itu mengikuti langkah calon istrinya. "Sekarang kita pergi ke toko emas, ya, lagian aku juga udah nurutin permintaan kamu," lontar Raffa. Mereka kini berada di dalam mobil. Raffa fokus melajukan kendaraan roda empat tersebut. "Iya sih, tapi gara-gara Om Duda, aku dikira sama cewek-cewek tadi simpenan Om Duda," gerundel Amel. Gadis itu memajukan bibirnya tanda kesal. Ia meraih snack dan membuka lalu melahap dengan gerakan marah. "Makannya biasa aja kali," kata Raffa. Lelaki itu sempat melirik Amel. Terlihat riak wajah cemberut gadis tersebut. "Lagian, salah aku dimana coba. Udah bagus doang aku kasih tau kamu, biar kamu gak malu," lontar Raffa lagi. Amel mendengkus lalu mencubit tangan Raffa membuat lelaki tersebut mengaduh. "Ihhh ... bukan itu yang kumaksud, Om Duda! Tapi saat Om Duda berani banget masuk ke toilet cewek, gara-gara itu, tiga cewek itu malah ngegibahin aku, aku dikatain simpanan Om," cerocos Amel."
"Sama calon istri ini, gak papa kali. Lagian aku, kan lagi nyetir gak bisa makan sendiri," balas Raffa.Amel mencibir tetapi tangannya menyuapi Raffa. Lelaki itu tersenyum senang, ia terus menerima suapan sang calon istri."Nah gitu, jadi makin sayang deh sama calon istriku ini," kata Raffa. "Apaan sih, basi tau gombalannya," sahut Amel.Terdengar kala mengeluarkan suara, sepertinya Amel salah tingkah. Raffa yang mendapatkan tanggapan itu terkekeh lalu dengan tangkas memarkirkan kendaraan roda empat tersebut. "Sudah sampai, ayo keluar dan ikuti langkahku," lontar Raffa. Lelaki itu cepat keluar mobil, lalu membukakan pintu untuk Amel. Calon istri berusaha bersikap biasa saja, walau perbuatan Raffa membuat dada gadis tersebut berdebar."Bisa gak jangan lebay, Om Duda! Lihat, kita jadi pusat perhatian," bisik Amel.Amel berbisik kala sudah berada di samping Raffa. Mereka melangkah bersamaan, dengan lelaki itu yang tiba-tiba meraih tangannya. "Memangnya kenapa, yang penting aku menyuk
"Tuan dan Nona sangat serasi, oh iya. Silakan pilih-pilih," sapa pegawai yang rambutnya di kuncir satu. "Matamu sangat bagus, tau saja kalau kami serasi. Ada rekom set perhiasan yang bagus," seru Raffa. Pegawai itu hanya tersenyum kecil kala Raffa mengatakan demikian. "Ada Tuan, akan saya ambilkan ya. Tunggu sebentar saja," lontar pegawai itu lalu dibalas anggukkan Raffa."Kamu suka itu?" tanya Raffa. Lelaki itu bertanya kala melihat sang istri memandang salah satu gelang. Amel menggeleng membuat Raffa mengeryitkan alisnya. "Terus, kenapa kamu memandanginya sampai segitunya," ujar Raffa.Amel mengembuskan napas lalu mendongak membalas tatapan Raffa. Ia langsung menggeleng. "Gak papa."Hanya kata itu keluar dari bibir Amel. Semakin membuat Raffa penasaran. "Jawablah yang jelas," tuntut Raffa.Amel mengembuskan napasnya kasar, ia memandang kesal pada Raffa yang ingin tau segalanya. "Tadinya aku mau membelikan gelang itu buat Ibu, buat ulang tahunnya besok. Tapi kayanya gak jadi
"Kamu serius? Ingin makan di tempat ini," lontar Raffa. Lelaki itu memandang tempat yang ditunjuk Amel. Mereka masih di dalam kendaraan roda empat tersebut. "Iya dong, ayo cepat! Aku udah lapar," balas Amel. Dia mengangguk dengan semangat kala Raffa melemparkan pertanyaan tersebut. Amel langsung membuka pintu mobil lalu keluar, tak lupa meminta Raffa agar ikut ia ke tempat langganannya. "Ayolah, Om! Kenapa masih diem disitu," gerundel Amel. Calon istrinya itu memiliki membukakan pintu mobil lalu menarik Raffa keluar. "Apa kamu menjamin tempat ini bersih, Mel," ucap Raffa.Pria itu mengeluarkan isi hatinya, Amel langsung mendengkus mendengar perkataan Raffa. "Aku jamin, Om. Bahkan aku dan Shilla selalu ke sini, ini tempat favorit kami lho," tutur Amel. Amel dengan lancar berbicara, ia memilih menarik lengan calon suaminya itu. Gadis tersebut langsung disambut."Amel, kenapa kamu baru aja ke sini. Dimana Shilla?" tanya wanita itu. "Hehe ... Amel kemaren-kemaren lumayan sibuk, B