Hari pernikahan tiba, suara gedoran membuat Amel memekik kesal. Ia membuka matanya dan melangkah dengan menghentakan kaki menuju pintu. Baru saja hendak mengomel, tangan gadis itu telah ditarik masuk lagi ke kamarnya."Ahhh ...," pekik Amel terkejut."Kamu ini gimana sih! Dari tadi Ibu gedor pintu juga gak dibuka-buka," omel Sekar."Ibu rese ih, kalo Amel jantungan gimana!" Gadis itu bukannya meminta maaf, ia malah ikut membalas dengan omelan. Sekar mendengkus kesal lalu mengusap dadanya beristigfar. "Kamu ini, inget gak! Sekarang hari apa?" lontar Sekar. "Emang ini hari apa, Bu. Udeh deh, Amel mau tidur lagi, ngantuk tau," ucap Amel. Sekar langsung menarik lengan anaknya, karena Amel hendak berbaring lagi di kasur. "Kamu ini mau nikah hari ini tau, udah ayo ikut! Kamu harus siap-siap," tutur Sekar. "Astagafirullah, iya-ya sekarang aku mau nikah," gumam gadis tersebut.Wanita itu mendorong punggung anaknya agar ke kamar mandi. "Sana gosok gigi sama cuci muka aja," kata sang Ib
Perias itu hanya tersenyum kecil, ia menepuk bahu Amel. Lalu bibirnya mendekat ke telinga gadis tersebut. "Tenang aja, walau kamu gak mandi. Aku jamin kamu gak bakal bau kok," bisik perias."Serius? Ya udah, cus kerjain kerjaanmu," ucap Amel."Oke, cap cus kita buat Nona Amel jadi ratu sehari," celetuk perias tersebut.Amel langsung menoleh ke arah perias yang tengah menata alat tempurnya. "Kok cuma sehari sih, aku pengenya selamanya jadi ratu," protes Amel. Perias itu tepuk jidat, ia tersenyum kecil. "Insyaallah bakal dijadiin ratu selamanya oleh calon suamimu yang akan sah menjadi imammu." Beruntung perias itu tidak ambil pusing dengan tingkah Amel. memulai pekerjaan. Semua orang diperintahkan keluar dulu kala Amel hendak dipakaikan baju pengantin. Senyuman puas terukir di bibir kala melihat hasil karyanya."Kebaya ini sangat pas untuk kamu, kamu terlihat sangat canik," puji perias."Dimana Ibumu, sekarang giliran dia," tuturnya.Amel mengedikan bahu, ia kini tengah melihat pan
"Gue, kan mau salaman sang Amel," protes lelaki itu. "Sama aja, mau sama saya atau sama istri saya. Udah sana turun! Masih banyak yang mau mengucapkan selamat sama kami," seru Raffa. Lelaki itu berkata seraya mengusir, Amel yang melihat itu hanya tersenyum kecil."Dih, cemburuan banget," cibir mantan Amel. Ia melangkah turun dari pelaminan dan mengedipkan mata pada Amel. Raffa yang melihat itu menggepalkan tangannya. "Seneng ya, mantanmu datang. Ampe tebar senyuman gitu," cibir Raffa pelan."Iyalah seneng, apalagi liat Om Duda cemburu gitu," balas Amel."Apaan sih, siapa lagi yang cemburu," sahut Raffa.Mereka berbicara dengan keadaan duduk berdekatan dan saling berbisik. Jika yang melihat, mungkin keduanya seperti pasangan romantis."Mereka lengket banget ya, serasi lagi,"cetus salah satu tamu."Iya, walau pasangan Raffa seorang gadis yang menurutku baru lulus SMA," balas seorang Pria."Moga aja bisa saling menyeimbangkan."Mereka mengangguk bersamaan, ada yang setuju dengan pas
"Ini kerjaan siapa lagi, bunga sekali ditebarin di kasur," geram Amel."Udah, gak usah dipikiran. Kamu mendingan mandi gih," seru Raffa. Lelaki itu membuka jas yang ia pakai. Mata Amel membulat dia cepat-cepat mengambil handuk dan berlari ke bilik mandi."Om Duda gak tau sikon banget, udah tau ada aku. Malah buka baju segala," dumel Amel.Perempuan yang baru menjadi istri Raffa itu tengah mengelus dada. Amel menarik napas dan mengembuskannya."Ini jantung kenapa gak mau tenang sih," gerundel Amel. "Mel! Kamu kenapa lama banget," teriak Raffa.Lelaki itu mengetuk pintu kamar mandi, membuat yang di dalam terkejut. "Bentar, ini lagi baru mau mandi. Sabar dikit dong Om," balas Amel. Gadis itu akhirnya berusaha membuka sleting pakaian tetapi gak bisa. Ia mengembuskan napas kasar kesal. "Kenapa susah banget sih," geram Amel. Suara ketukan terdengar lagi, Amel yang kesal membuka pintu. Tatapan kesal dilayangkan pada Raffa. Pria itu menjadi kebingungan. "Gak sabaran banget sih, Om! Tau
"Kok kamu malah cubit aku sih, Ayang," keluh Raffa.Lelaki itu mengusap pinggangnya. Ringan sekali lengan Amel sampe tubuh Raffa selalu kena sasaran cubitan."Kesel sama Om Duda!" omel Amel. Amel mulai mencari baju tidur lagi, tetapi tak ketemu. Raffa yang melihat itu akhirnya memilih duduk di kasur memperhatikan Amel."Huh! Gak ketemu satupun. Ini semua pakaian kekurangan bahan, pasti ini ulah Shilla!" geram Amel.Gadis itu memukul lemari, napasnya memburu. Tanda ia sangat marah, Raffa yang melihat itu hanya mengulas senyum."Shilla, habis ini kamu akan Kakak kasih hadiah," batin lelaki tersebut."Hey, udahlah. Jangan diobrak-abrik lagi, kalau ini kerjaan Shilla pasti dia gak akan meninggalkan satupun pakaianmu. Mendingan pake ini aja, dari pada handuk itu nanti kamu masuk angin lagi," lontar Raffa.Amel langsung mempautkan bibirnya, ia merampas lingerie yang ada di tangan Raffa. Kala menoleh ke arah lelaki itu, netra Amel langsung membulat lalu menutup mata dengan telapak tangan."
Ucapan Amel terhenti karena Raffa telah membokong ke kasur. Tatapan mereka semakin lekat, bibir mereka baru saja hendak menyatu. Gendoran pintu terdengar membikin keduanya terkejut. "Ishh ... siapa sih yang ganggu," gerundel Raffa. Lelaki itu akhirnya memilih turun dari ranjang, ia menatap Amel terlebih dahulu. Terlihat gadis tersebut tengah mengembuskan napas dan mengusap dada. "Kamu tunggu disitu sebentar, nanti kita lanjutin yang tadi," seru Raffa. "Hehe ...." Shilla hanya mengeluarkan kekehan kala Raffa membuka pintu dengan riak datar dan tatapan kesal."Ngapain sih! Udah tau gak, kamu ganggu kegiatan kami," sembur Raffa. Shilla hanya menggaruk kepalanya yang tak gatal. Ia langsung menyodorkan kunci cadangan kepada Raffa."Selamat bersenang-senang, seharian kalian bakal di rumah ini. Kami akan ke rumah Mama, termasuk Tante Sekar," tutur Shilla. "Kalian sangat pengertian, makasih." Raffa langsung mengambil kunci itu dan dengan cepat menutup pintu. Shilla hanya menggelengkan
Raffa yang keluar dari bilik mandi melihat Amel yang cengengesan. Ia mengembuskan napas dan menatap dalam ke sang istri. Mendaratkan bokong ke kasur. "Apa kamu sudah inget, istriku," ujar Raffa. "Aku mau ke kamar mandi," lontar Amel. Kala hendak turun dari ranjang, ia merasa nyeri dan linu di area pribadinya. Raffa yang melihat Amel mengeryit langsung lebih mendekat pada sang istri. "Kamu kenapa?" tanya Raffa.Lelaki itu mengeluarkan suara dengan nada khawatir. "Eumm ... anuku sakit, Om Duda," cicit Amel pelan."Tadi aja pas nendang aku gak ngeluh sakit kok," balas Raffa. Amel langsung memanyunkan bibir kala mendengar perkataan suaminya. Raffa yang melihat itu terkekeh, ia mengacak-acak rambut sang istri."Sabar aja, sana mandi. Aku udah siapin air anget sama salep buat anumu itu,"perintah Raffa. Amel langsung berseru kala mendengar perkataan Raffa."Ternyata Om Duda udah menyiapkan segalanya. Ahhh jadi baper deh," batin Amel menjerit."Kenapa diem aja, sakit banget kan?" tanya
Saat Amel keluar tangannya langsung ditarik oleh Raffa. Tatapan kesal tertuju pada sang suami kala mengetahui jika Raffa yang menariknya."Mas Suami! Ngapain sih maen tarik-tarik aja, kalau aku jantungan gimana," sembur Amel.Raffa yang mendengar itu hanya meringis, ia langsung mencomot bibir istrinya. "Jangan ngomong asal deh, yang penting itu tidak terjadi bukan. Mendingan kamu ikutin aku," seru Raffa.Amel hanya memanyunkan bibir seraya menghentakan kaki. Sedangkan Raffa hanya terkekeh dan berlalu pergi membuat sang istri semakin kesal."Tadi ditarik-tarik, sekarang malah ditinggal! Ihhh ... nyebelin," gerundel Amel."Suprise ... ayo duduk, my queen," seru Raffa.Lelaki itu dan mempersilakan Amel duduk. Istri Raffa hanya terpukau melihat lumayan banyak makanan."Ini kamu kapan beli?" tanya Amel.Raffa yang mendengar itu mendengkus, ia menatap kesal sang istri."Kamu ini, ngeremehin aja, ini bukan beli, Sayang! Tapi aku masak sendiri lho, spesial buat kamu," tutur Raffa.Amel hanya