Setelah berbelanja, mereka langsung pulang dan mulai berperang di dapur. Para perempuan itu tertawa senang, kebahagiaan sangat meliputi semua."Shilla! Jangan jail deh," omel Amel. Wanita itu terlihat sangat kesal, ia langsung membalas sang adik ipar tersebut. Mereka yang dulunya sahabat kini menjadi ipar."Udah-udah, masakan udah selesai bukan. Sekarang kita taruh di meja ya," seru Wulan.Shilla dan Amel langsung bergaya hormat, membuat Wulan tertawa seraya menggelengkan kepala. "Mama sama Ibu istirahat aja, biar ini kami yang beresin," lontar Amel.Kedua wanita paruh baya itu mengangguk. Mereka langsung pergi meninggal kedua perempuan tersebut. Shilla memandang kakak iparnya itu lalu memiringkan kepala. "Kakak ipar, kenapa hanya mereka yang disuruh istirahat. Kenapa diriku ini tidak disuruh, aku kecapean lho," ucap Shilla.Shilla berkata dengan lebay membuat Amel menatap sinis perempuan tersebut. Gerakan Amel sangat cepat ia menoyor kening sang adik ipar."Udah deh, mendingan lo
Wulan hanya memijat keningnya melihat kedua perempuan itu adu mulut. "Kalau kalian mau bertengkar, sini biar Ibu ambilin pisau tajam." Semua orang langsung menoleh memandang Sekar. Sedangkan Amel dan Shilla merengut. Ia menatap kesal wanita paruh baya itu. "Ibu ini gimana sih, masa orang lagi berantem. Malah terus ditawarin benda tajam, suruh tawuran gitu," gerundel Amel. Shilla mengangguk setuju. "Betul tuh, bukannya dipisahin malah mau makin diadu," sahut Shilla. Sekar hanya memutarkan bola matanya, ia lalu melanjutkan makan lagi. "Kalau Ibu gak bilang begitu, kalian gak bakal berhenti. Berisik tau, suara kalian bikin pusing," jawab Sekar. Setelah acara makan itu, Amel dan Raffa berpamitan. Kini keduanya berada di kendaraan roda empat, melaju menuju apartemen. "Mas, aku ngantuk," kata Amel. Raffa yang tengah menyetir mobil menoleh memandang istrinya. Ia melihat Amel tengah bersandar di jok, mata tertutup rambut, dengan lembut dia menyingkir anak rambut yang menghalangi. "
Setelah melakukan ritual itu, kini keduanya saling berbaring berhadapan. Tatapan Raffa terus tertuju pada sang istri. Sedangkan Amel yang pipinya terasa panas langsung menyusupkan wajah di dada Raffa. "Mas, langsung anterin aku ke sini aja, jangan ke Mama atau Ibu." Amel mendongak memandang paras suaminya. Kala tatapan bertemu, mereka langsung melempar senyuman. "Mas hanya gak mau kamu bosen sendiri di sini, Sayang. Kamu, kan biasa ngumpul sama mereka, takutnya kamu merasa beda," seru Raffa. Amel mengerjapkan mata, ia menunduk dan menatap dada bidang lelaki itu. "Percaya sama aku, aku ingin terbiasa menjadi kehidupan seperti itu. Kalau aku bosan, kan aku bisa minta dijemput Shilla. Atau memesan taksi buat anter ke sana," ucap Amel.Raffa yang mendengar perkataan sang istri langsung mendaratkan kecupan di kening wanita itu."Oke deh, asal kamu jaga diri ya. Udah, sekarang kita tidur, bukannya kamu besok kuliah pagi bukan," tutur Raffa.Amel tersenyum, ia mendekat tubuh suaminya da
Amel langsung memegang pipinya kala pintu kamar mandi telah tertutup. Ia segera menepuk-nepuk agar tersadar, tapi masih saja rasa itu terasa."Mas Raffa mesum," pekik Amel. Wanita itu bergegas mencari pakaian. Agar pikirannya tidak melulu memikirkan hal tersebut. Kala melihat jam berapa ia langsung membulatkan mata. "Aish, kenapa alarm handphoneku gak bunyi, sialan!" geram Amel. Gerakan wanita itu sekarang jauh lebih cepat dari yang tadi. Setelah selesai berpakaian, terlihat Raffa baru saja selesai. Dengan gesit ia memberikan pakaian untuk sang suami. "Ayo cepat Mas! Kalau enggak aku bakal telat," seru Amel. Dirinya bergegas turun, ia sudah membawa kebutuhannya di kampus. Dengan cepat pergi ke dapur, hendak menyiapkan sarapan. Tetapi terhenti kala melihat tempat bekal sudah tersedia di meja makan. "Ahhh ... suamiku emang yang terbaik," seru Amel.Suasana hati Amel sedang bahagia, ia bergegas membawa bekal dan menaruh di mobil. Kala masuk ke kediaman, melihat Raffa telah siap."U
Amel masih menyuapi sang suami walau kini tengah berada di parkiran kampus. Ia menjadi pusat perhatian karena kendaraan yang mencolok. Suara ketukan dikaca membuat keduanya menoleh, Raffa yang mengetahui itu sang adik langsung membuka pintu mobil. "Kalian ini jadi pusat perhatian, malah enak mesra-mesraan! Ayo cepat Amel ikut aku, bentar lagi masuk lho," sembur Shilla. Raffa menatap kesal adiknya, sedangkan Amel langsung melihat jam yang berada di ponsel. Ia membulatkan mata kala melihat pukul berapa sekarang. Dengan gerakan cepat dia memberikan kotak bekal pada sang suami lalu lekas beberes. "Aku bentar lagi masuk, Mas. Semangat kerjanya ya! Jangan lupa jemput aku," tutur Amel. Wanita itu mendaratkan kecupan di pipi Raffa lalu mencium punggung tangan sang suami. Raffa terdiam mendapatkan perilaku seperti tersebut, bahkan tak sadar jika Amel sudah tak di dalam mobil lagi. "Hahaha ... lihat gak muka Ka Raffa, bikin ngakak tau gak," ucap Shilla.Kedua perempuan itu kini sudah berad
"Siapa dia?" tanya Raffa. Lelaki itu melotot bahkan urat leher terlihat dari video, wajah yang memerah karna marah. Gala yang mendengar hal tersebut mengeryitkan alis. "Gue seniornya, Amel. Gue juga bakal naklukin hati cewek ini," ujar Gala. Amel langsung menoleh melirik kesal ke arah Gala. "Apaan sih lo! Asal ngomong aja," hardik Amel. Wanita itu bangkit dari duduknya, lalu melangkah pergi meninggalkan Gala. Ia berlari ke tempat sepi, kala hendak menjelaskan ternyata video call telah terputus. "Sial! Ini semua gara-gara cowok itu," geram Amel. Amel dengan gerakan cepat atau lebih tepat gemetar ia berusaha menelepon tetapi tidak diangkat sang suami. Setelah berkali-kali dicoba tetapi masih sama, wanita itu memiliki ide lain dan berlari mencari Shilla. "Shilla! Lo di mana."Amel berteriak, ia berlari lalu bergegas mendekat kala melihat Shilla tengah meminum segelas jus. "Gue minjem handphone lo," seru Amel. Ia memegang bahu Shilla membuat perempuan itu terkejut. "Lo dari man
Amel langsung melangkah pergi, tidak memperdulikan Gala yang ia dorong. Sedangkan Shilla memandang lelaki itu dan dibalas pelototan Gala. "Gak usah liatin gue! Pergi sana," usir Gala. Ia berkata dengan kasar, Shilla yang mendengar itu hanya mengedikan bahu lalu memilih tak ambil pusing. Yang penting sudah memastikan jika lelaki tersebut tidak terluka. "Ya udah, gue pergi," ujar Shilla. Gadis itu mengejar kakak iparnya yang ternyata kini tengah melahap makanan. Melihat hal tersebut, Shilla memilih dud uk menunggu Amel selesai mengisi perut. "Gila! Lo baru aja masuk udah buat cowok tergila-gila sama lo," lontar Shilla. Amel hanya melirik sekilas lalu melanjutkan melahap makanan lagi. "Malahan itu seperti musibah," balas Amel. Wanita itu mengembuskan napas, ia terlihat begitu lesu. "Gue aja yang masih gadis belum ada yang deketin, sedang lo udah jadi istri Kakak gue. Ada aja cowok yang deketin, lumayan ganteng lagi," celetuk Shilla. "Memang pesona istri orang itu silau ya," lan
Amel membulatkan mata, ia langsung mendorong Gala membuat dia terjatuh karena Gala tidak menahan lagi. "Nah kan, jatuh. Makanya jangan sok jual mahal," cecar Gala. Lelaki itu membantu Amel berdiri, ia menyodorkan tangan tetapi di tepis Amel. Perempuan tersebur tak sadar, jika sambungan telepon masih terhubungan. "Apaan sih! Gaje banget. Lo itu gak ada kerjaan apa ngikutin gue sampe sini," sinis Amel. Gala hanya mengedikan bahu, membuat Amel geram. Beruntung Shilla sudah berada di sini dan langsung berdiri di samping wanita itu begitupun seseorang yang disuruh Raffa. "Pokoknya gue bakal dapetin lo gimana pun caranya," seru Gala. Lelaki itu langsung pergi membuat Amel geram. Ia mengepalkan tangan, dan mengembuskan napas. "Gila banget sih itu orang, masih aja ngejar-ngejar gue, padahal gue udah bilang kalau udah punya laki," geram Amel. Raffa yang mendengar semua perkataan istrinya mengulas senyum dengan tangan mengepal. Lelaki itu langsung mematikan sambungan telepon takut Amel