بيت / Fantasi / Omega keeper Of Crystalon / Bab 16 : "Aku Tidak Akan Membiarkanmu Pergi"

مشاركة

Bab 16 : "Aku Tidak Akan Membiarkanmu Pergi"

مؤلف: FIKRI
last update آخر تحديث: 2025-07-16 10:00:31
Hujan tipis mengguyur menara utama Akademi Darah saat Luca, Aeri, Jero, dan Veyran menembus gerbang masuk. Derap langkah mereka menyatu dengan gemericik air, membentuk irama yang kontras dengan bisik-bisik murid lain yang hanya bisa menebak alasan kembalinya mereka lebih awal dari jadwal eksplorasi Zona-7.

Namun, tak satupun dari mereka peduli.

Luca menggenggam tangan Aeri erat, memastikan gadis itu benar-benar bersamanya—nyata, utuh, dan tak terbawa oleh makhluk tak berwujud yang mereka temui. Sementara Jero dan Veyran, meski tampak tenang, tak mampu menyembunyikan tekanan pada bahu mereka. Aura darah mereka sedikit beriak, menjadi pertanda bahwa sesuatu yang serius akan segera dilaporkan.

Perjalanan dari gerbang menuju gedung pusat tidaklah jauh, tapi rasanya seperti mendaki gunung—terlalu sunyi, terlalu berat. Sepanjang jalan, mereka melewati beberapa siswa yang sedang berlindung dari hujan tipis di bawah lengkungan lorong akademi. Tatapan heran dan rasa ingin tahu tertuju pada Luca
استمر في قراءة هذا الكتاب مجانا
امسح الكود لتنزيل التطبيق
الفصل مغلق

أحدث فصل

  • Omega keeper Of Crystalon    Bab 70 : "Apa Pun, Bahkan Dunia Ini"

    Kesadaran kembali pada Luca bukan seperti terbangun dari tidur, melainkan seperti ditarik paksa dari jurang kegelapan yang tak berdasar. Hal pertama yang ia rasakan bukanlah rasa sakit di tubuhnya yang remuk, atau aroma ramuan herbal yang pekat di udara.Itu adalah kekosongan.Sebuah lubang dingin yang menganga di dalam jiwanya, di tempat yang tadinya selalu ada kehangatan emas yang lembut. Ikatan Vital-nya dengan Aeri, yang selalu menjadi suar penenang di tengah badai elemennya, kini gelap dan sunyi.Kepanikan yang murni dan primal menjalari dirinya.“Aeri?”Suaranya keluar serak, lebih mirip bisikan yang parau. Ia memaksa matanya untuk terbuka. Ia berada di sebuah pondok yang remang-remang, terbaring di atas ranjang jerami. Di sekelilingnya, ia bisa melihat teman-temannya—Erhen, Vael, Nyxel, Trint, Fyren—semuanya terbaring tak sadarkan diri, dirawat oleh para penyembuh Kaum Buangan.Tapi ia tidak melihat Aeri.

  • Omega keeper Of Crystalon    Bab 69 : Penyembuhan

    Selvine dan Veyran tiba kembali di desa Kaum Buangan seperti dua hantu yang kelelahan, disambut oleh kelegaan dan urgensi dari Tetua Elara. Kantung kulit yang berisi Bunga Air Mata Kristal terasa seperti memegang satu-satunya harapan yang tersisa di dunia.Mereka langsung dibawa ke pondok penyembuhan utama, sebuah ruangan besar yang remang-remang, beraroma tanah basah dan ramuan herbal yang kuat. Di sana, di atas tujuh ranjang darurat yang terbuat dari jerami dan kain, terbaring teman-teman mereka. Pemandangan itu menyayat hati. Erhen, dengan napas yang dangkal dan luka yang menghitam. Vael, yang Darah Putihnya tertidur lelap. Nyxel, yang diam tanpa suara. Trint dan Fyren, yang tubuhnya penuh luka memar dan tak bergerak. Aeri, yang pucat seperti porselen. Dan Luca, yang tubuhnya masih memancarkan sisa-sisa energi lima elemen yang kacau.“Kalian berhasil,” bisik Elara, mengambil bunga itu dengan tangan gemetar. “Tapi perjalanan yang sesungguhnya baru s

  • Omega keeper Of Crystalon    Bab 68 : Jenderal Kael

    Jauh dari hiruk pikuk ruang takhta dan koridor istana yang kaku, di puncak menara tertinggi Istana Darah Merah, terdapat sebuah ruangan yang hanya diketahui oleh segelintir orang. Itu bukanlah barak atau ruang senjata, melainkan sebuah observatorium pribadi yang sunyi. Langit-langitnya adalah kubah kristal raksasa yang memperlihatkan langit selatan yang tak berawan, dan dindingnya dipenuhi oleh peta-peta bintang kuno, gulungan-gulungan yang berisi teori-teori darah terlarang, dan artefak-artefak aneh yang berdenyut dengan energi yang tidak bisa dipahami.Di tengah ruangan itu, berdiri seorang pria.Dia adalah Jenderal Kael. Penampilannya sama sekali tidak mencerminkan gelar militernya. Ia tidak mengenakan armor, hanya jubah sarjana berwarna gelap yang longgar. Rambutnya hitam legam, panjang dan tergerai rapi hingga ke bahunya, kontra

  • Omega keeper Of Crystalon    Bab 67 : Kerajaan Selatan

    Jauh di selatan, di mana matahari bersinar lebih terik dan udara terasa kering, berdiri sebuah kerajaan yang dibangun di atas fondasi disiplin, kemurnian, dan ketakutan. Ibu kota Kerajaan Selatan, Aethelburg, bukanlah kota yang ramah. Bangunan-bangunannya yang terbuat dari basal hitam dan marmer merah menjulang ke langit seperti gigi-gigi bergerigi, teratur dalam barisan yang kaku dan sempurna. Tidak ada pasar yang ramai atau seniman jalanan. Hanya ada jalan-jalan lebar yang bersih, di mana para penduduk berjalan dengan langkah cepat dan kepala tertunduk, tidak berani menatap mata para penjaga elit yang berdiri diam seperti patung di setiap sudut.Di jantung kota, berdiri Istana Darah Merah, sebuah benteng monolitik yang seolah menyerap semua cahaya dan harapan.Di dalam ruang takhta yang megah namun dingin, Ratu Aseira tidak duduk d

  • Omega keeper Of Crystalon    Bab 66 : Bunga Air Mata Kristal

    Fajar di desa Kaum Buangan terasa berbeda. Cahayanya yang pucat seolah membawa beban dari nasib tujuh orang yang terbaring di antara hidup dan mati. Di dalam pondok penyembuhan, Selvine berdiri, tekadnya telah mengeras menjadi baja. Ia mengenakan pakaian latihan yang lebih praktis, rambutnya diikat erat, dan di pinggangnya terselip sebuah belati perak tipis.Tetua Elara memberinya sebuah kantung kulit yang diawetkan secara khusus. “Bunga itu akan layu jika terkena udara biasa terlalu lama. Masukkan segera setelah kau memetiknya,” katanya, matanya yang bijaksana menatap Selvine dengan campuran kekaguman dan kekhawatiran. “Hati-hati, anak muda. Kematian sebuah entitas besar akan selalu menarik perhatian mereka yang lapar.”Selvine mengangguk. Ia menatap teman-temannya yang terbaring tak berdaya untuk terakhir ka

  • Omega keeper Of Crystalon    Bab 65 : Tekad Selvine

    Keheningan yang mengikuti badai adalah jenis keheningan yang paling menakutkan. Di dalam kawah yang baru terbentuk, di bawah lubang di langit yang perlahan mulai menutup, Selvine adalah yang pertama kali membuka mata. Kepalanya terasa seperti akan pecah, dan setiap sel di tubuhnya menjerit karena kelelahan.Ia memaksa dirinya untuk duduk. Pemandangan di sekelilingnya adalah sebuah lukisan keputusasaan.Di dekatnya, terbaring teman-teman dari Tim Kunci. Trint dan Fyren tak sadarkan diri, tubuh mereka penuh luka goresan dan memar. Di sampingnya, Aeri terbaring pucat seperti mayat, sisa-sisa energi kehidupannya nyaris tak terasa setelah melakukan ritual nekatnya.Lalu, pandangan Selvine beralih ke anggota timnya yang lain, Tim Umpan. Hatinya mencelos.

فصول أخرى
استكشاف وقراءة روايات جيدة مجانية
الوصول المجاني إلى عدد كبير من الروايات الجيدة على تطبيق GoodNovel. تنزيل الكتب التي تحبها وقراءتها كلما وأينما أردت
اقرأ الكتب مجانا في التطبيق
امسح الكود للقراءة على التطبيق
DMCA.com Protection Status