Share

03. Demo Karyawan

Tuan Simpson dan Cleo hanya bisa pasrah di dalam ruangannya masing-masing. Mereka tidak bisa mencegah pihak bank melelang semua aset perusahaan. Seperti dugaan Tuan Simpson, perusahaan di lelang. Tiga hari lalu demo besar-besaran di depan kantor, dan entah dari instruksi siapa demo karyawan tersebut meminta gaji lebih awal.

    Juga para pemegang saham berbondong-bondong menarik sahamnya di perusahaan Tuan Simpson. Dan jalan satu-satunya memang harus di lelang perusahaannya untuk membayar hutang pada bank, memberikan saham pada pemegannga dan juga sebagian gaji karyawan.

    Sisanya tabungan milik Tuan Simpson di gunakan untuk membayar gaji para karyawan yang menuntut.

    Cleo bergegas keluar dari ruangannya, melangkah menuju ruang kantor papanya. Berjalan cepat, tidak mempedulikan teriakan demi teriakan para karyawan menuntut gaji di bagikan.

    Sampai di ruangan papanya, Cleo langsung menghampiri papanya yang sedang menghadap jendela dengan wajah lesu dan tatapan kosong.

    "Papa, apa tidak ada yang bisa kita lakukan? Kenapa semuanya begitu cepat sekali kejadiannya?" tanya Cleo.

    "Papa sudah tidak punya apa-apa lagi, Cleo." kata Tuan Simpson.

    "Pa, apa papa tidak merasa curiga. Kalau ini pasti ada konspirasi dari pihak yang tidak suka dengan papa. Kita harus hentikan ini, pa." kata Cleo lagi.

    "Tidak, Cleo. Semuanya sudah tamat, tidak ada yang perlu di pertahankan atau di hentikan." kata papanya lagi masih begitu pasrah dan tatapan kosong ke depan jendela.

    Melirik ke bawah melihat para karyawan berdemo. Cleo berdecak kesal, kenapa semuanya jadi begitu.

    "Aku tidak mau hancur begitu saja pa." kata Cleo.

    Dia berjalan mondar mandir, ingin melakukan sesuatu. Tapi bingung melakukan apa, semuanya sudah di bawah kendali pihak bank yang sedang melakukan pelelangan di bagian ruang rapat.

    Tadinya Tuan Simpson hadir di sana dalam pelelangan tersebut, tapi dia keluar karena sepertinya di dalam sana tidak bisa menerima pendapat. Jadi semuanya di serahkan pada pihak bank.

    "Apa pelelangannya sudah selesai? Siapa yang mendapatkannya?" tanya Tuan Simpson berbalik dan memandang anaknya yang sedang gelisah.

    "Aku tidak tahu pa, aku bingung. Terus, kalau perusahaan kita bangkrut dan jadi milik orang lain, apakah kita akan jadi gembel pa?" tanya Cleo.

    "Tidak, kamu masih punya tabungan kan? Gunakan tabunganmu untuk biaya hidupmu." jawab Tuan Simpson.

    "Tabunganku tidak seberapa, pa. Aku baru enam bulan jadi wakil direktur, dan aku belum memiliki apa pun. Termasuk apartemen impianku." kata Cleo lagi.

    "Jangan pikirkan itu, yang terpenting kamu bisa hidup dengan baik dengan tabunganmu itu." kata Tuan Simpson lagi.

"Tapi pa ...."

Tok tok tok.

Suara pintu di ketuk, masuk seorang manajer perusahaan. Anderson, laki-laki bermata cokelat itu masuk dengan membawa berkas di tangannya. Berdiri di depan Cleo dan Tuan Simpson.

"Ada apa Anderson?" tanya Cleo.

"Pihak bank menyuruh Tuan Simpson hadir di ruang rapat. Dan ini berkas yang di berikan oleh pihak bank." kata Anderson menyerahkan berkas pada Tuan Simpson.

"Hemm, baiklah. Saya segera kesana." kata Tuan Simpson.

"Aku ikut pa."

"Baiklah."

_

Tuan Simpson menanda tangani berkas persetujuan lelang perusahaan. Ada beberapa pihak pemegang saham terbesar selain Tuan Anderson ikut tanda tangan. Ternyata pelelangan itu jatuh pada perusahaan besar yang berada di Brazil

Pelelangan itu secara online dengan situs bank centeral. Banyak sekali peminatnya, tapi ternyata jatuh pada perusahaan besar yang ada di Brazil. 

Cleo hanya diam saja ketika papanya membubuhi tanda tangan di berkas persetujuan pelalangan. Cleo menunduk dalam, tangannya mengepal kuat, rasanya dia ingin marah. Tapi dia mendongak, menatap satu persatu orang-orang di depannya. Mencari tahu siapa di antara mereka itu penghianat papanya.

Tapi dia tidak ada satu pun mencurigakan, dan tatapannya jatuh pada pihak bank yang di wakili oleh Roger dan satu lagi entah siapa Cleo tidak tahu.

Tak lama penanda tanganan berkas tersebut, sejak selesai penanda tanganan itu perusahaan bukan lagi milik Tuan Simpson.

"Terima kasih Tuan Simpson, pilihan anda tepat sekali. Dari pada anda yang sengsara dengan demo di depan belum selesai dan pemegang saham juga meminta haknya. Anda bisa melunasi hutang pada kami juga, maka dari itu anda bisa menemui para karyawan untuk kepastian pembayaran gaji mereka." kata Tuan Roger.

"Sebenarnya, ini bukan ranah anda Tuan Roger. Ini tugas saya, tapi anda telah memberikan saran yang cukup baik. Baiklah, saya akan menemui mereka dan berjanji akan memberikan gaji mereka. Anda juga sudah pasti akan mendapatkan uang lunas dari hutang perusahaan saya, dan pemegang saham juga sudah lega karena uangnya sudah di dapatkan." kata Tuan Simpson.

"Ya, ini juga agar anda lebih tenang dalam menjalani sisa-sisa hidup dalam pensiun setelah tidak menjadi direktur lagi. Anda akan tenang tanpa di kejar oleh siapa pun." kata Tuan Roger.

"Tuan Roger. Apakah anda tidak punya hati? Kenapa semuanya anda yang mengendalikan? Apa anda di suruh seseorang?" tanya Cleo curiga dengan pejabat dari bank centeral itu.

"Tidak. Saya hanya memberi saran yang baik, Nona Cleo. Apakah itu salah?" tanya balik Tuan Roger.

"Cleo, sudahlah. Semuanya sudah selesai, papa akan menemui para karyawan yang berdemo itu." kata Tuan Simpson.

Dia bangkit dari duduknya, melangkah pergi meninggalkan ruang rapat tersebut. Meski banyak kejanggalan dalam pelelangan itu, Tuan Simpson tidak mau banyak berdebat. Dia sudah lelah memikirkan semuanya, langkahnya gontai menuju lift.

Pikirannya benar-benar kosong, hanya ada dalam benaknya dia harus menyelesaikan semuanya. Baru setelah itu dia harus mengurung diri di rumahnya, itu yang ada dalam pikiran Tuan Simpson.

"Berikan gaji kami! Berikan gaji kami!"

Teriakan para karyawan di depan membuat Tuan Simpson harus segera turun. Dia menemui semua karyawannya yang berdemo, berdiri menatap satu persatu para karyawan yang berteriak.

"Tuan, berikan gaji kami! Perusahaan ini sudah bangkrut! Berikan gaji kami!" teriakan semakin kencang pada Tuan Simpson sambil mengacungkan tangan.

Semuanya maju mendekat pada laki-laki itu, jika tidak di hadang oleh satpam. Maka Tuan Simpson akan jatuh karena banyak dorongan para karyawan untuk menuntut gajinya segera di berikan.

"Tenanglah kalian semua! Saya akan bayarkan gaji kalian, tunggu saja sampai minggu depan. Semua gaji kalian sudah cair." kata Tuan Simpson.

"Kami mau sekarang! Kami mau sekarang gaji kami!" teriak yang lain.

"Ya benar, kami mau sekarang gaji kami. Kami tidak mau tidak di gaji!" ucap yang lainnya menyahuti.

"Menarik uang banyak itu tidak bisa cepat, bersabarlah. Saya akan membayar kalian semua!" ucap Tuan Simpson lagi.

Setelah berkata seperti itu, dia pun masuk lagi. Tidak tahan menghadapi para karyawan yang berdemo di depan, bahkan mereka sekarang berani sekali menunjuk-nunjuk tangannya ke arah mukanya.

"Huh, ternyata mereka sangat berani sekali. Apa ini semua ada yang memberitahunya?" ucapTuan Simpson lagi.

Dia berjalan cepat masuk ke dalam lift lagi, wajah lesu kini berubah jadi kesal karena sikap para karyawan yang berdemo itu. Di lantai lima, lift terbuka. Tampak dua karyawan berjabatan tinggi, Kevin bagian kepala keuangan dan Anderson bagian manajer berdiri di depan Tuan Simpson.

Mereka diam saja tanpa menyapa atasannya itu, hanya melirik sedikit sinis dan menatap ke depan lagi. Mereka berpikir karena Tuan Simpson bukan lagi atasannya, jadi sekarang dia bersikap biasa saja.

"Apa kalian juga ikut demo meminta gaji kalian?" tanya Tuan Simpson pada Kevin dan Anderson.

"Tentu saja Tuan Simpson, kami dulu pegawaimu. Dan sekarang kami meminta gaji kami bulan ini, kami takut akan di bawa kabur oleh anda." kata Kevin.

"Kevin? Apa kamu tahu sikapmu itu tidak baik padaku?" tanya Tuan Simpson kesal dengan sikap anak buahnya itu.

"Saat ini anda sudah bukan lagi atasan saya Tuan Simpson, setelah perusahaan di lelang oleh bank. Kami sudah bukan atasan anda lagi." kata Kevin.

Tuan Simpson mengepalkan tangannya, ternyata semuanua sudah berubah. Baik karyawan dan juga para pemegang saham itu. 

Pintu lift terbuka, Kevin dan Anderson bergeser memberi jalan pada Tuan Simpson. Tatapan sinis mereka berikan pada laki-laki tua itu. Tuan Simpson melirik pada keduanya, dia benar-benar sudah hancur. Baik reputasi, jabatan dan juga wibawa semuanya sudah hilang.

"Apakah mereka memang bersekongkol dengan orang yang ingin menjatuhkanku?"

_

_

********

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status