Semuanya sudah selesai, perusahaan, harta dan juga uang sudah ludes untuk menutupi hutang dan juga membayar gaji para karyawan yang menuntut. Tuan Simpson duduk di balkon rumahnya, menatap nanar ke depan. Pikirannya masih kosong setelah semua harta benda lenyap, hanya sisa rumah yang saat ini di tempati.
Belum lagi istrinya yang di rawat di rumah sakit karena koma. Pikiran Tuan Simpson buntu, bagaimana dia akan membayar uang rumah sakit untuk perawatan istrinya. Matanya terpejam, rasa lelah dan juga kebingungan itu terus menggelayuti pikirannya.
Jalan buntu dan tidak bisa mencari uang di mana pun karena dirinya sudah di black list dari daftar bank yang sulit untuk mrmbayar hutang.
Tangan halus memegang pundaknya, Cleo anak gadis Tuan Simpson kini berdiri di samping papanya. Berjongkok menatap papanya yang masih memejamkan mata. Dan perlahan kelopak mata tua itu membuka, menoleh pada anak gadisnya.
"Papa memikirkan apa?" tanya Cleo.
"Semuanya sudah selesai, Cleo. Sudah selesai, tidak ada sisa apa pun." ucap Tuan Simpson.
"Papa bicara apa? Aku masih punya tabungan pa, papa jangan khawatir, aku akan membuka usaha baru dengan tabunganku." kata Cleo.
"Tidak sayang, mamamu? Dia butuh biaya banyak, kamu bisa jual rumah ini." kata Tuan Simpson.
"Kalau di jual, mau tinggal di mana kita pa? Sudah, biar nanti tabunganku buat biaya rumah sakit mama. Rumah ini tetap jangan di jual." kata Cleo lagi.
Tuan Simpson hanya diam saja, dia sudah berpikir tidak akan cukup untuk menutupi biaya rumah sakit istrinya yang sedang koma hanya dari tabungan Cleo anaknya. Tetapi dia tidak mau berdebat dengan anak semata wayangnya. Pikirannya masih kalut dengan semua berubah begitu cepat.
Dua minggu lalu dia masih menjabat sebagai direktur perusahaan dan wakilnya adalah anak perempuannya. Entah memang sudah ada jalan kalau perusahaannya akan bangkrut, sebelumnya pihak bank sering memberinya peringatan melalui surat. Tetapi minggu berikutnya begitu pihak bank datang, semuanya berubah drastis dan sangat cepat.
Demo karyawan, pemegang saham menarik sahamnya dan pihak bank menagih hutang perusahaannya. Entah siapa yang salah, tetapi semua begitu cepat kejadian dalam ingatan tuan Simpson.
_
Satu bulan, awalnya begitu biasa saja. Cleo berada di rumah mengurus papanya di rumah dan juga sering bolak-balik ke rumah sakit menjenguk mamanya yang di rawat.
Tapi ketika suatu hari, papanya tiba-tiba tidak ada di kamarnya mau pun yang biasa di kunjunginya. Cleo heran kemana papanya itu pergi.
"Papa kemana ya?" ucap Cleo mencari ke kamar Tuan Simpson tidak ada di kamarnya.
Beralih ke halaman belakang yang biasa papanya berada, tapi tak di temukannya Tuan Simpson. Cleo heran kemana papanya pergi.
"Kok tidak ada semuanya, kemana papa?" ucap Cleo masih terus mencari ke penjuru rumah.
Saat Cleo sedang menuju dapur, dia mendengar suara jatuh dari lantai dua. Suaranya sangat keras, dan berasal dari arah santai di atas. Cleo terkejut, dia berlari menaiki tangga dengan cepat. Apa sebenarnya suara keras itu, seperti benda berat jatuh dari atas.
Sampai di ruangan santai di belakang kamar itu tidak ada apa-apa, tapi kemudian dia menuju balkon. Melihat ada darah menempel di pagar pembatas, hatinya berdegup kencang tiba-tiba. Dia melongok ke bawah, dan benar saja di bawah papanya tergeletak tengkurap dengan bersimbah darah.
"Papa!"
Cleo menjerit, dia berbalik dan berlari kencang. Segera menuruni tangga agar cepat sampai di lantai bawah menuju keluar rumah di belakang. Berlari cepat menuju papanya yang tergeletak.
"Papa! Papa kenapa?!" teriak Cleo membalikkan tubuh papanya.
Ketika tubuh Tuaj Simpson itu di balik, justru matanya terbuka. Mulutnya juga menganga dan tangannya memegangi sebuah pisau tajam. Darah terus mengalir dari urat nadi laki-laki tua itu. Cleo menangis hitseris melihat papanya bunuh diri.
"Papa! Papa!"
Cleo langsung berlari masuk memanggil pelayannya, membantu papanya di bawa masuk ke dalam rumah untuk memberikan pertolongan.
"Maid, cepat telepon rumah sakit. Cari bantuan!" teriak Cleo pada pelayannya panik melihat papanya sudah bersimbah darah.
"Nona, ada apa dengan Tuan Simpson?" tanya maid itu ikut panik.
"Entah, papa sepertinya stres sampai berpikir bunuh diri. Hik hik hik." jawab Cleo.
Pelayan Cleo pun segera menelepon rumah sakit dan meminta ambulans datang untuk membawa majikannya yang sudah tak bernyawa sebenarnya, hanya saja Cleo berusaha untuk menyelamatkan papanya dari kekurangan darah yang mengalir dari urat nadinya.
_
Kematian Tuan Simpson karena bunuh diri heboh beritanya di mana pun. Cleo sangat terpukul dengan meninggalnya papanya yang sangat dia cintai, dia juga bingung dengan kehidupan selanjutnya.
Belum lagi kemarin dia membicarakan dengan papanya. Rumah besar yang dia tempati kini sudah sepi, hanya dirinya dan juga satu pelayan juga satpam rumah. Kini dia masih dalam keadaan berduka, banyak sebenarnya yang mengucapkan belasungkawa padanya.
"Tetap tegar, Cleo."
Begitu ucapan kerabat papany ketika menghadiri pemakaman papanya. Dia hanya mengangguk saja.
Sejak bangkrutnya perusahaan papanya, kerabat papa dan mamanya semakin menjauh. Mereka khawatir akan Cleo yang meminta bantuan padanya, padahal Cleo tidak berniat meminta bantuan apa pun.
Hanya kali ini saja, dalam pemakaman kerabatnya datang dan mengucapkan bela sungkawa dan mengucapkan semangat padanya.
Tempat pemakaman sudah tampak sepi, kini hanya ada Cleo di pemakaman itu. Dia menatap nisan yang masih segar dengan taburan bunga di atasnya.
"Papa, kenapa papa begitu cepat tinggalkan Cleo?" ucap Cleo kembali menangis terisak.
Hening, tangan Cleo memeluk nisan itu. Dia menangis di sana, bingung dengan kehidupan selanjutnya.
Satu jam lebih dia meratapi kepergian papanya, kini dia harus kembali ke rumah. Pelayannya menghubungi kalau ada surat dari rumah sakit datang. Dia menabur bunga untuk terakhir kalinya, kemudian dia berjalan meninggalkan pemakaman.
Mobil terparkir di area parkir pemakaman umum, dia langsung melajukan mobilnya untuk pulang. Ingin tahu bagaimana dengan surat yang datang ke rumahnya.
Satu jam perjalanan mobil Cleo memasuki halaman rumah besar itu, dia langsung keluar dan menuju rumahnya. Mencari pelayannya yang tadi memberinya kabar kalau ada surat dari rumah sakit.
"Emily, surat apa yang datang dari rumah sakit?" tanya Cleo pada pelayannya Emily.
"Sepertinya penting nona, anda buka saja suratnya." kata Emily menyerahkan surat dari rumah sakit itu.
Cleo menerima surat dari tangan Emily, dia membukannya dan tampak kaget dengan isi di dalamnya. Dia memejamkan matanya, rasanya baru saja dia kehilangan papanya. Tapi sekarang harus segera mengoperasi ibunya yang sedang koma selama berbulan-bulan. Operasi penyumbatan pada otaknya, membuat koma itu terus saja sampai sekarang.
Dulu papanya, Tuan Simpson tidak mengizinkan istrinya Christine di operasi karena takutnya jadi hilang nyawanya. Emily menatap majikannya yang tampak kebingungan.
"Kenapa Nona?" tanya Emily.
"Mama harus di operasi secepatnya." jawab Cleo.
"Lalu, apa yang membuat anda bingung?" tanya Emily.
"Uangnya habis, Emliy. Kupikir jika mama operasi harus menjual rumah ini, uang tabungan papa ludes aku pun ada tapi sedikit. Belum lagi biaya rumah sakit selama perawatan mama, bulan ini terakhir bayar. Dan bulan depan harus bayar lagi." jawab Cleo lesu.
"Rumah ini mau di jual?" tanya Emliy.
"Ya, sebenarnya aku sudah menawarkan ke situs jual beli rumah. Karena waktu itu papa juga menyarankan seperti itu, aku keberatan. Tapi akhirnya harus di jual juga, nanti sisanya buat beli apartemen kecil saja buatku tinggal." kata Cleo lagi.
Emily diam, itu artinya jika rumah di jual dia tidak lagi bekerja di rumah Cleo. Cleo tahu Emily bingung harus tinggal di mana dan bekerja apa setelah rumah majikannya itu di jual.
"Lalu, saya bagaimana Nona?" tanya Emily.
"Kamu cari pekerjaan lain saja, Emily. Atau kalau mau kamu bisa tinggal nanti di apartemenku." kata Cleo.
"Baiklah Nona, saya akan ikut anda saja. Sekalian saya juga akan mencari pekerjaan lain." kata Emily.
"Ya, memang sebaiknya begitu." ucap Cleo.
Dia pun meninggalkan Emliy, rasa sedihnya akan kehilangan papanya kini timbul lagi setelah langkahnya terhenti di depan kamar papanya.
"Papa."
_
_
*********
Tiga hari Cleo menginap di rumah sakit setelah melahirkan. Mereka akhirnya kembali ke apartemen dengan anak yang cantik dan lucu, Nick sangat bahagia. Kini dia menjadi seorang dady, dia juga harus membantu Cleo merawat anaknya itu."Aku akan membantumu mengurus anak kita, sayang," kata Nick menggendong anaknya.Dia mencoba menggendong anak yang baru empat hari itu, awalnya dia canggung dan takut jatuh. Tapi di rumah sakit dia belajar dengan suster yang merawat dan mengurus anaknya selama Cleo belum pulang. Nick sangat antusias menggendong anaknya itu, meski baru tiga kali belajar tapi dia sudah bisa dan menguasainya."Kamu sudah membantuku selama ini, Nick," ucap Cleo."Ya, tapi aku akan mengurus Agatha sampai dia besar. Aku sangat senang dengan anak-anak, dulu Shopia tidak menginginkan anak jika kelak aku bersama dengannya selamanya," kata Nick tersenyun getir mengingat waktu dia masih bersama dengan Shopia.Cleo menatap kekecewaan di wajah laki-laki itu, tapi seketika berubah wajah
Satu bulan kemudian, Cleo dan Emily pindah ke apartemen baru yang di beli Nick untuk kekasihnya dan juga pelayannya Emily. Ada dua kamar di apartemen baru itu, salah satunya memang untuk Cleo dan Nick dan satunya lagi untuk Emily. Nick sengaja mengambil apartemen dengan dua kamar, dapur yang terpisah juga bagian untuk tempat laundry.Mereka sedang membereskan barang-barang, Cleo tidak di izinkan ikut membereskan barang-barang. Dia hanya duduk saja, memperhatikan Emily dan Nick membereskan barang-barang di apartemen itu."Aku ikutan membereskan barangnya ya? Bosan kalau harus melihat kalian membereskan sendirian," kata Cleo."Siapa bilang sendiri? Aku dan Emily, sudah kamu diam saja. Jaga anak kita, jangan sampai protes karena mamanya bandel," ucap Nick.Cleo cemberut, tapi dia menurut. Alih-alih hanya diam saja, dia pun pergi menuju dapur membuat makanan cemilan untuk Nick dan Emily. Nick awalnya melarang Cleo beraktivitas, tapi Cleo memaksanya."Kalau aku diam saja, kalian makan apa?
Nick dan Liu sampai di tempat rumah teman Liu itu. Mereka melihat apartemen dari jauh tampak megah dan kelihatan bagus, jika melihat luas halaman sekitar itu, banyak sekali pepohonan dan juga area bermain anak- anak. Nick sangat suka dengan gedung apartemen itu, meski dia belum tahu di dalamnya."Ini sepertinya menyenangkan, di lihat sekeliking ada tamannya, juga taman untuk bermain anak-anak. Dan di ujung sana, ada sekolah? Waah, ini menarik sekali," ucap Nick merasa takjub dengan apartemen itu."Iya, temanku ini sebenarnya dia menanam saham juga di perusahaan yang membuat apartemen ini, dia juga mengambil satu unit di dalamnya. Katanya masih banyak yang belum mengambil, tapi karena gedungnya berlantai puluhan. Jadi meski sudah banyak yang mengambil, masih ada juga sisanya," kata Liu."Oh ya Liu, kamu kan tinggal di Amerika cukup lama. Dia tinggal di sini, kalian sering berhubungan?" tanya Nick."Hahah, dia itu yang memiliki toko di kota pecinan di sana. Ada beberapa toko, jadi aku t
Nick menginap di rumah susun milik Cleo, dia tidur sekamar dengan wanita pujaannya yang sedang mengandung anaknya itu. Mendekap erat dari belakang, sangat nyaman dan hangat. Sungguh, Nick begitu bahagia bisa menjumpai Cleo lagi. Lebih bahagia dia sudah tidak punya beban apa pun, perusahaan, Shopia semuanya sudah dia lepaskan. Kini dia hanya ingin membahagiakan Cleo dan calon anaknya."Cleo, apa kamu akan tetap tinggal di sini selamanya?" tanya Nick mencium tengkuk wanita buncit itu."Entahlah Nick, di negara ini nyaman buatku. Aku tidak mau kembali lagi ke New York, atau ke kota Queens," jawab Cleo."Ini bukan negara kita, Cleo. Kita harus membuat visa setiap dua tahun sekali, lagi pula visa kita juga harus di ganti," kata Nick."Iya, aku memalai visa turis selama ini. Apa harus di ganti?""Tentu saja, aku akan membuatkannya. Setelah melahirkan, kamu bisa melamar kerja di perusahaan orang Amerika. Aku juga akan mencari pekerjaan di sini," kata Nick.Cleo membalikkan tubuhnya, kini dia
Emily sudah menyiapkan makanan untuk Cleo, dia membawa nampan berisi makanan, buah serta jus jeruk. Nick menghampiri Emily, mengambil nampan dari tangannya."Aku yang bawa, Emily. Aku juga ingin bicara banyak dengannya," kata Nick."Baik tuan," ucap Nick.Nick tersenyum, dia pun segera membawa nampan berisi makanan. Dadanya berdetak kencang, ingin sekali dia memeluk wanita yang selama ini di rindukannya. Tapi dia harus beradaptasi lebih dulu, pastinya Cleo akan menolaknya lebih dulu.Tok tok tok.Nick mengetuk pintu, tak ada suara dari dalam kamar. Nick mengetuk sekali lagi, dan terdengar suara Cleo menyuruh masuk.Nick menarik handle, membuka perlahan pintu kamar. Tampak Cleo sedang membereskan beberapa baju di masukkan ke dalam lemari. Nick terdiam melihat apa yang di lakukan Cleo, dia melangkah masuk menuju meja. Meletakkan nampan berisi makanan untuk Cleo, berdiam diri menatap Cleo yang masih belum sadar akan kehadirannya.Nick tersenyum tipis, dia melangkah mendekati Cleo. Berdir
"Aku merindukanmu, Cleo."Cleo terpaku di depan pintu, matanya tidak berkedip beberapa detik. Tapi kemudian dia menunduk, tangannya memegangi perutnya yang sudah buncit. Arah mata Nick beralih pada perut Cleo, dia juga tertegun dengan perut yang sudah membesar itu.Baik Emily, Cleo, dan Nick masih diam saja. Tapi Liu, dia menatap ketiganya secara bergantian. Dia tersenyum kemudian membuyarkan ketiganya."Apa, kita akan di sini terus? Sampai kapan?" tanya Liu dengan senyuman di bibirnya.Emily tersadar, dia tersenyum kemudian menoleh ke arah Cleo."Nona, kita suruh masuk mereka? Anda juga harus bicara banyak dengan tuan Nick," kata Emily.Cleo akhirnya mengangguk, dia berbalik melangkah masuk ke dalam rumah susun berukuran kecil itu. Emily menyuruh Nick dan juga Liu masuk, dia merasa senang akhirnya Nick menemukannya dan juga Cleo.Beberapa bulan setelah tinggal di rumah susun itu, dia sering mendapati Cleo menangis karena merindukan Nick. Mungkin karena bawaan janin yang ada di kandun
"Nona, apa anda mau bekerja sama?" tanya Nick pada petugas informasi.Gadis berambut kuncir bermata sipit itu menatap aneh pada Nick, apa maksudnya bekerja sama dengannya?"Maksud anda apa tuan?" tanya gadis berambut di kuncir itu."Begini, saya sedang mencari seorang perempuan berkewarganegaraan Amerika. Dia pernah datang ke rumah sakit ini memeriksakan diri, apa anda bisa mencarikannya untukku?" tanya Nick."Pasien yang datang kesini itu banyak tuan, bahkan dari berbagai negara juga ada. Yang dari Eropa atau dari Rusia juga ada, dan bahkan dari Amerika juga ada banyak. Karena di rumah sakit ini memang bebas pengunjung, tapi data pengunjung juga di jaga oleh kami. Makanya kami tidak bisa memberitahukan data pada sembarang orang," kata petugas itu.Nick putus asa, dia bingung dengan informasi yang susah di dapatkan. Liu pun maju, dia berbicara dengan petugas itu dengan bahasanya sendiri. Entah apa yang di bicarakan Liu dengan petugas itu, Nick hanya memperhatikan saja. Tapi dia berhar
Beberapa hari Nick tinggal di rumah nenek Liu, dia sangat senang sekali meski masih ada kegundahan di hatinya belum menemukan keberadaan Cleo. Pagi ini dia bersiap untuk pergi ke rumah sakit X, di mana Cleo pernah melakukan pemeriksaan. Dan kali ini dia akan di antar oleh Liu, kini dia sedang bersiap setelah melakukan kegiatan membantu neneknya Liu."Jadi kamu ingin ke rumah sakit X itu?" tanya Liu."Ya, aku ingin pergi kesana. Kamu bisa mengantarku kesana?" tanya Nick."Tentu, aku akan mengantarmu kesana," jawab Liu."Terima kasih sebelumnya, Liu. Kamu banyak membantuku di sini," ucap Nick."Tidak masalah, aku senang membantumu Nick," ucap Liu lagi.Mereka pun segera pergi, sebelumnya berpamitan pada nenek Liu."Nek, aku dengan Nick pergi dulu. Mungkin pulang sore hari," kata Liu."Oh, benarkah? Apa kamu mau pergi ke rumah pamanmu?" tanya neneknya."Tidak nek, kami akan mencari kekasih Nick. Mungkin sampai sore," jawab Liu."Aah ya, kasihan sekali dia harus kehilangan kekasihnya di s
Sedari hotel pagi ini, Nick dan Liu cek out untuk pergi ke rumah neneknya Liu. Dia berniat tinggal sementara di rumah neneknya Liu, bila perlu dia akan membayar sewa tempat tinggal di sana. Agar tidak mencari apartemen atau rumah sewa lagi, karena di Guangzhou dia tidak mengenal siapa pun. Beruntung bisa bertemu dengan Liu, laki- laki yang sudah lama tinggal di New York tapi masih ingat akan neneknya di negara kelahirannya."Kamu masih ingat sama nenekmu saja, itu sangat mengharukan. Sepertinya kamu sangat sayang sekali dengan nenekmu," kata Nick."Ya, nenekku itu sekaligus orang tuaku. Papa dan mama sudah meninggal ketika aku masih tinggal di sini, dan menginjak dewasa aku mencoba merantau ke negeri Paman Sam. Dan ternyata aku di sana betah, akhirnya aku memutuskan tinggal di sana," kata Liu."Apa nenekmu tidak kamu ajak kesana?" tanya Nick."Dia tidak mau, katanya dia masih sangat senang tinggal di rumahnya. Sayang kalau harus di tinggalkan, meski hidup sendirian," ucap Liu lagi."B