Sesampainya di kantor polisi, kami langsung menunjukkan bukti yang baru saja kami dapat. Tentunya tanpa perlu melapor lagi, dan bersama dengan para penyidik yang menangani tentang kebakaran gudangku, kami pun segera menuju kediaman tersengka, menggunakan dua mobil.Kami harus menempuh perjalanan sekitar setengah jam untuk sampai ke sana."Tetap awasi Ris, dan jangan sampai kita kehilangan jejak. Tolong kamu juga sekarang telepon Leo, tanyakan perkembanganya di kantor. Bilang padanya sekitar satu jam lagi kita akan sampai di kantor," ucapku pada Riska sembari menyetir.Riska mengangguk dan kemusian segera menelepon Leo."Keadaan di kantor masih aman Bu menurut Leo."Satu jam lagi berarti sekitar pukul dua belas di sana, aku harus mengantisipasi agar ketiga tersangka itu tak keluar kantor duluan. Sebuah ide terlintas di fi
Empat hari berlalu sejak kebakaran gudang itu, aku drop. Setelah hampir satu bulan tenaga dan fikiranku di forsir habis-habisan, akhirya badanku pun tumbang tak kuat menahan semua beban ini. Aku pun kini tengah di rawat di rumah sakit, karena penyakit tipes yang kuderita. Alhasil dokter memintaku istirahat selama dua minggu. Namun nanti sore aku sudah di perbolehkan untuk rawat jalan di rumah.Selama empat hari ini benar-benar kuistirahatkan badan dan pikiranku. Aku hanya berserah dan menitipkan semuanya kepada Allah. Kepulanganku dari rumah sakit di sambut bahgia oleh seisi rumah, Alhamdulillah penghuni rumahku kini sudah bertambah satu orang lagi. Ya Linda sekarang sudah menjadi bagian dari rumah ini, karena sejak tadi pagi dia sudah pindah kemari. Sementara itu, Felix belum juga tiba, karena kemarin justru aku mendapat berita duka, istrinya meninggal dunia. Aku hanya bisa mengucapkan bela sungkawa dan mengirimkan sedikit uang, karena memamg ak
Kumandang adzan magrib membuyarkan lamunanku, aku pun segera mengambil wudhu dan melaksanakan shalat magrib. Setelahnya ku sempatkan membaca ayat suci alquran yang bisa membuat hatiku lebih tenang.Tok tok tokk"Bu Dita!" Terdengar suara Linda dari balik pintu."Ada apa Lin? Masuk saja, nggak dikunci kok," teriakku."Eh Bu Dita masih mengaji ya, nanti saja deh," ujar Linda sambil tersenyum."Sudah selesai kok Lin. Duduklah sini, memangnya ada apa?""Saya mau bicara sesuatu Bu.""Iya, langsung ngomong saja, nggak apa-apa kok," ucapku sambil merapikan mukena."Saya ingin resign dari kantor Bu.""Loh, kenapa Lin? Kok tiba-tiba gini?!" ucapku kaget."Kalau diperbolehkan sama Bu Dita, saya ingin resig
"Iya-iya Yank, jangan khawatir. Aku nggak akan berhubungan lagi dengan Dita."Sepertinya ada tamu yang datang di teras, tampak Mas Chandra keluar, kemudian kembali duduk ke ruang tamu sambil membawa sebuah bungkusan kotak berwarna coklat. Mas Chandra mulai membukanya."Apaan sih itu Yank?" tanya Raisa penasaran."Ya ini yang aku bilang tadi, paketan sabu dari bos besar. Ini yang akan buat kita kaya mendadak Yank."Setelah berhasil di buka, tampak dua buah bungkusan plastik putih besar berisi serbuk berwarna putih, pasti ini lah yang di sebut dengan sabu."Yank, cepat tutup dulu pintu dan jendelanya, agar nggak ada tetangga yang tahu! Sekalian kamu panggil Ibu agar bantu mengemas ini!"Raisa pun segera melakukan permintaan suaminya itu, dan segera kembali bersama Bu Mirna.
Orderan Kue Untuk Hari Pertunangan SuamikuPov Chandra"Ya lakukan seperti yang ku minta! Jangan sampai gagal!" ucapku tegas.Pagi ini, kuminta anak buahku untuk menculik dan merampok semua barang yang di bawa Dita. Tujuan utamaku tentu saja membuatnya merasakan apa yang kurasakan dulu, hidup segan mati tak mau. Entah mengapa dendamku padanya tak pernah bisa padam, meski Raisa telah memintaku untuk tak lagi berhubungan dengan Dita.Jujur, sebenarnya di dalam hati kecilku masih ada rasa cinta padanya, dan aku tak ingin kedepannya nanti dia bakal hidup bahagia dengan suami barunya. Lebih baik dia mati, dengan begitu tak akan ada pria lain yang bersanding denganya lagi.Aku adalah Wisnu Chandra, seorang lelaki bodoh yang telah membuang berlian seperti Dita, demi memenuhi nafsu sesatku saja. Sejak pertama kali bertemu dengannya dulu, aku lang
Segera aku masuk kamar dan kututup muka mertuaku itu dengan bantal. Tak sampai lima menit, kulihat kakinya yang tadi berontak kini telah diam, berarti nyawanya pun telah melayang. Kembali kurapikan bantal dan cepat-cepat pergi dari kamar itu.Selang sepuluh menit, kudengar teriakan Dita, ahh itu pasti karena papanya sudah mati, eh meninggal. Aku pun menghampirinya dan pura-pura tak tahu. Lega rasanya bisa membuat laki-laki tua itu pergi selamanya.Sejak kematian papanya itu, Dita menyerahkan jabatan CEO-nya kepadaku, karena dia ingin fokus untuk menjadi ibu rumah tangga saja, dan nggak mau kecapekan agar bisa cepat memiliki momongan, katanya. Apapun alasan Dita yang pasti ini menjadi suatu kebanggan bagiku, seorang Wisnu Chandra yang miskin bisa menjadi CEO dan sebentar lagi pemilik segala kekayaan ini, hahahaha.Hubunganku dengan Dita tetap seperti biasa, kutunjukkan padanya bahwa aku adalah se
Sesaat kemudian kurasakan sebuah pukulan keras di tengkuk, hingga kemudian semua menjadi gelap.*********** *************"Awww sakit!"Saat aku membuka mata, kurasakan tengkukku masih nyeri, kepalaku juga teramat pusing dan juga ada rasa perih di lengan kananku.'Dimana aku kini?' pikirku.Kususuri sekitarku, aku kini berada di dalam sebuah ruangan, padahal seingatku tadi aku masih berada di pinggir jalan saat para laki-laki itu merampokku.Luka di lenganku ternyata telah di perban, begitupun saat kuraba, ternyata luka di dahiku kini pun telah di beri plester.'Apakah aku kini telah berada di rumah sakit?'Namun sepertinya tidak, karena ruangan ini tanpa ada peralatan medis tersedia, layaknya ruang perawatan di rumah sakit. Hanya seperti sebuah kamar dengan ranjan
"Ingat Dek, ini hanya permulaan saja, nantinya akan banyak hal lagi yang bisa membuatmu menderita dan mati secara perlahan!" ancam Mas Chandra padaku."Sungguh kejam kamu Mas!! Rela menghaibisi nyawa orang lain demi kepuasanmu belaka," ucapku sambil mendekat dan berusaha memukulinya."Hei apa-apaan kamu ini! Rahmat cepat bawa kesini tali itu! Ayo kita ikat tangan dan kakinya, agar tak bisa kemana-mana!" ucapnya.Mereka pun akhirnya berhasil mengikat kaki dan tanganku, dan kembali mendudukkanku di.atas kasur."Lepas! Lepaskan aku! Tunggu saja Mas, kamu akan mendapatkan balasaan yang setimpal!" teriakku."Duduk manis di sini ya sayang! Aku akan pulang dulu, besok aku akan kembali lagi ke sini, tentunya dengan kejutan baru pula untukmu!" ancam Mas Chandra."Tolongg! Tolong! Tolong!"