Pov Raisa 2Setelah kepergian Ayah, hari-hari kulalui tetap seperti itu dengan Ibu. Hingga kemudian aku masuk ke sekolah menengah pertama. Saat itu Ibu menikah dengan seorang duda, yang tidak jelas asal-usulnya, Om Jaka namanya.Om Jaka adalah orang yang tampan dan kaya, setiap dia datang ke rumah dia selalu berpenampilan necis dan memakai mobil yang bagus. Namun dia datang hanya empat hari saja dalam seminggu, selebihnya dia bekerja di kota-kata Ibu. Usianya terpaut lima tahun dibawah Ibu. Sejak menikah itu, Ibu tak pernah lagi keluar rumah atau ngomel. Tapi tetap saja tak pernah memperhatikanku, karena Ibu hanya akan main ponsel, berdandan dan telepon dengan Om Jaka sepanjang hari.Saat baru berusia tiga belas tahun itu, aku sudah mulai mengenal cinta, yang mungkin hanya cinta monyet. Namun cinta monyetku itu kepada seorang cowok yang sudah kelas tiga sekolah menengah atas, Andi namanya. Karen
Pov Raisa 3Sejak malam itu Om Jaka selalu meminta jatah kepadaku setiap datang ke rumah Ibu. Dan rahasia itu tetap ku tutup rapat dari Ibu, jadi pasti dia mengira hubunganku dengan Om Jaka baik-baik saja, ean memang dari luar kehidupan rumah tangga mereka juga baik-baik saja.Hingga akhirnya di suatu siang ketika aku sudah kelas tiga sekolah menengah pertama, rumah kami kedatangan seorang tamu, wanita muda seumuran Om Jaka. Wanita itu melabrak Ibu, dan mengaku sebagai istri sah Om Jaka. Sejak saat itu, dia tak pernah lagi datang ke rumah kami, dan mungkin hubunganya dengan Ibu yang hanya nikah siri itu akhirnya kandas.Aku merasa sangat bahagia karena dia tak lagi ke sini, aku yang bertahun menjadin budaknya bisa kembali bebas, serigala berbulu domba itu akhirnya pergi dari rumah ini. Namun di sisi lain aku sangat sedih melihat keadaan Ibu, sepertinya dia sangat depresi setelah di tinggal Om Ja
"Untuk membebaskan Chandra dari penjara, ibu tak tega melihatnya, apa lagi dia kini 'kan sedang sakit. Satu permintaan ibu yang harus kamu kabulkan Dit. Tolong jangan halangi niatku ini. Masalah kamu dan Chandra sudah seleaaikan? Jadi tolong biarkan kami membebaskan anak kami," ucap mantan ibu mertuaku itu mantap."Apa Ibu yakin dengan keputusan itu? Apa tidak lebih baik jika Mas Chandra dibiarkan sebentar dipenjara, siapa tahu hal itu bisa menjadikannya pribadi yang lebih baik Bu," usulku."Tolong ya Dit, kamu sekarang itu bukan bagian dari keluarga kami, jadi kamu jangan menganggu Chandra lagi. Biarkan dia dan istrinya memulai hidup baru, setelah kau permalukan habis-habisan seperti kemarin," ucap Ibu dengan nada tinggi.Selama tiga tahun berumah tangga dengan Mas Chandra tak pernah sekalipun aku mendengar Ibu berkata kasar. Apakah memang selama ini beliau menutupi sifat kasarnya ini.
Ku lihat jam yang tertanyang di dinding menunjukkan pukul sepuluh pagi, masih ada waktu untuk istirahat sebelum nanti keluar untuk menemui klien seperti yang di ucapkan Anton tadi. Saat ku cek ternyata berkas yang ku mintapun telah dikirim, dan segera harus ku pelajari segera."Pak Ali, aku masuk kedalam dulu ya. Nitip salam buat Hakim ya Pak."Aku pun kemudian masuk ke dalam kamar, dan mulai mempelajari berkas tersebut. Sekitar setengah jam aku pun selesai mempelajarinya.Hemmm benar-benar proyek besar ini. Wajib bagiku untuk mendpatkan kontrak dengan nilai puluhan triliun itu.Setelah itu aku mulai mengecek kamera yang berada di ruang tamu Raisa, rasanya hal ini akan menjadi wajib bagiku, menggingat rencana jahat yang akan mereka lakukan untukku. Dan karena hanya inilah satu-satunya pusat informasiku saat ini.
Lelaki itupun kemudian turun dari motornya, tanpa membuka terlebih dahulu helm full face-nya. Saat itu aku sudah siap-siap akan mengeluarkan jurus seperti yang diajarkan di tempat latihan taekwondoku. Kemudian dia berjalan mendekat ke arahku, dan setelah jarak diantara kami semakin dekat, barulah dia membuka helmya."Kamu Dita 'kan?" ujar lelaki berhidung mancung tersebut.Aku yang masih sedikit takut hanya membalas perkataanya tersebut dengan anggukan kepala, sambil masih tetap waspada."Hemmm kamu nggak banyak berubah ya Dit. Ngapain sih wajah kamu kok tegang banget gitu?" katanya lagi sambil tersenyum.Aku hanya menggeleng-gelengkan kepala saja, sambil terus mengingat siapa lelaki yang ada di hadapanku ini. Karena kalau dari cara bicaranya, sepertinya kami sudah saling mengenal sebelumnya."Kenapa kamu mendekati saya?!" Pertanyaan itu
********* *********"Yes, pelanggan pertama nih. Hemmm langsung dua puluh juta loh hebat. Semoga saja uang yang dibawa ibu itu kurang, jadi Wisnu bisa lebih lama lagi di penjara, dan aku bisa mengumpulkan pundi-pundi rupiah." Senyum mengembang di wajah cantik Raisa."Semoga saja nanti pelangganku hanya orang-orang yang sudah tua. Jadi mereka tak akan menularkan penyakit ini pada terlalu banyak orang, karena sebentar lagi mereka juga akan mati."Kemudian Raisa masuk kedala, dan sekitar satu jam dia sudah keluar lagi, dan pakaian yang digunakan sama persis dengan saat kutemui dia di restoran tadi.Kemudian Raisa pun langsung berangkat menemui pelanggannya itu.Keadaan ruang tamu kemudian kembali hening, hingga pukul dua siang, duo Ibu tadi akhirnya sampai juga.
"Ini tadi pinjam ponsel temanku di sawah. Bapak mau minta tolong bisakah kamu meminjamkan uang lima puluh juta pada kami? Dengan jaminan sertifikat rumah? Bapak nggak mau sertifikat itu nantinya jatuh ke tangan orangblain saat kami tak bisa mengembalikan uangnya. Bapak lebih suka kalau kamu yang memilikinya nanti.""Mohon maaf Pak, kemarin Dita sudah berjanji pada Ibu untuk tak mencampuri urusan ini. Dan saya pribadi pun sesungguhnya sudah tak ingin tahu apapun tentang Mas Chandra, kecuali jika itu membahayakan nyawa saya.""Iya aku tahu Nduk. Maksudku begini, nanti kamu suruh orang lain untuk pura-pura jadi rentenir, dan meminjamkan uang pada istriku, bisa 'kan? Jadi Sari nggak bakal tahu kalau yang minjemin uang itu kamu. Soalnya aku ini pesimis, kayaknya nggak mungkin lagi bisa membayar hutang itu, uang dari mana lagi, aku kini sudah tidak punya apa-apa ya tinggal rumah itu saja. Jadi jika nanti Sari tak bisa memba
"Hari ini juga kalian sudah bisa mulai bekerja. Nanti aku akan memberikan seragam untuk kalian. Jangan lupa ajak juga keluarga kalian nanti bekerja di sini ya," ucapku sambil tersenyum."Terima kasih banyak, Bu. Kami akan pulang sebentar sekalian membawa satu orang teman kami untuk menghadap pada Ibu di sini. Ini dengan Bu siapa?" tanya si gondrong."Aku Dita, Pak. Ini uang buat kalian potong rambut dan merapikan sedikit penampilan, aku nggak mau punya satpam kayak preman, he-he. Ok!?" ucapku sambil menyerahkan empat lembar uang pecahan warna merah pada mereka."Siap Bos! Kami akan bekerja dengan baik di sini, dan kami bisa diandalkan, Bu." ucap yang lainnya."Iya-iya aku percaya kok. Mangkanya itu aku menjadikan kalian petugas keamanan di sini. Sudah sana buruan pulang dulu dan cepat balik ke sini."Mereka pun akhirnya pamit, lega rasany