Share

Rencana Pertama

Realita hidup memang sekejam itu, semua yang seolah sudah terjadi dan terjalani dengan baik, tetapi tidak ada yang mengira jika di masa depan takdir kejam ternyata benar-benar ada. Sungguh, Aira tidak bisa menahan air matanya saat ini.

"Daf, gimana, dong? Soal perjodohan itu, gue beneran nggak mau," lirih Aira dengan kepala menunduk. Berkali-kali helaan napas panjang terdengar.

"Gua juga bisa apa, Ra? Tawaran gue tadi konyol, kan?" Daffa ikut membuang napas berat, kepalanya sedang pening saat ini.

"Tapi, tapi itu juga nggak buruk, sih. Cuma ... cuma gue belum siap aja, Daf," jawab Aira, sejujurnya memang alasan itu yang membuat Aira enggan melakukan ide gila dari Daffa tadi.

Daffa menatap ke atas, ke langit siang ini. "Kalo ngomongin siap nggak–nya, lo tunangan sana Rehan pun, nggak siap juga, kan? Gue rasa nggak ada jalan lain selain itu."

"Tapi percuma juga kalo papa gue nggak setuju, Daf," jawab Aira mengingatkan, pandangannya ikut menatap

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status