Beranda / Romansa / Owned by The Don / Penyerangan di Campobasso

Share

Penyerangan di Campobasso

Penulis: Wii
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-19 16:32:22

Malam itu, ruang kerja Lucca dipenuhi dengan peta besar Italia bagian selatan. Titik-titik merah menandai wilayah kekuasaan Flavio Valente, sementara tanda lingkaran hitam menyoroti lokasi markas Bartoli di Tuscany.

Carlo, Ciro, Mancini, Wyatt dan Franco berdiri di sekeliling meja, mendengarkan setiap instruksi Lucca dengan seksama.

“Aku tidak bisa langsung menyerang Campobasso tanpa memastikan Bartoli tersingkir lebih dulu,” ucap Lucca dengan suara rendah namun tegas.

Jemarinya menunjuk sebuah wilayah dekat Napoli. “Dia masih punya jaringan kecil di sini. Jika tidak dibereskan, Bartoli bisa jadi duri dalam daging saat kita fokus melawan Flavio.”

Carlo mengangguk cepat. “Tim sudah siap, Don. Begitu kau memberi perintah, kami bisa menyerang markas Bartoli malam ini.”

Lucca menarik napas panjang, matanya menyipit penuh perhitungan. “Tidak. Kita harus melakukannya dengan cepat dan senyap. Jangan beri kesempatan padanya untuk kabur.”

Ia menoleh pada Franco. “Kau pimpin pasukan depan. Carl
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Owned by The Don   Serpente Nero

    Bianca masih memandang pintu utama villa yang baru saja tertutup setelah Niccolò pergi. Matanya berbinar, senyumnya tak bisa hilang. Seperti anak kecil yang baru saja bertemu idola, ia menepuk-nepuk tangan sendiri penuh semangat.“Ya Tuhan, Lucca… aku tidak menyangka akan bertemu pria setampan itu untuk kedua kalinya. Tatapannya, senyumnya, sempurna sekali!”Lucca yang duduk di seberangnya langsung mengetukkan jarinya ke meja, ekspresinya mengeras.“Bianca,” panggilnya singkat dengan nada peringatan. Namun Bianca tak mengindahkan, malah semakin tenggelam dalam rasa kagumnya.“Aku serius, Lucca. Niccolò itu seperti keluar dari lukisan klasik. Posturnya tinggi, wajahnya tegas, tapi tetap hangat. Aku bahkan hampir lupa bernapas ketika dia menatapku tadi,” ucap Bianca sambil terkekeh, jelas-jelas menikmati reaksinya sendiri.Alis Lucca menegang. “Kau bahkan lupa aku duduk tepat di depanmu?” suaranya datar, tapi nadanya mengandung bara. Ia mencondongkan tubuh ke depan, tatapannya menusuk.

  • Owned by The Don   Saling Sindir, Namun Saling Peduli

    Ruang pertemuan Niccolò Morelli masih dipenuhi aroma asap cerutu ketika Carlo masuk dengan langkah mantap. Pietro yang berdiri di kanan ruangan segera menoleh, memberi jalan menuju kursi utama di mana Niccolò duduk dengan tatapan penuh selidik.“Selamat datang kembali, Carlo,” sapa Niccolò dengan suara rendah namun tajam. “Aku yakin kau tak datang hanya untuk sekadar basa-basi.”Carlo menundukkan kepala sejenak, lalu membuka map hitam yang ia bawa. “Don Niccolò, aku diutus langsung oleh Don Lucca. Ada pesan penting yang harus aku sampaikan.”Niccolò mengangkat alis. “Pesan apa? Aku harap ini bukan sekadar laporan kosong.”Carlo menghela napas, menatap sekeliling ruangan sebelum fokus kembali pada Niccolò. “Don Lucca memutuskan menyerahkan wilayah Campobasso kepada Don Niccolò.”Niccolò mencondongkan tubuh ke depan. “Campobasso? Itu wilayah yang baru saja dipenuhi darah akibat perang dengan Flavio Valente, bukan?”“Benar,” jawab Carlo tegas. “Pertempuran itu sudah berakhir. Flavio Vale

  • Owned by The Don   Penyerahan Campobasso

    Seminggu setelah perawatan intensif, kondisi Lucca perlahan membaik. Luka tusukan dan sayatan yang semula begitu parah, kini mulai mengering meski masih harus dibalut perban.Hari itu, dokter di rumah sakit Campobasso memutuskan bahwa Lucca sudah bisa pulang. Namun, ia diwanti-wanti agar tetap berhati-hati dan disiplin mengganti perban setiap hari.Bianca menggandeng lengan Lucca dengan hati-hati, membantunya berjalan keluar dari pintu rumah sakit. Angin musim semi yang segar menerpa wajah mereka, seolah memberi harapan baru setelah rentetan kejadian yang hampir merenggut nyawa.“Pelan-pelan, Lucca. Jangan terlalu memaksa langkahmu,” ucap Bianca lirih, matanya penuh kekhawatiran.Lucca tersenyum tipis. “Tenang saja, Amore. Aku masih bisa berjalan sendiri. Kau sudah cukup banyak menanggung bebanku.”“Diamlah. Jangan berkata seperti itu,” Bianca mengomeli Lucca.Lucca hanya tersenyum menanggapi ucapan

  • Owned by The Don   Aku... masih di sini

    Bianca dan Ciro berhasil membawa Lucca ke rumah sakit terdekat di Campobasso. Pintu IGD segera terbuka, dan beberapa perawat bersama seorang dokter langsung berlari menghampiri.Bianca berteriak panik, “Tolong! Dia kehilangan banyak darah! Luka tusukan di pinggang dan bahu, juga ada sayatan di perutnya!”Seorang dokter paruh baya segera memeriksa kondisi Lucca. “Cepat siapkan tandu! Tekanan darahnya turun drastis. Kita harus segera hentikan pendarahan! Pasien kritis!”Perawat bergegas memasang infus, sementara darah segar terus mengalir dari tubuh Lucca, membasahi bajunya. Bianca yang masih menggenggam tangan Lucca, hampir terseret ketika para tenaga medis mendorong tandu menuju ruang operasi darurat.“Signora, Anda tidak bisa ikut masuk,” ujar salah satu perawat sambil menahan Bianca di depan pintu ruang operasi.Mata Bianca berkaca-kaca, suaranya bergetar. “Tolong… selamatkan dia. Apa pun yang terjadi, jangan bi

  • Owned by The Don   Perasaan yang Muncul Akibat Peperangan

    Pertarungan sengit itu berlangsung di ruangan yang hanya diterangi cahaya redup dari lampu gantung yang berayun karena dentuman peluru di luar. Lucca dan Flavio berdiri berhadapan, dada terengah, mata tajam penuh amarah.Flavio memutar pisau di tangannya, sementara Lucca hanya menggenggam sebuah besi yang dipungut dari reruntuhan meja. Suara desingan pisau sesekali terdengar saat Flavio mengayunkannya ke arah Lucca.Lucca bergerak cepat, menepis serangan, lalu melayangkan pukulan keras ke wajah Flavio. Dentuman tinju itu membuat Flavio terhuyung, namun dengan gesit ia menusukkan pisaunya ke arah pinggang Lucca.“Argh!”Lucca meringis ketika pisau itu berhasil menusuk pinggangnya, darah merembes membasahi kemejanya.Bianca yang terikat di sudut ruangan berteriak, “Lucca, hentikan! Kau sudah terluka!”Namun Lucca tidak menggubris. Dengan amarah bercampur tekad, ia menendang perut Flavio hingga pria itu terhantam ke dinding.“Kau sudah berani melibatkan wanitaku dalam masalah kita, Flavi

  • Owned by The Don   Penyerangan di Campobasso

    Malam itu, ruang kerja Lucca dipenuhi dengan peta besar Italia bagian selatan. Titik-titik merah menandai wilayah kekuasaan Flavio Valente, sementara tanda lingkaran hitam menyoroti lokasi markas Bartoli di Tuscany.Carlo, Ciro, Mancini, Wyatt dan Franco berdiri di sekeliling meja, mendengarkan setiap instruksi Lucca dengan seksama.“Aku tidak bisa langsung menyerang Campobasso tanpa memastikan Bartoli tersingkir lebih dulu,” ucap Lucca dengan suara rendah namun tegas.Jemarinya menunjuk sebuah wilayah dekat Napoli. “Dia masih punya jaringan kecil di sini. Jika tidak dibereskan, Bartoli bisa jadi duri dalam daging saat kita fokus melawan Flavio.”Carlo mengangguk cepat. “Tim sudah siap, Don. Begitu kau memberi perintah, kami bisa menyerang markas Bartoli malam ini.”Lucca menarik napas panjang, matanya menyipit penuh perhitungan. “Tidak. Kita harus melakukannya dengan cepat dan senyap. Jangan beri kesempatan padanya untuk kabur.”Ia menoleh pada Franco. “Kau pimpin pasukan depan. Carl

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status